Liputan6.com, Mogadishu - Ledakan bom di truk Mogadishu Somalia hari ini tujuh tahun yang lalu tercatat dalam sejarah.
Kala itu Sabtu 14 Oktober 2017, mengutip Hiiran.com, sebuah truk berisi bahan peledak dibom dan meledak di luar persimpangan K5 yang ramai pada siang hari. Jalanan dipenuhi kantor-kantor pemerintah, kios-kios, dan restoran.
Baca Juga
Dampak bom truk itu diperparah oleh truk tangki bahan bakar di dekatnya yang melipatgandakan intensitas ledakan.
Advertisement
Ledakan kedua yang menargetkan Distrik Medina terjadi kurang dari dua jam kemudian. Meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, Al-Shabaab sering menggunakan metode serangan yang sama terhadap posisi-posisi sipil, pemerintah, dan militer dalam pemberontakannya selama satu dekade.
Jumlah korban tewas terakhir sebanyak 587 orang menjadikan pengeboman 14 Oktober itu sebagai yang paling mematikan ketiga dalam sejarah. Hanya serangan bom truk terkoordinasi empat kali pada Agustus 2007 di dua kota Yazidi di Irak Utara yang menewaskan 796 orang dan serangan 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat dengan korban tewas hampir 3.000 orang yang melampaui dalam hal angka kematian.
Komite penyelidikan Somalia yang dibentuk juga mengumumkan bahwa hanya dalam tiga serangan terpisah tahun 2017, total 656 orang tewas dan 340 lainnya terluka. Pengeboman truk pada tanggal 14 Oktober menewaskan 587 orang, 46 orang lainnya tewas ketika Hotel Nasa Hablod diserang pada tanggal 28 Oktober, dan terakhir, serangan terhadap Akademi Kepolisian menewaskan 23 orang.
Salah Satu Serangan Teror Paling Mematikan dalam Sejarah Modern Somalia
Sebuah Komite Somalia yang menyelidiki jumlah korban dari pengeboman truk yang menghancurkan di Mogadishu Somalia pada Sabtu 14 Oktober 2017 yang merilis data peningkatan jumlah korban tewas menjadi 587.
Komite Penyelamatan Zobe yang terdiri dari para relawan, pejabat pemerintah dan keamanan merilis laporan akhir mereka tentang serangan teror tersebut pada hari Minggu 5 Maret 2018. Kelompok tersebut dibentuk untuk menemukan jumlah korban tewas yang lebih akurat dengan berbicara dengan kerabat dari mereka yang mungkin berada di jangkauan tempat ledakan itu terjadi.
Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah akhir korban tewas dalam serangan itu mencapai 587, meningkat 75 jasad sejak pembaruan terakhir pada bulan Desember.
Jumlah korban tewas tersebut menjadikan serangan pada tanggal 14 Oktober sebagai salah satu serangan teror paling mematikan dalam sejarah modern Somalia.
Advertisement
316 Orang Lainnya Luka Serius
Adapun penyelidikan pertama menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 358 orang sebelum dengan cepat meningkat menjadi 512 orang, dan laporan terakhir menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 587 orang.
Dalam laporannya, kelompok tersebut menambahkan bahwa 316 orang lainnya mengalami luka serius dan mencatat bahwa 122 korban harus diterbangkan ke Kenya, Sudan, dan Turki untuk mendapatkan perawatan. Meskipun telah melakukan upaya yang sangat keras untuk mencoba menghitung dan mengidentifikasi setiap korban, pihak berwenang memperingatkan bahwa beberapa korban mungkin tidak akan pernah ditemukan karena intensitas ledakan tersebut.
Komite bantuan dan respons nasional Somalia telah menerima sumbangan hampir USD $4,4 juta (USD) untuk membantu para korban serangan tersebut. Somalia dan Djibouti masing-masing menyumbang $1 juta, Puntland menyumbangkan $500.000, dan sisanya dikumpulkan oleh diaspora Somalia.