Sukses

Usai Berbagai Desakan, China Kembali Publikasikan Data Kasus COVID-19

Otoritas kesehatan di China akan kembali mempublikasikan data perkembangan COVID-19 yang sempat dihentikan.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas kesehatan di China akan kembali mempublikasikan data perkembangan COVID-19 yang sempat dihentikan menjelang akhir Desember 2022 saat terjadinya puncak lonjakan kasus infeksi.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular China (CCDC) ditunjuk sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas publikasi data kasus COVID-19, bukan Komisi Kesehatan Nasional (NHC) seperti sebelum Desember 2022.

Publikasi menyangkut jumlah kasus penderita dan kematian akibat COVID-19, kata pejabat CCDC kepada pers di Beijing, Sabtu (14/1), dikutip dari Antara, Senin (15/1/2023).

Penghentian publikasi diambil NHC bersamaan dengan penurunan status penanganan pandemi COVID-19 di China dari level A ke level B yang berarti protokol kesehatan anti pandemi dilonggarkan.

Kebijakan tersebut kemudian diikuti dengan diizinkannya warga China bepergian ke luar negeri mulai 8 Januari 2023.

Sejumlah negara membatasi kedatangan para pelaku perjalanan dari China dengan mewajibkan hasil tes PCR negatif sebelum keberangkatan karena China dianggap tidak transparan terkait lonjakan COVID.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memahami sikap beberapa negara tersebut dan mendesak China menyediakan informasi yang memadai tentang perkembangan COVID.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Membuka Data ke Publikasi

NHC pada Sabtu akhirnya membuka data ke publik bahwa selama 8 Desember 2022 hingga 12 Januari 2023, jumlah kematian akibat COVID di China tercatat sebanyak 59.938 kasus.

Jiao Yahui, pejabat NHC, mengatakan bahwa jumlah kasus positif dan tingkat keparahan akibat COVID sudah melewati masa puncak.

Ia menyebutkan puncak COVID terjadi pada 5 Januari dengan 128.000 kasus. Pada 12 Januari, kasus infeksi menurun menjadi 105.000 kasus dan tingkat okupansi di rumah sakit tinggal 75,3 persen.

Puncak kunjungan ke klinik kesehatan dan rumah sakit di China terjadi pada 23 Desember yang menurut catatan NHC mencapai 2,87 juta per hari.

Sejak 12 Januari tingkat kunjungan sudah turun menjadi 477 ribu kasus.

Namun, dia tetap mengingatkan warga untuk waspada karena angka kasusnya masih tinggi, apalagi pada musim dingin saat ini.

Selain itu, Jiao mengingatkan kewaspadaan harus ditingkatkan di kawasan perdesaan karena bakal menjadi tujuan utama arus kedatangan para pemudik saat musim libur Tahu Baru Imlek yang berlangsung hingga pertengahan Februari.

 

3 dari 3 halaman

WHO Desak China

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia mendesak China untuk berbagi informasi lebih rinci tentang situasi virus corona setelah Beijing melaporkan bahwa ada hampir 60.000 kematian terkait COVID-19 sejak awal bulan lalu.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan kembali pentingnya kerja sama yang lebih dalam dan transparansi China dalam pembicaraannya dengan Dr Ma Xiaowei, direktur Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok.

Sementara Beijing melaporkan sebelumnya bahwa sub varian omicron BA.5.2 dan BF.7 saat ini beredar di negara tersebut.

WHO pun langsung meminta perincian lebih rinci data COVID-19 dari China, termasuk informasi tentang urutan lebih lanjut.

Pihak berwenang China melaporkan pada Sabtu (14/1) bahwa telah terjadi total 59.938 kematian terkait Covid di rumah sakit di seluruh negeri antara 8 Desember dan 12 Januari.

Pejabat kesehatan global menyatakan keprihatinan tentang kurangnya pembagian informasi yang tepat waktu di China, dengan beberapa negara memaksakan pembatasan pada pelancong China.

WHO mengatakan, sedang menganalisis informasi terbaru dan situasi epidemiologi keseluruhan di China, yang mengalami gelombang infeksi cepat dan intens dengan dampak klinis yang lebih tinggi terjadi pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19