Liputan6.com, Kyiv - Gencatan senjata sementara pada perang di Ukraina yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin berlangsung dari pagi hari tanggal 8 Mei hingga 11 Mei. Kendati demikian Kyiv melaporkan bahwa pada masa jeda tersebut masih ada serangan terhadap wilayahnya.
Ukraina melaporkan serangan terbatas di wilayah timur lautnya, Sumy, tetapi tidak ada serangan rudal atau pesawat nirawak pada Kamis (8/5) pagi, karena perintah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk gencatan senjata tiga hari dengan Ukraina seharusnya mulai berlaku.
Baca Juga
Putin secara sepihak memerintahkan gencatan senjata sementara bertepatan dengan parade Hari Kemenangan Moskow pada Jumat (9/5), sebuah usulan yang ditolak Ukraina sebagai sandiwara.
Advertisement
"Hingga pukul 8 pagi, tidak ada serangan rudal atau pesawat nirawak serang yang tercatat di wilayah udara Ukraina. Namun, pada malam hari, musuh mengintensifkan serangan udara taktis menggunakan bom udara berpemandu di wilayah Sumy," kata angkatan udara, setelah melaporkan beberapa peluncuran pada pagi hari seperti dikutip dari AFP.
Sebuah serangan menghantam daerah permukiman dekat Bilopillya, sebuah desa yang dekat dengan perbatasan antara Sumy dan wilayah Kursk Rusia, kata layanan darurat Ukraina.
Kepala pusat penanggulangan disinformasi Ukraina, Andriy Kovalenko, mengklaim Rusia "melanggar gencatan senjata dengan menyerang wilayah Sumy".
Ia juga melaporkan serangan terhadap "garis depan di timur dan wilayah Kharkiv" di timur laut Ukraina – meskipun badan komando dan kontrol militer sentral Ukraina belum mengomentari hal ini.
Â
Â
Ukraina Sebut Gencatan Senjata 3 Hari Rusia Sandiwara
Gencatan senjata dimaksudkan bertepatan dengan kedatangan para pemimpin dunia di Moskow – termasuk Xi Jinping dari China, Luiz Inacio Lula da Silva dari Brasil, dan Aleksandar Vucic dari Serbia – untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia II.
Ukraina tidak pernah menyetujui usulan tersebut, menganggapnya sebagai sandiwara dan sebaliknya menyerukan gencatan senjata selama 30 hari.
Presiden AS Donald Trump telah berupaya mengakhiri serangan militer tiga tahun Moskow terhadap Ukraina sejak pelantikannya pada bulan Januari, tetapi gagal meredakan permusuhan antara kedua musuh.
Beberapa jam sebelum perintah Putin mulai berlaku, Moskow dan Kiev melancarkan serangan udara, yang menyebabkan penutupan bandara di Rusia dan menewaskan sedikitnya dua orang di Ukraina.
Kremlin mengatakan pasukan Rusia akan menghormati perintah Putin selama liburan, tetapi akan menanggapi "segera" jika Ukraina melancarkan tembakan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menyerukan gencatan senjata selama 30 hari dalam pidato malamnya pada hari Rabu (7/5).
"Kami tidak menarik usulan ini, yang dapat memberi kesempatan pada diplomasi. Namun, dunia tidak melihat tanggapan apa pun dari Rusia," katanya.
Advertisement
Negosiasi Alot Gencatan Senjata Rusia dan Ukraina
Putin mengumumkan gencatan senjata bulan lalu sebagai isyarat "kemanusiaan", menyusul tekanan dari Amerika Serikat untuk menghentikan serangannya selama tiga tahun terhadap Ukraina.
Pemimpin Rusia menolak usulan bersama AS-Ukraina untuk gencatan senjata tanpa syarat pada bulan Maret, dan sejak itu hanya menawarkan sedikit kontribusi untuk upaya perdamaian Trump.
Ukraina mengatakan tidak yakin Rusia akan mematuhi gencatan senjata ini dan menuduh Moskow melakukan ratusan pelanggaran selama gencatan senjata 30 jam sebelumnya yang diperintahkan Putin untuk Paskah.
Rusia, yang melancarkan serangan militer skala penuh terhadap Ukraina pada tahun 2022, menembakkan lebih dari 100 pesawat nirawak dan beberapa rudal balistik ke tetangganya antara Selasa malam dan Rabu sore, menewaskan seorang ibu dan putranya, kata Kyiv.
Gedung Putih semakin frustrasi dengan kurangnya kemajuan menuju kesepakatan damai antara pihak yang bertikai, meskipun ada upaya dari Presiden AS Donald Trump.
Wakil Presiden AS JD Vance pada hari Rabu (7/5) meminta keduanya untuk melakukan pembicaraan langsung. "Kami pikir mungkin mustahil bagi kami untuk memediasi ini sepenuhnya tanpa setidaknya beberapa negosiasi langsung antara keduanya," katanya.
Peringatan Victory Day Rusia
Rusia menandai Victory Day atau Hari Kemenangan dengan parade besar peralatan militer di Lapangan Merah, serta pidato dari Putin.
Lebih dari 20 pemimpin dunia diperkirakan akan berada di Moskow untuk parade 9 Mei.
"Militer dan dinas khusus kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa perayaan kemenangan besar berlangsung dalam suasana yang tenang, stabil, dan damai," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Ia juga mengatakan bahwa pihak berwenang telah memutus koneksi internet menjelang parade, dengan alasan ancaman dari Kyiv.
"Kita perlu memperhitungkan lingkungan berbahaya yang kita miliki," kata Peskov, mengacu pada Ukraina. "Selama tamu ada di sini, hingga 10 Mei, kita harus siap menghadapi pembatasan," tambahnya, sambil meminta warga Moskow untuk memahami.
Pasukan Kremlin menduduki seperlima wilayah Ukraina dan musim semi ini menghantam negara itu dengan serangkaian serangan mematikan di wilayah sipil.
'Tidak ada yang membuat kami takut'
Warga Rusia dari luar Moskow yang mengunjungi ibu kota yang dijaga ketat untuk parade itu sepertinya tidak terpengaruh.
"Kami dari Rostov-on-Don. Tidak ada yang membuat kami takut," kata mahasiswa berusia 22 tahun Valeria Pavlova. Kota di selatan itu berfungsi sebagai pusat komando dan logistik untuk serangan Ukraina dan secara teratur menjadi sasaran. "Di sini jauh lebih tenang," imbuhnya.
Namun, situasi di bandara di Moskow, Saint Petersburg, dan kota-kota lain lebih kacau.
Ukraina meluncurkan serangkaian serangan pesawat nirawak ke Rusia pada hari sebelumnya, yang memaksa bandara menghentikan lalu lintas dengan 60.000 orang mengalami gangguan penerbangan, menurut Moskow.
Serangan drone atau pesawat nirawak Kyiv mengganggu sekitar 350 penerbangan pada hari Selasa (6/5) dan Rabu (77/5), kata Asosiasi Operator Tur Rusia. Video di media sosial menunjukkan orang-orang tidur di lantai dan bandara dengan deretan lebih dari selusin pesawat mengantre di landasan.
Wilayah udara Ukraina terpaksa ditutup sejak Rusia melancarkan serangannya pada bulan Februari 2022.
Advertisement