Sukses

Pakar Medis Memperbolehkan Gen Janin Diperbaiki

Menyempurnakan gen-gen bayi yang belum lahir dapat diperbolehkan secara etis di masa depan, demikian menurut panel etika kedokteran Inggris.

Jakarta Menyempurnakan gen-gen bayi yang belum lahir dapat diperbolehkan secara etis di masa depan, demikian menurut panel etika kedokteran Inggris, Senin (16/7/2018).

Terobosan teknologi baru-baru ini memungkinkan dokter untuk mengedit DNA embrio untuk mengurangi risiko pengembangan penyakit di kemudian hari, dilarang di banyak negara.

Akan tetapi, laporan oleh Nuffield Council on Bioethics menemukan bahwa perubahan hukum harus dilakukan jika prosedur penyuntingan gen mengamankan kesejahteraan seseorang dan tidak meningkatkan kerugian, diskriminasi, atau perpecahan dalam masyarakat.

"Upaya memanfaatkan potensi pengeditan genom untuk memengaruhi karakteristik generasi mendatang tidak dapat ditolak begitu saja," kata Karen Yeung, profesor hukum, etika dan informatika di Universitas Birmingham, Inggris, yang mengepalai panel itu. 

Takut akan 'designer babies'

Namun, para penentang penyuntingan gen memperingatkan bahwa membiarkan praktik itu dapat mengarah pada penciptaan manusia super yang memiliki keuntungan genetis yang tidak adil atas orang lain.

Juru kampanye David King dari kelompok Human Genetics Alert mengatakan, laporan Nuffiled menganjurkan penciptaan "bayi desainer" dan itu tidak dapat diterima.

"Kita harus memiliki larangan internasional untuk menciptakan bayi yang direkayasa secara genetik," katanya.

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketakutan baru atas teknologi penyuntingan gen

 

Penegasan etis penyuntingan gen muncul setelah peringatan terpisah bahwa salah satu teknologi yang paling menjanjikan - CRISPR/Cas9 - mungkin lebih berbahaya daripada yang diperkirakan semula.

Para ilmuwan yang menguji teknologi berumur enam tahun ini pada tikus dan sel-sel manusia. Hasilnya, ditemukan bahwa hal itu menyebabkan mutasi gen yang tidak diinginkan secara lebih "sering" dan "ekstensif". Ini menurut sebuah studi yang diterbitkan Senin (16/07) di jurnal Nature Biotechnology.

"Kami menemukan bahwa perubahan dalam DNA telah diremehkan sebelumnya," kata Allan Bradley, profesor di Wellcome Sanger Institute Inggris yang ikut memimpin studi tersebut.

Temuan ini sesuai dengan hasil studi terpisah yang diterbitkan bulan lalu yang menunjukkan bahwa CRISPR/Cas9 dapat meningkatkan risiko kanker di beberapa sel.

Saham perusahaan bioteknologi yang menggunakan CRISPR/Cas9, termasuk CRISPR Therapeutics, turun tajam setelah publikasi penelitian.

CRISPR Theurapeutics mengatakan tidak menggunakan metode yang sama yang digunakan dalam penelitian, tetapi mengakui itu telah melihat "temuan serupa" dalam risetnya sendiri.

vlz/hp/DW

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.