Liputan6.com, Monako - Monako merayakan kelahiran putra mahkota dengan 101 tembakan meriam setelah Putri Grace, yang sebelumnya dikenal sebagai aktris Grace Kelly, melahirkan seorang putra di Istana Monako pada 14 Maret 1958. Peristiwa ini menjadi bagian dari sejarah Monako, yang saat itu dipandang sebagai momen penting dalam menyelamatkan kerajaan dari pengaruh Prancis.
Meskipun telah dipersiapkan pengumuman resmi, kabar kelahiran bayi tersebut pertama kali diketahui dunia ketika seorang perempuan dari jendela istana meneriakkan kepada para jurnalis yang menunggu, "Laki-laki, laki-laki!"
Laporan dari BBC On This Day yang dikutip Jumat (14/3/2025) menyebutkan bahwa bayi yang lahir pada pukul 11.00 waktu setempat itu memiliki berat 8 pon 11 ons sekitar 3,95 kilogram dan diberi nama Albert Alexandre Louis Pierre. Ia kemudian dikenal sebagai Pangeran Albert II.
Advertisement
“Ia adalah seorang pangeran yang lucu dan menggemaskan,” ucap Margaret Kelly, ibu Putri Grace.
Margaret Kelly, ibu dari Putri Grace, menyampaikan kepada para jurnalis bahwa putrinya dan sang bayi dalam keadaan sehat. "Ini adalah pangeran yang tampan dan sehat," ujarnya dengan penuh kebanggaan.
Bayi laki-laki tersebut secara otomatis menjadi pewaris takhta, mendahului kakak perempuannya, Putri Caroline, yang berusia satu tahun. Sang putri kecil terlihat di balkon istana dalam gendongan ayahnya, Pangeran Rainier III, beberapa saat setelah kelahiran adiknya.
Pangeran Rainier III kemudian menyampaikan pidato resmi kepada rakyat Monako untuk mengumumkan kelahiran putra mahkotanya.
Sebagai bentuk perayaan, bendera dan bunga menghiasi seluruh penjuru Monako. Pemerintah pun menetapkan keesokan hari sebagai hari libur nasional. Selain itu, Pangeran Rainier III disebut bakal memberikan pengampunan kepada enam narapidana yang saat ini berada di penjara Monako.
Kehadiran bayi ini semakin memastikan bahwa Monako tidak akan jatuh ke tangan Prancis setelah wafatnya Pangeran Rainier. Sesuai perjanjian tahun 1918 antara kedua negara, jika Monako tidak memiliki pewaris takhta, maka negara itu akan tunduk pada hukum Prancis.
Pada saat itu, Pangeran Rainier III berusia 35 tahun dan telah memerintah Monako sejak 1949. Ia menggantikan kakeknya dan menjadi pemimpin ke-31 Monako. Pangeran Rainier terus memimpin Monako hingga wafat pada April 2005.
Laporan VOA menyebut Istana Kerajaan Monako mengumumkan bahwa Pangeran Rainier III meninggal dunia pada usia 81 tahun. Sang pangeran telah sakit selama berbulan-bulan dan menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Monako akibat infeksi bronkial dan paru-paru.
Menurut informasi yang dikutip dari situs palais.mc, Pangeran Albert II naik takhta setelah ayahnya, Pangeran Rainier III yang meninggal pada 6 April 2005. Setelah menjalani masa berkabung resmi selama tiga bulan enam hari, upacara kenaikan takhtanya digelar pada 12 Juli 2005.