Sukses

22 Tahun Berlalu, Pelaku Pembunuhan Sadis di Setagaya Masih Misterius

Segudang bukti DNA, tapi polisi Jepang masih belum bisa mengungkap pelaku pembunuhan Setagaya.

Liputan6.com, Tokyo - 1 Januari 2001, koran-koran Jepang menuliskan tentang pembunuhan sadis sebuah keluarga di Tokyo. Ayah, ibu, dan dua anaknya dibunuh dengan sadis pada dua hari sebelumnya.

Mereka tinggal di sebuah yang cukup besar di Setagaya Ward, meski lokasi rumahnya agak jauh dari tetangga-tetangga.

Para anggota Miyazawa yang kehilangan nyawa adalah Mikio (44), istrinya yang bernama Yasuko (41), dan dua anak mereka: Niina (8) dan Rei (6).

Mayat-mayat mereka ditemukan oleh ibu dari Mikio yang tinggal di rumah sebelah. Rumah sang ibu tersambung ke rumah keluarga anaknya.

Hal aneh dari pembunuhan ini adalah si pelaku tidak langsung kabur.

Situs Japan Today melaporkan bahwa pelaku awalnya masuk ke rumah lewat jendela kamar mandi di lantai atas. Target awalnya adalah Rei. Bocah itu dibunuh dengan cara dicekik. Setelahnya, ia memakai pisau yang ia bawa untuk membantai tiga anggota keluarga lainnya.

Setelahnya, ia sempat santai dulu di rumah tersebut. Ia memakai komputer rumah, mencari makanan di kulkas, dan memakai toilet tanpa disiram.

Diduga tersangkanya adalah seorang laki-laki muda berusia remaja akhir atau awal 20 tahunan. Berbagai bukti tertinggal di rumah tersebut: sidik jari, DNA, jejak sepatu, dan barang-barang pribadi.

Banyaknya bukti forensik yang tertinggi memberikan rasa optimisme bagi polisi untuk segera meringkus pelaku. Dan 22 tahun berlalu tanpa ada penangkapan. 

Kasus tersebut terkenal sebagai "pembunuhan Setagaya" dan masih menjadi misteri di internet karena pelaku masih misterius hingga kini. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keturunan Asing?

Meski polisi Jepang mendapatkan DNA si pembunuh, DNA orang itu ternyata tidak biasa. Pasalnya, ia sepertinya memiliki garis keturunan Eropa dari sisi ibunya.

Sementara, penanda DNA lain menunjukkan kemungkinan adanya keturunan China atau Jepang. Polisi menemukan pasir di tas milik si pembunuh, tetapi jenis pasir itu tidak ada di Jepang.

Salah satu teori yang muncul adalah pelaku adalah orang asing yang ingin membunuh orang dari ras atau etnis lain. Ada pula motif keuangan dengan Mikio atau Yasuko.

Pada 2015, ada buku yang terbit berjudul The Setagaya Family Murder Case: 15 years on, the new facts. Buku itu ditulis oleh mantan jurnalis Mainichi Shimbun, Fumiya Ichihashi (nama pena).

Pada buku tersebut, Ichihashi berkata ada sisa tanah yang berasal dari KOrea Selatan, tepatnya Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi Seoul. Sosok pelaku disebut mantan anggota militer Korea Selatan. Akan tetapi, buku itu tidak memberikan hasil konklusif mengenai identitas pembunuh. 

Sementara, Nippon.com merilis artikel pada 2020 bahwa kepolisian Jepang mengharapkan makin canggihnya teknologi forensik agar bisa membantu mengungkap siapa identitas si pembunuh.

Jepang tidak memiliki batas kedaluwarsa terhadap kasus pembunuhan, sehingga masih ada kemungkinan pelaku diadili.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.