Sukses

Risiko Penularan Tinggi, Jabar Gelar Tes COVID-19 di 700 Pasar

Pedagang dan pembeli tidak jalankan protokol kesehatan, risiko penularan COVID-19 di pasar tinggi.

Liputan6.com, Bandung Potensi penularan COVID-19 di pasar tradisional tergolong tinggi. Apalagi, pedagang di sejumlah pasar di Jawa Barat (Jabar) terkonfirmasi positif COVID-19. Maka itu, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar memfokuskan tes masif di 700 pasar se-Jabar.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Ridwan Kamil mengatakan, ketidakdisiplinan pedagang dan pembeli dalam jaga jarak, pakai masker, serta adanya kerumunan, memicu munculnya kasus positif di pasar tradisional.

"Kami meyakini banyak pembeli dan penjual tidak disiplin pakai masker, sehingga pembeli bisa tertular oleh penjual, penjual bisa tertular oleh pembeli," kata Kamil dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Sabtu, 13 Juni 2020.

Sejumlah 627 Mobile COVID-19 Test dan Laboratorium Mobile Bio Safety Level 3 (BSL3) dari PT Bio Farma (Persero) disiapkan gugus tugas provinsi untuk mengambil sampel di pasar tradisional. Tes masif terdiri dari rapid test maupun swab test (tes usap).

Kamil menyatakan, pengetesan masif akan didahului dengan sosialisasi dan komunikasi yang memadai. Tujuannya mengantisipasi penolakan tes masif, seperti yang terjadi di sejumlah daerah.

"Saya sudah berkoordinasi dengan Kepolisian dan TNI untuk mengawal pengetesan ini, sehingga tidak ada penolakan di masyarakat karena kurang sosialisasi. Total 700 pasar yang akan kami lakukan pengetesan, sehingga tidak ada pedagang pasar yang terkena (COVID-19), dan mengakibatkan kerugian berupa penutupan pasar dalam waktu yang tidak ditentukan," sebut Kamil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Buka Aktivitas Kegiatan Publik Secara Bertahap

Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara proporsional diterapkan, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 secara bertahap membuka kegiatan di sejumlah sektor.

Tahap pertama adalah membuka kegiatan di tempat ibadah secara terbatas. Setelah itu, kegiatan yang memiliki dampak besar terhadap perekonomian tapi berisiko kecil terhadap penularan COVID-19, seperti industri dan perkantoran, dibuka. Disusul pembukaan sektor perdagangan, pariwisata, dan pendidikan.

Menurut Kamil, pembukaan kegiatan di sejumlah sektor secara bertahap sebagai antisipasi munculnya gelombang kedua COVID-19. Khusus sektor pariwisata, Kamil merekomendasikan kepada kepala daerah untuk membuka destinasi wisata luar ruangan.

"Pariwisata yang didahulukan adalah pariwisata outdoor dan siang hari. Jadi, hiburan malam dan yang sifatnya pariwisata malam hari, kami tidak rekomendasikan dulu, walau diskresi tetap ada di (pemerintah) kabupaten/kota," kata Kamil.

Kamil mengatakan, rekomendasi tersebut merujuk pada gelombang dua yang terjadi di Korea Selatan, di mana penularan COVID-19 terjadi di destinasi wisata malam hari.

Dalam kegiatan belajar mengajar, hingga saat ini belum ditentukan kapan lembaga pendidikan buka. Hal ini demi mencegah siswa tertular COVID-19. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini