Liputan6.com, Jakarta - Ketika orang mengatakan bahwa mereka mencintai kucing, cinta itu bisa sangat kuat. Bagi banyak orang, kucing peliharaan dapat menjadi teman yang menghibur di saat-saat kesepian.
Sebenarnya, mengapa manusia menyayangi kucing? Dan apakah hubungan yang begitu dekat itu sehat secara psikologis atau fisik?
Baca Juga
Ahli genetika, ahli penyakit menular, psikolog, dan pakar lainnya telah mengajukan beberapa teori tentang mengapa kucing sangat dekat dengan sebagian orang, dan apa pengaruh kucing terhadap kesehatan manusia.
Advertisement
Melansir dari Medical News Today pada Selasa (15/10/2024), seorang profesor dari Washington State University yang mempelajari interaksi antara manusia dan hewan, Dr. Patricia Pendry berspekulasi bahwa manusia tertarik dengan kucing karena perilaku unik mereka.
Ia mengatakan, "Respons halus dan tidak terduga yang diberikan kucing kepada kita, memberi kita persepsi bahwa kita dipilih - atau dianggap 'istimewa' ketika respons dari kucing benar-benar terjadi. Saya juga percaya bahwa karena respons tersebut cenderung memerlukan waktu lebih lama untuk muncul, kita terpikat oleh keinginan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kucing tersebut."
"Dan karena sifat dan waktu tindakan mereka kurang dapat diprediksi, kita mungkin tetap terpesona, hampir seperti ketagihan - Anda tidak dapat melepaskan diri Anda karena dengkuran itu, usapan yang istimewa itu mungkin akan segera terjadi," kata Dr. Pendry.
"Dan karena sifat dan waktu munculnya tindakan mereka kurang dapat diprediksi, kita mungkin tetap terpesona, hampir seperti kecanduan," lanjutnya.
Menurut beberapa penelitian, mungkin kita menganggap kucing sebagai hewan yang lucu karena mereka memiliki fitur yang sama dengan bayi manusia. Kita secara instingtif merespons mata yang besar dan perilaku yang lucu, suatu respons evolusioner yang bermanfaat yang telah membantu memastikan bahwa kita merawat anak-anak kita.
Salah satu daya tarik kucing juga adalah kekonyolan mereka, terutama anak kucing dengan energi mereka yang tak terkendali. Kucing dewasa juga bisa sama kocaknya.
Namun, tidak hanya karena kelucuannya, banyak pemilik kucing yang mengatakan bahwa peliharaan mereka membantu menjaga kesehatan mental pemiliknya.
Bagaimana Kucing dapat Memengaruhi Kesehatan Pemiliknya?
Para peneliti telah menemukan bahwa hidup dengan kucing memberikan manfaat kesehatan secara fisik dan, terutama, secara psikologis, tentunya bila Anda tidak alergi terhadap kucing.
Sebuah studi tahun 2009 menemukan bahwa orang yang pernah memelihara kucing memiliki risiko kematian yang lebih rendah akibat serangan jantung dibandingkan dengan orang yang tidak pernah memelihara kucing.
Dan sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa hidup dengan banyak hewan peliharaan, termasuk kucing, dapat mengurangi kemungkinan anak terkena alergi.
Namun, beberapa orang telah menyatakan keprihatinannya mengenai potensi infeksi zoonosis pada pemilik kucing oleh Toxoplasma gondii, organisme parasit yang sering ditemukan dalam kotoran kucing. Beberapa bahkan menyatakan bahwa T. gondii dapat menjadi pemicu skizofrenia.
Pada tahun 2016, para peneliti memeriksa fakta hubungan T. gondii dengan skizofrenia dan depresi berat, kontrol impuls yang buruk (termasuk perilaku bunuh diri dan kriminalitas), kepribadian, dan kinerja neurokognitif. Mereka menemukan bahwa hanya ada sedikit bukti yang menghubungkan T. gondii dengan masalah-masalah ini.
Alih-alih memberi penyakit mental, memelihara kucing justru memberi pengaruh baik terhadap kesehatan mental pemiliknya.
Dalam sebuah survei tahun 2011 yang dilakukan oleh badan amal kesejahteraan kucing di Inggris, Cats Protection, 93,7% responden mengatakan bahwa memiliki kucing bermanfaat bagi kesehatan mental mereka.
Menurut Dr. Pendry, kucing “memberi kita perhatian, menghilangkan rasa kesepian, memberikan kenyamanan, kesenangan, dan hiburan, kasih sayang, dan mengizinkan kita untuk membelai dan memangku mereka, yang kita tahu melepaskan oksitosin dan menekan produksi kortisol, hormon stres.”
“Dan saya percaya, manfaatnya saling menguntungkan,” tambahnya. “Selama kasih sayang yang kita berikan kepada mereka diterima dengan baik, mereka juga mendapatkan kenyamanan dan rasa saling memiliki yang sama dari kita.”
Advertisement
Sejarah Domestikasi Kucing
Menurut analisis DNA, nenek moyang kucing domestik saat ini adalah kucing liar Afrika, Felis silvestris lybica, yang hidup di Bulan Sabit Subur atau Fertile Crescent, persimpangan antara Mesopotamia kuno, Mesir, Levant, dan Persia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan kucing dimulai sekitar 9.500 tahun yang lalu. Orang Mesir kuno terkenal percaya bahwa sahabat kucing mereka merupakan wujud dari energi spiritual.
Direktur penelitian di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis (CNRS dan kepala kelompok Epigenomik dan Paleogenomik di Institut Jacques Monod, Eva-Maria Geigl mengatakan, “Kucing dijinakkan melalui makan bersama-sama: Mereka mendekati pemukiman manusia karena ada makanan berupa hewan pengerat yang berkumpul di atas biji-bijian. Mereka beradaptasi dengan lingkungan manusia yang spesifik ini, yang merupakan keuntungan evolusioner bagi mereka.”
“Manusia sangat tertarik untuk memelihara kucing. Mereka senang melihat kucing-kucing itu memangsa hewan pengerat yang menghancurkan makanan mereka,” lanjutnya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa setidaknya ada 13 gen yang menandakan transisi kucing dari liar menjadi bersahabat. Gen-gen tersebut berhubungan dengan kognisi dan perilaku. Gen-gen itu mungkin memperkuat kemampuan kucing untuk belajar berdasarkan pemberian makanan dan membuat mereka lebih tidak takut dengan manusia.
Menurut sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr. Geigl, kucing kemungkinan besar mengikuti para petani zaman Neolitikum ketika mereka berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Penyebaran mereka secara luas terjadi selama periode Klasik pada tahun 1775-1825.
Cara Membaca Perasaan Kucing
Kucing memiliki reputasi yang dianggap misterius dan suka menyendiri. Tetapi hal ini dikarenakan cara mereka mengekspresikan perasaan yang unik dan terkadang tidak tampak dengan jelas.
Wajah kucing mungkin biasanya tidak memiliki ekspresi. Ekor mereka juga tidak mengibas-ngibas untuk menandakan kegembiraan atau kesenangan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa watak mereka mungkin lebih mirip dengan anjing yang ingin menggembirakan orang.
Demikian juga, bunyi suara kucing sangat bervariasi, mulai dari mengeong, mendesis, hingga erangan dalam yang menandakan akan adanya perkelahian.
Beberapa bunyi yang jelas dimaksudkan untuk berkomunikasi dengan manusia - misalnya, mengeong saat sarapan. Namun, kucing kebanyakan “berbicara” pada diri sendiri.
Meskipun begitu, kucing memiliki banyak cara untuk mengisyaratkan perasaan mereka melalui perilaku lain.
Berikut adalah 5 cara kucing menunjukkan perasaan mereka:
1. Menyundul Kepala
Kucing seringkali menyundul kepala dengan tangan atau kaki orang yang mereka sayangi atau yang membuat mereka tertarik.
Perilaku ini bertujuan untuk dua hal. Pertama, mereka meninggalkan feromon yang dikeluarkan dari kelenjar pipi untuk menandai Anda sebagai miliknya. Kedua, mereka mengumpulkan informasi penciuman mengenai interaksi Anda dengan hewan lain.
2. Mendengkur
Orang sering berasumsi bahwa dengkuran adalah tanda pasti dari kebahagiaan si kucing, tetapi sebenarnya tidak. Kucing yang sedang tertekan mungkin juga mendengkur. Beberapa ahli berpendapat bahwa kucing mungkin mengeluarkan suara yang menenangkan untuk menghibur diri mereka sendiri di saat-saat sulit.
3. Mendekat
Sering kali, kehadiran kucing merupakan tanda paling sederhana bahwa ia menyukai Anda. Hal ini terutama berlaku untuk kucing yang pemalu. Kucing akan menjauh dari orang yang tidak mereka minati atau yang membuat mereka cemas.
4. Mata
Mata kucing selalu berukuran cukup besar, tetapi ketika mata kucing menjadi sangat besar dengan iris mata yang melebar, itu bisa menandakan keadaan yang sangat gembira atau merasakan adanya ancaman.
Para peneliti baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa untuk mendapatkan kepercayaan kucing, kedipkan mata Anda dengan sangat lambat.
Hal ini seolah-olah menunjukkan bahwa Anda merasa nyaman dengan kucing tersebut hingga bisa menutup mata dan mengajak kucing itu untuk merasakan hal yang sama.
5. Kumis
Meskipun terbuat dari keratin, bahan yang sama dengan rambut, kumis kucing memiliki fungsi lain. Kumis adalah organ peraba khusus, masing-masing memiliki 100 hingga 200 sel saraf yang memberikan informasi tentang segala sesuatu yang disentuh kucing tersebut.
Kumis juga dapat menandakan suasana hati kucing. Ketika kucing sedang santai, kumis akan menonjol keluar dari sisi wajahnya. Saat kucing senang atau bersemangat, misalnya saat dielus dengan lembut, kumisnya mengarah ke depan. Kumis bergerak mundur ke belakang wajah kucing ketika merasa cemas.
Advertisement