Sukses

AS Percaya China Belum Memasok Senjata ke Rusia untuk Perang Ukraina

Liputan6.com, D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Jumat (24/3) meyakini China belum memasok senjata ke Rusia setelah pasukan Presiden Vladimir Putin menyerbu Ukraina.

“Saya sudah mendengar selama tiga bulan terakhir (bahwa) China akan memasok senjata yang signifikan ke Rusia… Mereka belum melakukannya. Bukan berarti mereka tidak akan melakukannya, tetapi mereka belum melakukannya,” katanya dalam konferensi pers saat berkunjung ke Kanada, seperti dikutip dari VOA Indonesia (26/3).

"Saya tidak menganggap enteng China. Saya tidak menganggap enteng Rusia," tambahnya. Biden menyatakan laporan tentang kemitraan kedua negara tersebut terlihat "dibesar-besarkan.”

Sebaliknya, Biden menggarisbawahi ikatan yang kuat di antara negara-negara demokrasi Barat, dengan mengatakan "jika terjadi sesuatu, Barat bersatu secara signifikan."

Dia mencontohkan aliansi keamanan AS di kawasan Pasifik seperti Quad yang juga mencakup Australia, India dan Jepang serta AUKUS dengan Australia dan Inggris.

Selama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Moskow pada minggu ini, Rusia dan Beijing menyebutkan adanya "sifat khusus" dari hubungan mereka.

Xi berjanji akan menyokong sektor perdagangan dan memberikan dukung moral kepada Moskow. Namun dia tidak berkomitmen untuk memasok senjata bagi pasukan Rusia yang terkuras di Ukraina, sebuah langkah yang akan mengundang sanksi Barat terhadap China.

Beijing juga tidak memberikan komitmen untuk membeli gas dari Rusia dalam volume yang besar setelah Moskow tidak lagi memasok kebutuhan Eropa.

2 dari 3 halaman

Simak video pilihan berikut:

3 dari 3 halaman

AS Setujui Anggaran Senilai 842 Miliar Dolar untuk Persiapan Konfrontasi dengan China

Militer Amerika Serikat harus siap menghadapi kemungkinan konfrontasi dengan China, kata para petinggi kementerian pertahanan negara itu.

Oleh karenanya, Kongres AS (DPR) menyetujui anggaran senilai US$842 miliar yang diusulkan oleh Pentagon (julukan Kemhan AS), untuk memodernisasi militer Amerika dan sekutunya di kawasan.

"Ini adalah anggaran yang digerakkan oleh strategi – dan yang didorong oleh keseriusan persaingan strategis kami dengan Republik Rakyat Tiongkok," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam kesaksian di hadapan Subkomite Pertahanan Kongres, dikutip dari MSN News (25/3).

Nilai anggaran itu meningkat 40% dari tahun lalu, yang ditujukan untuk membangun kemampuan militer di Pasifik dan mempertahankan sekutu di area tersebut.

Itu juga ditujukan untuk mengantisipasi ancaman teknologi baru militer China, seperti rudal hipersonik.

Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS mengatakan bahwa tindakan China "bergerak ke arah konfrontasi dan potensi konflik dengan tetangganya dan mungkin Amerika Serikat."

Milley mengatakan, "mencegah dan mempersiapkan perang sangat mahal, tapi tidak semahal berperang. Dan anggaran ini mencegah perang dan mempersiapkan kita untuk melawannya jika perlu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.