Sukses

Ditemukan Meninggal Dunia, Ibu Hamil di Selandia Baru Disebut Kecanduan Minuman Bersoda

Seorang ibu hamil di Selandia Baru dua tahun lalu ditemukan tak bernyawa. Baru-baru ini, petugas mengungkapkan bahwa dia mengalami kecanduan minuman bersoda dan masalah kesehatan lainnya

Liputan6.com, Jakarta Seorang ibu hamil di Selandia Baru meninggal dunia karena mengonsumsi minuman bersoda secara berlebihan. Temuan ini diungkap beberapa waktu yang lalu usai wanita bernama Amy Louise Thorpe tersebut mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 2018.

Dilaporkan New Zealand Herald, dikutip Jumat (5/6/2020), Thorpe meninggal terkena serangan epilepsi di rumahnya di Invercargill pada 4 Desember 2018. Dia diketahui tengah hamil 15 minggu pada saat kematiannya dan memiliki riwayat epilepsi.

Thorpe dikabarkan sering mengonsumsi sekitar dua liter minuman bersoda atau sekitar 500 mililiter hingga satu liter minuman berenergi setiap harinya.

Ia sempat dirujuk ke konsultan ahli kebidanan dan kandungan. Dokter mencatat Thorpe mengalami gangguan kejang yang tidak terkontrol dan sering mengalami kejang dengan berbagai pemicu.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ditemukan Tidak Bernyawa

Karena tidak patuh, ia dirujuk ke ahli saraf Graeme Hammond-Tooke pada November 2018. Di sana, Thorpe mendapatkan obat berdasarkan diagnosis epilepsi meskipun hal tersebut tidak pasti.

Thorpe sempat disarankan mencoba obat antiepilepsi lain atau dirawat di rumah sakit dan melakukan pemantauan EEG (electroencephalogram). Namun, ibu tiga anak itu tidak melakukan keduanya.

4 Desember 2018, Thorpe ditemukan sudah tidak bernyawa di tempat tidurnya.

3 dari 4 halaman

Diketahui Mengisap Rokok

Pekan ini, petugas berwenang merilis hasil pemeriksaan mereka terhadap wanita 34 tahun tersebut. Mereka menyatakan, kemungkinan minuman ringan yang dikonsumsinya berkontribusi dalam kematiannya.

Hal tersebut terlihat dari adanya kafein dan nikotin dalam sampel darah dan urin dari Thorpe. Petugas koroner David Robinson juga mengungkapkan bahwa dia mengisap sekitar 80 gram rokok tembakau dalam sepekan.

Dalam laporannya, Thorpe juga memiliki riwayat kejang namun kejadian itu terjadi tiga hari sebelum kematiannya. Dia juga menderita depresi, kecemasan, sleep apnea, peningkatan indeks massa tubuh, dan diabetes gestasional.

Beberapa orang di sekitar Thorpe mengungkapkan bahwa wanita itu memang mengalami kecanduan minuman bersoda.

"Amy memiliki lebih banyak minuman berenergi dalam sehari daripada orang yang minum kopi," kata salah seorang temannya yang bernama Madonna, seperti dikutip dari Mirror.

4 dari 4 halaman

Pengaruh Kafein Terhadap Kejang

Hammond-Tooke yang sempat memeriksa Thorpe mengatakan beberapa penelitian menunjukkan asupan kafein memang dapat meningkatan kerentanan seseorang mengalami kejang. Namun yang lain menemukan hal itu berpotensi melindungi mereka.

Di sisi lain, kafein juga terbukti menghambat obat anti-kejang yang biasa digunakan untuk mengatasi epilepsi.

"Dalam kasus nyonya Thorpe, saya pikir ada kemungkinan bahwa kafein yang berlebihan berkontribusi pada kontrol kejang yang buruk," kata Hammond-Tooke.

"Sementara asupan sederhana kafein yang terkandung dalam minuman tidak cenderung mempengaruhi kontrol kejang, dalam jumlah besar mungkin dapat meningkatkannya dan bisa memiliki efek buruk lainnya pada kesehatan."

Petugas koroner mendorong agar hasil temuan mereka dipublikasikan agar menjadi pembelajaran bagi orang dengan epilepsi dan dokter, agar mereka tahu konsekuensi potensial dari pemakaian terlalu banyak kafein.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.