Sukses

Polusi Udara Sudah Memengaruhi Bayi Sejak di Kandungan

Efek polusi udara memengaruhi bayi sejak di dalam rahim dan menimbulkan kesehatan yang buruk di kemudian hari.

Liputan6.com, California, Amerika Serikat Polusi udara memengaruhi manusia sejak di dalam rahim. Wanita yang terpapar polusi udara selama kehamilan akan memiliki bayi dengan telomere (bagian ujung dari DNA) yang lebih pendek. Penelitian ini diterbitkan Senin, 16 Oktober 2017 di JAMA Pediatric.

Bagian ujung DNA ini mirip dengan tali sepatu, yang dianggap sebagai penanda penuaan biologis. Berdasarkan hasil temuan, paparan polusi udara di dalam rahim dapat menyebabkan kesehatan buruk di kemudian hari.

Para peneliti mengamati 641 ibu dan bayi baru lahir. Penelitian dilakukan antara bulan Februari 2010 dan Desember 2014. Mereka berpartisipasi dalam penelitian berjudul, Environmental Influence on Ageing in Early Life. Proyek penelitian ini mengeksplorasi interaksi faktor penuaan dan lingkungan terhadap manusia.

Hanya wanita yang baru saja melahirkan satu anak atau setelah 37 minggu masa kehamilan yang dipilih sebagai peserta dalam penelitian. Untuk mengukur paparan polusi udara, tim peneliti menganalisis “Particulate matter (PM)" (istilah campuran partikel padat dan tetesan cairan yang ditemukan di udara).

Ibu yang terkena paparan polusi udara lebih tinggi (PM2,5) memiliki bayi yang baru lahir dengan panjang telomere yang jauh lebih rendah. Tiap kenaikan 5 mikrogram per meter kubik paparan polusi udara dikaitkan dengan telomere yang lebih pendek (9 persen).

Telomere plasenta bayi juga lebih pendek (13 persen), dilansir dari CNN, Selasa (17/10/2017).

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Efek terpapar polusi

Trimester kedua dinilai sebagai periode yang sangat rentan. Paparan polusi udara akan meningkatkan pemendekan ujung DNA. Radikal bebas yang mengandung oksigen di tubuh akan mudah bereaksi dengan molekul lain.

Jika terjadi penumpukan radikal bebas di dalam sel dapat menyebabkan kerusakan pada DNA, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel dan penyakit kardiovaskular.

Para peneliti menyarankan pengurangan paparan polusi udara. Studi lebih lanjut sangat penting. Hal ini karena panjang telomere sebagian besar diwarisi dari orangtua.

Namun, ini tidak mengesampingkan paparan lingkungan mungkin memengaruhi panjang telomere sejak bayi dalam kandungan.

"Panjang telomere bisa dipengaruhi banyak faktor, di antaranya stres. Ya, bisa jadi, ibu yang tinggal di daerah yang lebih banyak kena polusi udara mengalami tekanan tinggi, yang kemudian mengarah ke telomere yang sedikit lebih pendek," kata Jan Karlseder, direktur Paul F. Glenn Center for Biology of Aging Research di Salk Institute, California, Amerika Serikat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.