Sukses

Cerita Penyintas COVID-19 di AS: Bangun dari Koma, Sempat Lupa Sudah Menikah

Chris Tillet dinyatakan sembuh dari COVID-19. Namun usai bangun dari koma, dia sempat lupa sudah menikah

Liputan6.com, Jakarta Chris Tillet menjadi orang pertama di Connecticut, Amerika Serikat yang didiagnosis dengan infeksi virus corona atau COVID-19. Awalnya, pria 45 tahun ini hanya mengalami flu dan demam.

Kondisi Chris namun memburuk seiring berjalannya waktu. Dia pun terpaksa menghabiskan waktunya 10 hari dalam keadaan dibuat koma karena pneumonia.

Sementara itu, usai Chris dinyatakan positif COVID-19 pada awal Maret, sang istri Elizabeth bersama kedua putra kembarnya John dan Luke yang berusia 5 bulan, segera mengkarantina diri mereka di rumah.

"Saya bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal pada suami saya," kata Elizabeth seperti dikutip dari People pada Senin (6/4/2020).

Elizabeth beruntung karena perawat memperbolehkan dirinya melakukan panggilan video untuk menengok kondisi sang suami. Melihat kondisi Chris yang semakin membaik, dia pun tak sabar untuk bertemu kembali dengannya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sempat Lupa Sudah Menikah

Pada tanggal 17 Maret, Chris bangun dari koma. Sekitar seminggu kemudian, dia diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Namun, dia mengatakan bahwa dirinya sempat tidak ingat bahwa dia telah menikah dan punya anak-anak.

"Hampir seperti saya diatur ulang menjadi pria dewasa. Rasanya seperti saya masih anak-anak berusia 18, 19 tahun lagi dalam pikiran," ujarnya. Butuh sekitar tiga hingga empat hari untuk benar-benar menjadi dirinya kembali.

Ketika pulang pun, Elizabeth tetap menolak memeluk suaminya meski telah dinyatakan dua kali negatif virus corona.

"Saya tidak ingin mendapatkan apa yang kamu dapatkan. Kamu akan pulang, melepas pakaian, mandi selama tiga jam, dan kemudian tetap di lantai bawah. Saya sangat takut untuk memeluknya sekitar 24 jam pertama," kata Elizabeth.

Dalam perawatan, dia mendapatkan pengobatan berupa chloroquine dan beberapa obat lainnya. Awalnya dokter tidak melihat adanya efek yang terlihat. Mereka pun memberikan Chris kombinasi chloroquine dengan obat HIV Kaletra.

3 dari 3 halaman

Memikirkan Para Pekerja dan Pasien di RS

Dikutip dari New York Post, Elizabeth, yang juga seorang perawat, mengatakan Chris mendapatkan Lasix untuk mengeluarkan cairan dari paru-parunya. Ketika kondisinya mulai membaik, dokter lalu memberikannya Remdesivir.

"Tidak ada peluru ajaib," kata Elizabeth. "Saya pikir perawatan suportif yang memungkinkan tubuhnya melawan virus dengan sangat baik dan membantunya mengatasi COVID-19. Tidak ada kelompok kontrl yang tidak mendapatkan apa-apa, jadi sulit untuk mengatakannya."

Kondisi Chris sudah jauh lebih baik. Hanya saja, seringkali dia tak bisa tidur memikirkan para pekerja di rumah sakit dan sesama pasien.

"Saya memikirkan seorang wanita yang kadang berteriak dan saya merasa, bertanya bagaimana keadaannya, apakah dia bahkan masih di sana, apakah dia berhasil melewatinya. Ada beberapa perasaan emosional yang pasti Anda miliki," kata Chris.

Dia pun meminta agar semura orang tetap tinggal di rumah dan menjaga jarak demi mencegah penyebaran virusnya. Sementara itu sang istri, berharap agar dia bisa kembali turun tangan dan membantu pasien lain dalam melawan penyakit tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.