Sukses

Edukasi COVID-19 pada Anak Usia Dini, Gunakan Bahasa yang Mudah Dimengerti

Mengajarkan anak soal COVID-19 juga harus menggunakan bahasa dan cara penyampaian yang mudah dimengerti

Liputan6.com, Jakarta Memberikan edukasi mengenai COVID-19 pada anak usia dini bisa jadi sebuah tantangan bagi orangtua. Maka dari itu, penting untuk menggunakan cara yang mudah dimengerti agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.

"Tidak semua anak mudah dikasih tahu, kalau anaknya sudah SD, sudah bisa baca, sudah bisa cari tahu, mungkin itu lebih mudah, tetapi bagaimana dengan anak usia dini?" kata Sani Budiantini Hermawan, psikolog anak dan keluarga dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta pada Sabtu kemarin.

Dikutip dari siaran di Youtube BNPB Indonesia pada Minggu (25/10/2020), Sani mengatakan bahwa untuk itu, orangtua juga perlu tahu tahap perkembangan sang anak sebelum memberikannya edukasi tentang COVID-19.

"Kalau dia dalam usia yang masih dini, berarti yang pertama kita lakukan adalah bahasanya harus nyambung," kata Sani.

"Jadi bahasanya harus dimengerti oleh anak, kemudian kita juga memberi tahu, harus menjadi role model seperti memakai masker, anak biasanya mengikuti."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Anak Harus Tetap Senang

Sani mengatakan, jangan sampai orangtua melakukan edukasi dengan cara menekan atau memaksa anak. Hal ini bisa berakibat pada stresnya buah hati dan malah melakukan kebalikannya.

Menurut Sani, yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, mengatakan bahwa saat di rumah, orangtua juga bisa melakukan suatu kegiatan yang menarik agar anak tetap senang dan tidak bosan.

"Tentunya memang orangtua saat bersama anak, waktu menerangkannya itu harus dengan yang mudah, misalnya menggunakan istilah-istilah," ujarnya. Apabila anak bertanya dengan kritis, orangtua pun harus memiliki "seabrek" jawaban namun dengan bahasa yang mudah dimengerti.

"Jangan pakai 'menurut WHO nak' atau 'menurut jurnal' anak jadi bingung WHO tuh apa," kata Sani.

Sani mengatakan, seringkali anak akan merasa bosan tentang kebiasaan mencegah COVID-19. Contohnya ketika mereka sudah tidak nyaman menggunakan masker.  Maka dari itu, ia pun lebih menganjurkan agar mereka sebisa mungkin dibuat untuk nyaman meski berkegiatan di rumah saja.

"Intinya adalah sebisa mungkin anak berkegiatan di rumah dengan fun dan tidak merasa bosan, karena anak punya hak untuk tumbuh kembang dan bahagia. Itu adalah kewajiban orangtua untuk memberikannya."

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.