Liputan6.com, Jakarta "Bumbu" dalam rumah tangga terkadang diperlukan untuk membuat kehidupan lebih berwarna, termasuk sesekali melakukan having sex, bukan making love dalam kehidupan seksual, seperti disampaikan psikolog dari RS Hermina Daan Mogot Jakarta Barat, Jovita Ferliana.
Aktivitas having sex tidak selalu terjadi. Melainkan ketikan berada pada spot atau kondisi tertentu. Misalnya ketika anak-anak sedang liburan ke rumah nenek atau usai menonton film di rumah lalu salah satu ada cinta membara atau horny kemudian spontan dilanjutkan dengan having sex seperti kata Jovita usai peluncuran Durex Invisible ditulis Rabu (24/5/2017).
Baca Juga
"Dan having sex pada hubungan suami istri tetap kok nantinya ujungnya pada making love. Karena nanti berujung pada keinginan untuk membahagiakan pasangan di ranjang," tuturnya.
Advertisement
Ya, making love dan having sex memang sama-sama aktivitas bercinta. Namun ada perbedaan besar yang mendasari hal tersebut.Â
Having sex merupakan aktivitas bercinta yang hanya melibatkan gairah atau ketertarikan fisik dua insan manusia. Berbeda dengan making love, kata Jovita, yang lebih dari sekadar fisik karena melibatkan emosi, perasaan, dan komunikasi terbuka. Semuanya itu berakhir dengan keintiman dan kenyamanan kedua belah pihak saat berhubungan seksual.
"Making love itu hubungan seksual yang lebih mendalam dibandingkan having sex. Perasaan nyaman dari kedua belah pihak sangat penting. Bukan hanya secara fisik penuh, tapi juga secara emosi," jelasnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.