Sukses

Pemprov Jabar Fokuskan Tes Masif di Pasar Tradisional

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan fokus melakukan pengetesan masif di pasar-pasar tradisional guna menekan potensi sebaran virus Corona baru.

Liputan6.com, Bandung - Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan fokus melakukan tes masif di pasar-pasar tradisional guna menekan potensi sebaran virus Corona baru. Mereka akan mengerahkan sebanyak 627 Mobil COVID-19 Tes dalam tes masif tersebut. 

Menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Ridwan Kamil, otoritasnya menargetkan melakukan tes masih pada 700 pasar tradisional yang tersebar di Jabar. Tes dengan metode random sampling dilakukan pada pasar yang dikelola pemerintah maupun swasta.

“Minggu ini kita akan melakukan pelacakan di 700 pasar, karena kami mendapati di Jabar salah satu potensi persebaran yang perlu diwaspadai adalah pasar tradisional,” kata Kamil dalam keterangan resminya ditulis, Bandung, Selasa, 9 Juni 2020.

Kamil menyatakan pengetesan masif di pasar tradisional merupakan langkah preventif Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar dalam mewaspadai gelombang kedua penyebaran penyakit akibat virus SARS-CoV-2. Antisipasi adanya gelombang kedua penyebaran penyakit Corona ini, didasari informasi adanya peningkatan dalam skala kecil pada awal pekan ini.

Kamil menjelaskan bahwa kini angka reproduksi efektif (Rt) di Jabar adalah 0,72. Artinya, Rt Jabar berada di bawah 1 selama dua pekan berturut-turut. Capaian tersebut menjadikan Jabar sebagai provinsi dengan angka Rt terendah keempat se-Indonesia, setelah Aceh, Riau, dan Kalimantan Utara.

“Angka reproduksi covid di Jawa Barat Alhamdulillah masih dibawah satu, sekarang di angka 0,72. Jadi sudah lebih dari dua minggu kita ini sudah di bawah satu, menandakan keterkendalian dalam penanggulangan COVID-19," ujar Kamil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berdasarkan metode Kalman Filter

Kamil menuturkan untuk ukuran provinsi yang paling dekat dengan DKI Jakarta sebagai episentrum penyebaran pandemi, ditambah sebagai provinsi yang penduduknya paling banyak yaitu 50 juta orang, angka keterkendalian pandemi berada nomor empat dari bawah.

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar mengukur angka reproduksi efektif (Rt) dengan pemodelan SimcovID (Simulasi dan Pemodelan COVID-19 Indonesia) berdasarkan metode Kalman Filter yang merupakan perpanjangan dari metode Bayesian Sequential.

SimcovID sendiri merupakan tim gabungan yang terdiri dari peneliti berbagai perguruan tinggi, seperti ITB, Universitas Padjadjaran, YGM, UGM, ITS, UB, dan Undana, dan peneliti perguruan tinggi luar negeri, yakni Essex & Khalifa University, University of Southern Denmark, dan Oxford University.

Beberapa waktu lalu, Wakil Sekretaris Gugus Tugas Berli Hamdani meminta warga Jabar untuk tidak takut mengikuti tes masif COVID-19. Karena tujuan dari tes masif adalah mencegah penyebaran COVID-19, mendapatkan peta persebaran COVID-19 yang komprehensif, membatasi ruang gerak SARS-CoV-2, melacak kontak terpapar COVID-19, dan mendeteksi keberadaan virus. 

Berli juga memastikan pelaksanaan tes masif di Jabar, baik rapid test maupun tes swab, mematuhi semua prosedur yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 

Dalam pedoman pencegahan pengendalian COVID-19 bagian strategi pencegahan dan pengendalian infeksi berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang disusun Kemenkes RI, sudah diatur secara rinci apa saja yang mesti dilakukan tenaga kesehatan (nakes). 

Pertama, nakes harus menerapkan lima momen kebersihan tangan, yakni sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien. 

"Momen kebersihan tangan itu berlaku juga saat pelaksanaan tes.  Termasuk untuk menjaga sterilitas sarung tangan yang petugas. Sebelum dan setelah melakukan prosedur, selalu dilakukan sterilisasi dengan cairan antiseptik, seperti alkohol 70 persen atau sanitizer berbasis alkohol," jelas Berli. 

Menurut Berli, Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan nakes saat pelaksanaan tes masif disesuaikan juga dengan potensi penularan. Untuk pelaksanaan rapid test, nakes yang bertugas memakai APD level 1. Berbeda tes swab, nakes akan memakai APD level 2, karena warga yang mengikuti tes berpotensi lebih besar terpapar SARS-CoV-2.

"APD yang disediakan setiap kegiatan tes masif disesuaikan dengan jumlah tenaga yang bertugas. APD terstandar minimal Level 1 untuk yang melakukan rapid test, sedangkan untuk yang melakukan tes swab minimal Level 2. Cara pemakaian dan pelepasan pun harus sesuai dengan pedoman yang ada," jelas Berli.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.