Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi memperlihatkan dampak buruk bila seorang anak usia di awal belasan tahun mengalami depresi. Mereka akan berpotensi menjadi pengguna ganja saat akhir masa remaja.
Baca Juga
Peneliti University of Washington School of Medicine mewawancarai 521 siswa sekolah menengah pertama di Seattle, Amerika Serikat. Lalu, anak-anak tersebut kembali diwawancarai saat 18 tahun.
Advertisement
Hasil studi menunjukkan, bila seseorang mengalami depresi di usia muda, risiko menjadi pengguna ganja saat 18 tahun meningkat hingga 50 persen, seperti dikutip dari laman hsnewsbeat.uw.edu, Kamis (10/8/2017).
Ganja berasal dari tanaman kanabis. Tanaman ini mengandung zat aktif tetrahidrokanabinol (THC) dan 65 zat kimia lain. THC menciptakan efek eforia alias kesenangan tanpa sebab dalam waktu relatif lama. Bisa jadi, anak remaja yang depresi tersebut ingin mengalihkan rasa sedih mendalam yang menderanya dengan mengonsumsi ganja.
Lewat studi ini, peneliti mengingatkan betapa penting orangtua mengetahui kondisi kesehatan anak. Jika memang anak mengalami depresi atau gangguan kesehatan mental lain, segera upayakan anak mendapat penanganan.
"Temuan ini menunjukkan jika depresi di awal remaja dapat dicegah, dikurangi, atau diatasi, maka risiko orang tersebut menjadi pengguna ganja bisa dikurangi," kata profesor di bidang psikiatri, Isaac Rhew. *
Saksikan juga video menarik berikut:
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.