Sukses

Berawal dari Bosan Ngemal, Peni Jatuh Cinta Membatik

Bagi anak muda yang tinggal di perkotaaan, membatik bukan hobi yang populer. Namun, buat Peni (33) membatik itu sangat menyenangkan.

Liputan6.com, Jakarta Bagi orang yang tinggal di kota besar, membatik bukanlah aktivitas populer. Bahkan terkesan jadul. Namun, bagi Peni (33) daripada dirinya menghabiskan uang dengan jalan-jalan di mal, ia pilih sibuk membatik.

Kesukaan Peni di dunia batik bermula ketika ibunya, Indra Tjahjani, pada 2000 membuka workshop membatik di area Bekasi. Bagi Peni yang saat itu masih berusia belasan, tak terbersit belajar membatik. Namun, sang ibu memaksa membantu menyiapkan alat-alat membatik.

"Ibu saat itu enggak pernah maksa belajar membatik. Cuma saat itu ibu cuma memaksa untuk membantunya menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan," kata Peni di pameran batik di Pacific Place, Jakarta pada Selasa (2/10/2018).

Pelan-pelan, ia mulai akrab dengan kegiatan batik-membatik. Peni mencoba untuk mengambil kain lalu mencanting. Ia pun merasakan kenikmatan dari aktivitas tersebut. Setahun belajar, dirinya mulai nyaman. Ia sadar bahwa membatik sebuah kegiatan seni. Sama seperti melukis, bedanya membatik dilakukan di atas kain. 

"Banyak orang melihat membatik itu pekerjaan yang rendah, tapi buatku ini sebuah karya seni. Mulai dari menggambar pola di atas kain lalu mencanting sampai mewarnai," katanya.

Sejak saat itu, akhir pekannya selalu diisi dengan membatik. Waktunya ke mal jadi berkurang."Saat itu memang seusiaku banyak menghabiskan waktu akhir pekan di mal. Bosan juga ya ke mal, tapi setelah ku pikir-pikir itu menghabiskan uang. Jadi, ku pilih membatik aja," ceritanya.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membatik latih fokus

Ketika sudah membatik, Peni bisa lupa waktu. Ada orang di dekatnya ia bisa tak sadar."Iya, enggak tahu kenapa, kalau uda pegang canting, fokusnya cuma di situ," katanya.

Ketika mencanting, ia juga merasa itu seperti meditasi. Butuh fokus dan pikiran tak boleh kalut. Kalau tidak, hasil goresan lilin di atas kain jadi berantakan.

Dari hobi membatik, ia bisa menghasilkan banyak kain batik. Ia pun menjual karya batiknya secara online. Harganya berkisar Rp 200.000-400.000. Ia dan ibunya juga sering diundang perusahaan-perusahaan untuk memperlihatkan proses membatik. 

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.