Sukses

Autisme Bisa Hilang di Usia 18 Tahun

Penelitian menunjukkan beberapa anak yang didiagnosis Autis pada usia anak, ketika dewasa gejala tersebut hilang.

Penelitian menunjukkan beberapa anak yang didiagnosis Autis pada usia anak, ketika dewasa gejala tersebut hilang.

Sebuah penelitian skala kecil yang diterbitkan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry mendiagnosis anak autis dari usia balita hingga 21 tahun. Penelitian menunjukkan kalau anak autis akan sembuh pada usia 18 sampai 21 tahun.

Menurut penelitian, anak tidak lagi menunjukkan kesulitan dalam pidato maupun berkomunikasi, mengenali wajah orang atau interaksi sosial  dan beberapa perilaku lainnya.

"Meskipun diagnosis autisme biasanya tidak hilang dari waktu ke waktu, penemuan ini menunjukkan kalau mungkin memang ada rentang waktu bagi anak autis untuk bisa meningkatkan kemampuannya," kata Thomas Insel, Director of the National Institute of Mental Health.

Penelitian sebelumnya memang menyebutkan kalau autisme akan hilang dari waktu ke waktu.

Para penulis kini mempertanyakan apakah diagnosis awal telah akurat dan apakah mata pelajaran yang telah diajarkan oleh rekan-rekan mereka. Para peneliti mengatakan untuk kedua kasus ini 'ya'.

Penelitian yang dipimpin oleh Deborah Fein dari University of Connecticut, dalam laporan akhirnya menuliskan kalau anak-anak telah didiagnosis dan diperiksa oleh para ahli di luar kelompok penelitian.

Hasil analisis menunjukkan kalau 34 gejala autisme hilang ketika dewasa.

Tapi gejala lain, termasuk keterlambatan bahasa dan perilaku berulang, sudah setara dengan kelompok lainnya.

Pengujian kontemporer dari subjek penelitian semuanya bersekolah di kelas utama dengan tidak ada layanan khusus. Hal ini menegaskan kalau orang dewasa yang dulunya didiagnosis autisme tidak lagi dianggap sebagai kekurangan.

Tetapi penulis menekankan bahwa studi ini menawarkan pengetahuan bukan pada persentase anak-anak dengan gangguan spektrum autisme atau ASD.

"Semua anak-anak dengan ASD mampu membuat kemajuan dengan terapi intensif, namun dengan keadaan kita saat ini pengetahuanlah yang paling tidak mencapai hasil yang optimal," kata penulis penelitian, Fein.

"Harapan kami adalah penelitian ini lebih lanjut akan membantu kita untuk lebih memahami mekanisme perubahan anak sehingga setiap anak dapat memiliki kehidupan terbaik," katanya. (Fit/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.