Sukses

AS Minta Ketegangan di Tepi Barat Antara Palestina - Israel Segera Dihentikan

Pemerintah Amerika Serikat, Jumat (27/1) menyerukan deeskalasi di Israel dan Tepi Barat setelah lonjakan kekerasan dalam beberapa hari terakhir yang telah menewaskan sedikitnya 16 orang.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Amerika Serikat, Jumat (27/1) menyerukan deeskalasi di Israel dan Tepi Barat setelah lonjakan kekerasan dalam beberapa hari terakhir yang telah menewaskan sedikitnya 16 orang.

Berbicara dalam pengarahan singkat, juru bicara kantor kepresidenan AS (Gedung Putih), Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa pemerintah AS "menyesalkan hilangnya nyawa tak berdosa dan luka-luka yang dialami warga sipil dan sangat prihatin dengan meningkatnya siklus kekerasan di Tepi Barat."

"Kita menegaskan perlunya semua pihak untuk menurunkan ketegangan, untuk mencegah hilangnya lebih banyak nyawa warga sipil dan bekerja sama untuk memperbaiki situasi keamanan di Tepi Barat," tambah Jean-Pierre.

"Palestina dan Israel sama-sama layak untuk hidup aman dan nyaman," lanjutnya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (29/1/2023).

Pada Jumat malam, seorang laki-laki bersenjata Palestina melepaskan tembakan di luar sinagoga di Yerusalem timur yang menewaskan tujuh orang, termasuk seorang perempuan berusia 70 tahun, dan melukai tiga lainnya.

Polisi kemudian menembak pelaku dan membunuhnya, kata para pejabat. Serangan itu adalah yang paling mematikan terhadap Israel sejak bertahun-tahun dan meningkatkan kemungkinan pertumpahan darah lebih jauh.

Serangan itu, yang terjadi saat jemaah sedang merayakan Sabat Yahudi, sehari setelah serangan militer Israel yang menewaskan sembilan warga Palestina di Tepi Barat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Israel Perkuat Pertahanan

Seorang pria Palestina dilaporkan melepaskan tembakan di luar sinagoge di Yerusalem Timur pada Jumat (27/1/2023) malam, menewaskan tujuh orang.

Polisi Israel mengatakan penembakan terjadi di Neve Yaakov, sebuah lingkungan dengan populasi ultra-Ortodoks yang besar. Pelaku dikabarkan sempat melarikan diri dengan mobil, namun berhasil dikejar dan terjadi kontak senjata sebelum polisi membunuhnya.

Kepala Kepolisian Yerusalem Doron Turjeman mengonfirmasi tujuh kematian, selain penembak, dan mengatakan tiga orang terluka. Demikian seperti dikutip dari AP, Sabtu (28/1). Layanan Penyelamatan Israel, MADA, mengungkapkan bahwa para korban tewas terdiri lima pria dan dua wanita.

Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai warga Yerusalem Timur berusia 21 tahun yang dinilai bertindak sendiri. Turjeman menjanjikan upaya "agresif dan signifikan" untuk melacak siapa pun yang membantunya. Polisi juga merilis foto pistol yang katanya digunakan oleh penyerang.

Peristiwa di sinagoge tersebut terjadi sehari setelah serangan oleh militer Israel ke kamp pengungsi Palestina di Jenin, Tepi Barat yang diduduki, menewaskan sembilan orang. Balasan atas aksi tersebut juga dilancarkan dengan menembakkan rentetan roket dari Gaza dan mendapat respons serangan balasan dari Israel.

 

3 dari 3 halaman

Tantangan bagi Pemerintah Israel.

Memanasnya situasi telah menimbulkan tantangan awal bagi pemerintahan baru Israel pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang didominasi oleh kalangan ultranasionalis.

Berbicara kepada wartawan di markas polisi nasional Israel, PM Netanyahu menuturkan dia telah mengadakan penilaian keamanan dan memutuskan "tindakan segera." Netanyahu mengatakan dia akan mengadakan rapat kabinet terbatas pada Sabtu malam, setelah akhir Sabat, untuk membahas tanggapan lebih lanjut.

Namun, Netanyahu menolak untuk menguraikan tindakan segera yang dimaksudnya. Dia hanya mengatakan bahwa Israel akan bertindak dengan "pasti dan tenang". Dia meminta publik untuk tidak main hakim sendiri.

Kementerian Luar Negeri Israel menggarisbawahi bahwa serangan ke sinagoge ini menjadi yang paling mematikan bagi orang Israel sejak penembakan 2008 menewaskan delapan orang di seminari Yahudi di Yerusalem

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.