Sukses

Berbagai Faktor Ini Bisa Memicu Penyakit Autoimun Sindrom Sjogren, Apa Saja?

Ada beberapa pemicu yang bisa membuat seseorang terkena sindrom Sjogren, apa saja faktornya?

Liputan6.com, Jakarta - Sindrom Sjogren adalah salah satu dari beberapa penyakit autoimun yang bisa menyerang kelenjar air liur atau air mata sehingga mereka tidak bisa berfungsi dengan baik.

Namun, penyakit autoimun ini juga berisiko menyerang organ lain di luar kelenjar seperti saraf, paru-paru, hingga ginjal.

Dokter Alvina Widhani dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM/RSUI mengungkapkan ada beberapa hal yang bisa membuat seseorang terkena sindrom Sjogren.

"Sjogren syndrome seperti penyakit autoimun lain, juga mungkin berbagai penyakit kronik lain, itu bisa muncul karena ada interaksi berbagai faktor," kata Alvina dalam sebuah seminar daring pada Kamis kemarin, ditulis Jumat (7/8/2020).

Alvina menyebutkan, pada dasarnya kondisi genetik tertentu bisa menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuhnya. "Tidak serta merta akan muncul Sjogren syndrome kalau tidak ada faktor yang kemudian mencetus penyakit autoimun tersebut," kata Alvina.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berbagai Faktor Pemicu Sindrom Sjogren

Berbagai faktor yang menyebabkan seseorang mengalami sindrom Sjogren pun beragam. Alvina menyebut, seringkali untuk mencari faktor yang berperan mencetuskan penyakit ini sulit ditentukan.

"Umumnya kalau pada Sjogren syndrome, dari berbagai penelitian dikatakan, ada peran dari faktor lingkungan, hormonal, dan yang sangat berperan sekali adalah stres," ujarnya.

Alvina mengatakan, seseorang mungkin saja mengalami gejala dari sindrom Sjogren ketika ia mengalami stres yang cukup berat dan lama.

Faktor lingkungan yang bisa menjadi pencetus penyakit ini misalnya infeksi virus tertentu, penggunaan bahan seperti silikon, polusi, serta gangguan pada ketidakseimbangan mikrobiota tubuh yang menyebabkan masalah kekebalan tubuh.

Penurunan hormon estrogen juga bisa menjadi pencetus penyakit ini. Alvina mengungkapkan, hampir 90 persen dari kasus sindrom Sjogren dialami oleh perempuan berusia lebih tua.

"Hal lain yang ternyata penting juga adalah vitamin D. Memang penting kalau kita tahu ada orang dengan, tidak hanya Sjogren syndrome, tetapi juga penyakit autoimun lain, kita perlu memeriksakan apakah orang tersebut punya vitamin D yang cukup di darahnya," kata Alvina.

"Kalau memang rendah, itu perlu kita perbaiki, baik dengan asupan makanan atau seringkali kalau tidak bisa tercukup dengan asupan makanan atau paparan matahari, sehingga kita perlu suplementasi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.