Sukses

Rekonstruksi dan Penuturan Saksi Mata Tragedi Mina

Saat menyusuri Jalan 23 itu, jemaah SUB 48 kemudian bertemu dengan kelompok Arab yang datang dari bawah jembatan di sisi kiri jalan.

Liputan6.com, Mekah - Pemerintah membentuk Satuan Operasional Arafah–Muzdalifah–Mina, Arab Saudi atau Satop Armina untuk merekonstruksi tragedi Mina yang memakan korban jiwa 100 jemaah haji Indonesia. Salah satu upaya rekonstruksi dilakukan dengan menggali informasi dari keluarga korban.

Para jemaah yang ada dalam peristiwa nahas 24 September 2015 lalu itu juga dihadirkan dalam rekonstruksi.

"Kita dari Satop Armina sudah mengumpulkan para ketua kloter dan jemaah yang kehilangan saudaranya. Dari situ kita ingin mengetahui apa sih sebenarnya penyebab dari kejadian itu," kata Kepala Satop Armina Abu di Mekah, Arab Saudi.

Abu Haris mengatakan, Kementerian Agama secara resmi bersurat kepada Kerajaan Arab Saudi untuk memohon klarifikasi tentang penyebab kejadian itu. Namun begitu jajarannya juga tetap berinisiatif untuk mengajak beberapa jemaah mereka ulang kejadian tersebut.

"Perjalanan dari mana kemudian dibelokkan ke mana, sampai di titik mana  berdesakan, kapan mulai ada  orang-orang yang  naik tenda, dan sebagainya. Ini akan kita analisis," tutur Abu Haris.

Bersama Kepala Bidang Keamanan Tri Budi, Abu mengajak 2 jemaah dari kloter 48 Embarkasi Surabaya (SUB 48) yang berada di tempat kejadian untuk melakukan rekonstruksi tragedi Mina.

Dari kedua orang itu, diperoleh informasi bahwa Jalan 204 Mina yang menjadi tempat kejadian bukanlah jalur jemaah haji Indonesia.

Berdasarkan hasil rekonstruksi, kata Abu, 2 jemaah itu bercerita, saat tragedi Mina terjadi jemaah SUB 48 tengah melalui Tharik Malik Fahd yang membentang dari Mina Jadid sampai Jamarat. Sebelum sampai di Jamarat, tepatnya ketika sampai pertigaan Jalan 23, mereka dibelokkan ke arah kiri karena Tharik Malik Fahd ditutup.

Saat menyusuri Jalan 23 itu, jemaah SUB 48 kemudian bertemu dengan kelompok Arab yang datang melalui bawah jembatan yang ada di sisi kiri jalan dan tidak jauh dari pertigaan Jalan 204. Tidak lama kemudian, mereka juga bertemu dengan jemaah haji yang datang dari arah berlawanan dengan mereka. Ketiga kelompok jemaah yang datang dari tiga arah berlawanan itu kemudian dibelokkan ke Jalan 204 secara bersamaan.

"Jadi di Jalan 204 yang merupakan tempat peristiwa itu ada tiga arus yang masuk ke situ.  Kita bisa membayangkan bagaimana kalau lebar jalan segitu kemudian dipenuhi oleh tiga arus," tutur Abu Haris.

Para jemaah pun sudah berdesakan sejak awal Jalan 204 menuju ke arah Jamarat. Namun informasi persis terkait kejadian yang ada di ujung Jalan 204, menjelang sampai ke Jamarat belum bisa digali karena salah satu dari kedua jemaah SUB 48 itu sudah pingsan. Sementara yang satunya mengambil jalur berbeda untuk menyelamatkan diri.

Abu mengatakan, Kloter JKS 61 adalah yang paling banyak menjadi korban. Beberapa saksi mata mengatakan bahwa ada pengalihan arus ke kiri oleh petugas Indonesia saat kejadian.

Hal ini pun dibenarkan oleh Kepala Bidang Keamanan Tri Budi membenarkan memang ada petugas PPIH yang mengarahkan jemaah ke jalur kiri. "Memang benar ada petugas yang mengarahkan ke jalur kiri, akan tetapi itu jaraknya sekitar 2,6 km sebelum lokasi kejadian menuju Jalan 204, Mina" ujar Tri.

Kata Saksi Mata

Sementara itu saksi mata Apep Wachyudin yang juga menjadi korban saat tragedi di Jalan 204 Mina menuturkan alasan kenapa jemaah haji Indonesia yang tergabung dalam JKS 61 banyak yang tergiring ke Jalan 204.

Pagi itu pukul 07.00 WAS Apep bersama rombongan menuju Jamarat tempat melempar Jumrah. "Terlihat rombongan jemaah kulit hitam berjalan merangsek ke depan." ujar Apep saat ditemui Liputan6.com di Maktab 7, Mina Jadid pada Jumat 26 September 2015.

Tak lama berselang rombongan jemaah haji mulai terhenti karena penuhnya jemaah lain. "Dari arah berlawanan jemaah kulit hitam masuk ke arah kami. Saya saat itu berada paling depan di antara rombongan kulit hitam," tutur dia.

Apep melanjutkan, dirinya sempat tiga kali terjatuh bersama istrinya yang ikut dalam rombongan karena sesaknya jemaah saat itu. Bersama rombongannya, dia bahkan terkunci tidak bisa bergerak.

"Jemaah saat itu saling bertabrakan. Jemaah yang hendak ke Jamarat dan jemaah yang pulang dari Jamarat. Kita berada di antara maktab-maktab yang terkunci. Karena di depan bentrok yang di belakang terus dorong. Saya kebetulan pas di bagian terdepan," tutur Apep.

Sementara itu, Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah, Dharmakirty Syailendra Putra menuturkan, pemerintah Arab Saudi masih mendalami tragedi Mina tersebut.

"Mungkin dalam minggu ini akan keluar hasil investigasi mereka. Mereka menjanjikan akan mengeluarkan hasil investigasi ini, biarkan pemerintah Arab Saudi yang mempunyai kewenangan dalam hal ini untuk menginvestigasikan hal itu dan jangan sampai kita membuat asumsi yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," pungkas Dharmakirty. (Ndy/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.