Sukses

Iran-Arab Saudi Pulihkan Hubungan Diplomatik Usai 7 Tahun Bersitegang

Iran dan Arab Saudi, dua negara bersitegang di Timur Tengah, telah telah sepakat untuk memulihkan hubungan mereka.

Liputan6.com, Beijing - Iran dan Arab Saudi, dua negara bersitegang di Timur Tengah, telah telah sepakat untuk memulihkan hubungan mereka.

Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (11/3/2023), rekonsiliasi dilakukan setelah Teheran dan Riyadh terlibat dalam ketegangan geopolitik sengit selama tujuh tahun terakhir.

Pengumuman yang tak terduga itu datang setelah empat hari pembicaraan, 6-10 Maret 2023, antara pejabat Saudi dan Teheran di Beijing yang dimediasi oleh China.

Kesepakatan mencakup: melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dalam waktu tidak lebih dari dua bulan; penegasan tentang penghormatan kedaulatan negara; dan tidak campur tangan dalam urusan internal negara.

Mereka juga sepakat bahwa para menteri luar negeri kedua negara akan bertemu untuk meningkatkan hubungan bilateral dan ekonomi.

Penyebab Putus Hubungan Diplomatik

Pada Januari 2016, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Hal itu dipicu insiden kedutaan Saudi di Teheran yang diserbu pendemo, menyusul eksekusi Riyadh terhadap seorang ulama Islam Syiah terkemuka.

Iran merupakan negara Islam Syiah, sementara Saudi adalah Islam Sunni, dan kedua negara sering terlibat dalam perselisihan tinggi dan persaingan dalam menyebarluaskan pengaruh di kawasan.

Masing-masing menganggap satu sama lain sebagai kekuatan yang mengancam dan berusaha mencari dominasi regional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Simak video pilihan berikut:

3 dari 4 halaman

Iran Vs Saudi di Sejumlah Konflik di Timur Tengah

Iran dan Saudi mendukung pihak berseberangan yang saling berkonflik di Lebanon, Suriah, Irak, hingga Yaman.

Di Yaman misalnya, Iran mendukung kelompok Houthi yang mayoritas Syiah. Kelompok itu memimpin pemberontakan terhadap pemerintah Yaman yang dibeking Saudi pada 2014.

Baik Iran dan Saudi saling mendukung kelompok-kelompok yang berperang di Yaman dalam konflik yang masih berlangsung saat ini.

Saudi disebut membantu pemerintah Yaman melakukan serangan udara untuk menyerang Houthi, sementara Iran kemudian dituduh mempersenjatai Houthi untuk melakukan serangan drone dan rudal.

Ketegangan meningkat ketika beberapa drone dan rudal Houthi menghantam fasilitas minyak utama Saudi pada 2019, menyebabkan kerusakan dan gangguan produksi.

Arab Saudi dan sekutunya AS menyalahkan Iran atas serangan itu, namun Iran selalu membantah hubungannya dengan Houthi.

4 dari 4 halaman

Upaya Rekonsiliasi Saat Ini

Upaya rekonsiliasi sebelumnya tidak berhasil, tetapi pada hari Jumat kedua negara mengatakan mereka akan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan. Mereka juga akan membangun kembali hubungan perdagangan dan keamanan.

AS dengan hati-hati menyambut pengumuman itu. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintah mendukung "segala upaya untuk mengurangi ketegangan di kawasan". Namun dia menambahkan: "Masih harus dilihat apakah Iran akan memenuhi kewajiban mereka."

Sekjen PBB Antonio Guterres berterima kasih kepada China karena telah menengahi kesepakatan itu.

Sekretaris Jenderal siap membantu upaya "untuk memastikan perdamaian dan keamanan yang tahan lama di kawasan Teluk", kata juru bicaranya.

Israel, yang menyerukan tekanan maksimum terhadap Iran atas program nuklirnya, belum berkomentar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.