Sukses

Kemenag Jabarkan Inovasi Haji 2019, Mulai Dari Fast Track hingga Sistem Zonasi

Salah satu inovasi jemaah calon haji 2019 ini adalah layanan fast track.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) RI Prof Nizar mengatakan, pemerintah menerapkan sejumlah inovasi baru pada musim haji 1440 Hijriah atau 2019 ini dengan tujuan mempermudah layanan ibadah haji.

"Inovasi baru tersebut, pertama layanan fast track yang kemarin dilepas oleh Wakil Presiden di Bandara Soekarno-Hatta," ujar Nizar, saat konferensi pers sosialisasi penyelenggaraan ibadah haji 1440 Hijriah di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (19/7/2019).

Ia menjelaskan, fast track merupakan layanan jalur cepat dengan tujuan para jemaah calon haji tidak perlu lagi melakukan check in imigrasi karena sudah dilakukan di Bandara Soekarno Hatta.

Layanan fast track, kata Nizar, dinilai cukup efektif untuk memangkas waktu tunggu yang bisa menghabiskan empat hingga enam jam saat tiba di Arab Saudi. Sedangkan di Tanah Air, hanya butuh waktu sekitar satu hingga satu setengah jam.

"Kalau di Arab Saudi pasti lama, karena bercampur dengan negara-negara lain sehingga ini terlalu lama," ucap dia.

Inovasi kedua, sambung Nizar, pemerintah telah menerapkan layanan tahmil watanzil atau pengangkutan barang bawaan jemaah calon haji setibanya di Tanah Suci.

Sehingga, kata dia, berbagai koper dan bagasi langsung diurus oleh petugas yang kemudian diantarkan ke hotel masing-masing.

"Hal ini dilakukan karena penyelenggaraan ibadah haji sebelumnya banyak jemaah calon haji yang sudah lanjut usia membawa koper atau barang bawaannya sendiri," papar Nizar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inovasi Lainnya

Nizar memaparkan, inovasi lainnya yaitu pemerintah melakukan penomoran tenda, baik di Arafah maupun Mina. Berdasarkan evaluasi penyelenggaraan haji sebelumnya, ada jemaah calon haji menempati tenda yang bukan haknya.

"Akibatnya sempat terjadi gesekan-gesekan meskipun bisa diatasi, oleh sebab itu penomoran tenda dibutuhkan," tuturnya.

Ia menambahkan, inovasi selanjutnya yaitu adanya penerapan sistem zonasi dengan tujuan mempermudah manajemen haji di Arab Saudi. Total, kata Nizar, terdapat tujuh zonasi di Makkah yang dibagi menjadi tujuh tempat.

"Pertama, zonasi Azizah ditempati embarkasi Lombok, Raudhah ditempati embarkasi Palembang dan Jakarta. Selanjutnya Misfalah ditempati embarkasi Jakarta-Bekasi. Kemudian Jarwal ditempati embarkasi Solo," ucapnya.

Lalu, sambung Nizar, Mahbas Jin ditempati embarkasi Surabaya, Rei Bakhsy ditempati embarkasi Banjarmasin dan Balikpapan, dan Syisyah ditempati Embarkasi Aceh, Medan, Padang, Batam, serta Makasar.

"Kebijakan zonasi diterapkan dikarenakan beberapa pertimbangan pelayanan untuk jemaah seperti bahasa, budaya, adat istiadat. Sebagai contoh sistem zonasi memudahkan petugas untuk memberikan atau menyediakan makanan khas daerah," pungkas Nizar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.