Sukses

Arab Saudi Ingin Anak Sekolah Belajar Pakai Bahasa Inggris

Kementerian Pendidikan Arab Saudi memperkuat kurikulum Bahasa Inggris di sekolah.

Liputan6.com, Riyadh - Pelajaran Bahasa Inggris semakin ditingkatkan di Kerajaan Arab Saudi. Bahasa Inggris dianggap penting untuk memperkuat hubungan internasional.

Bahasa Inggris juga dinilai sejalan dengan Visi 2030 di Arab Saudi yang merupakan strategi peningkatkan kapabilitas di berbagai sektor.

Berdasarkan laporan Arab News, Senin (26/9/2022), Menteri Pendidikan Arab Saudi Hamad Al-Sheikh juga telah menandantangani memorandum dengan MM American Publishing Group untuk menyediakan material pelajaran.

Sebelumnya grup itu telah menyediakan kurikulum Bahasa Inggris untuk kelas empat hingga 12 di Arab Saudi.

MM Group juga diajak berbincang untuk memberikan ide pelajaran bahasa dan STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika) yang sesuai standar internasional.

"Menguasai Bahasa Inggris akan menjadi instrumen yang berguna untuk menjaga komunikasi di antara masyarakat. Contohnya, semua hubungan internasional, budaya, dan ekonomi di berbagai aspek kehidupan memiliki alat yang sama, yakni Bahasa Inggris," ujar Ahmed Asiri, konsultan pendidikan dan mantan direktur departement supervisi pendidikan di Kementerian Pendidikan Arab Saudi.

Asiri juga berkata spesialis dari AS memiliki kapabilitas dan pengalaman tinggi yang dibutuhkan dalam bidang ini.

Abdul Rahman Surti, supervisor pendidikan di Kementerian Pendidikan, berkata bahwa kurikulum dari MM Publishing Group dianggap sebagai salah satu seri pendidikan yang terbaik.

"Mereka bisa melayani murid-murid, guru-guru, dan seluruh proses pendidikan, dan memfasilitasi komunikasi dengan orang tua melalui CD interaktif," ujar Surti.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mendikbudristek Nadiem Makarim Bicara Teknologi Pendidikan di Markas PBB

Beralih ke Markas PBB, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim didapuk berbicara mengenai teknologi dalam pendidikan pada rangkaian Transforming Education Summit yang dihelat di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kota New York, Amerika Serikat (AS).

"Menggunakan teknologi dalam pendidikan bukanlah suatu pilihan bagi Indonesia karena beragamnya sekolah, demografi, pemangku kepentingan, dan lain sebagainya. Teknologi dalam pendidikan sudah menjadi keniscayaan," kata Nadiem Makarim dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (18/9) dilansir Antara.

Diketahui, pada April 2020, 96 persen sekolah di Indonesia tutup karena pandemi. Hal tersebut mengakibatkan krisis pembelajaran dan disparitas akses terhadap teknologi yang kian nyata.

"Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek secara cepat mengubah pendekatan akan teknologi. Sering kali teknologi dipikirkan hanya setelah suatu program diluncurkan dan mengesampingkan kemudahan bagi pemangku kepentingan untuk menggunakannya. Sekarang sebaliknya, teknologi dikembangkan secara serius bersamaan dengan direncanakannya suatu kebijakan, serta mengedepankan kebermanfaatan dan kemudahan akses bagi para penggunanya," jelas Nadiem. 

Penjelasan Mendikbudristek tersebut dibuktikan dengan berbagai platform teknologi yang kini digunakan jutaan guru, sivitas akademika, mitra-mitra pendidikan, dan UMKM. Sebut saja platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, Kedaireka, belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah.

"Platform Merdeka Mengajar telah digunakan 1,6 juta guru sejak tujuh bulan diluncurkan. 55 ribu konten pembelajaran bagi guru tersedia pada platfom tersebut. 92 ribu guru pun telah mengunggah konten agar menginspirasi guru lainnya di berbagai pelosok Indonesia," jelas Nadiem.

3 dari 4 halaman

Misi Khusus Nadiem Makarim ke AS

Lebih lanjut, Nadiem juga mengambil contoh dari platform Rapor Pendidikan yang telah dimanfaatkan lebih dari 141 ribu sekolah dan 505 pemerintah daerah.

"Untuk pertama kalinya di Indonesia, pemerintah daerah memiliki akses terhadap data lengkap yang dapat membantu mereka menentukan arah kebijakan dan anggaran untuk pendidikan secara tepat guna," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pembelajaran Masa Depan dan Inovasi Bank Dunia, Jaime Saavedra mengatakan banyak negara yang tidak mampu bertransformasi seperti indonesia karena tidak ada kualitas kepemimpinan di kementerian pendidikannya atau tidak ada dukungan politik.

Untuk diketahui, Menteri Nadiem berbicara dalam diskusi panel yang terdiri dari Menteri Pendidikan dan Sains Mongolia, Engkh-Amgalan Luvsanteren; Direktur Global untuk Praktik Pendidikan Global Bank Dunia, Jaime Saavedra; Direktur Pembelajaran Masa Depan dan Inovasi UNESCO, Sobhi Tawil; dan Vice President bidang pendidikan global Microsoft, Rick Herrmann.

Plt Kepala BKHM Kemendikbudristek Anang Ristanto mengatakan, kunjungan Mendikbudristek ke AS ini memiliki dua misi khusus. Pertama, untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam hal transformasi sistem pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar.

Selanjutnya, untuk mendorong kerja sama. Antara lain di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas dan di bidang kebudayaan dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS.

Selain berbicara di Markas Besar PBB, Nadiem juga memberikan kuliah tamu di New York University dan bertemu dengan mahasiswa Indonesia di New York.

4 dari 4 halaman

PBB Dorong Kesetaraan Pendidikan lewat Transformasi Digital

Kekuatan revolusi digital harus dimanfaatkan untuk memastikan agar pendidikan berkualitas dapat tersedia sebagai barang publik dan hak asasi manusia, dengan fokus khusus pada kelompok marginal. Hal ini ditegaskan Sekretaris Jenderal Agenda PBB dilansir dari situs resminya, UN.org, Rabu (14/09/2022). 

Kekuatan teknologi digital perlu disusun untuk memajukan aspirasi nasional dan internasional dalam aspek pendidikan dan pembelajaran jangka panjang. Tindakan tersebut akan membantu meningkatkan transformasi yang bermanfaat ke berbagai aspek pendidikan, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan formal.  

Kemajuan teknologi dapat memastikan bahwa semua orang yang mengakses pendidikan baik anak-anak hingga orang dewasa dapat memperoleh keterampilan literasi dasar, mengembangkan pengetahuan dan kompetensi yang relevan dengan kehidupan dan mata pencaharian mereka, serta berkontribusi pada masa depan. 

Dalam membuka kesempatan pembelajaran dan pengajaran digital, setidaknya dibutuhkan 3 kunci yang membuatnya dapat diakses secara universal, yakni :

Pertama, Konten. Konten berkualitas dengan pembelajaran digital yang relevan dengan kurikulum harus tersusun dan tersedia kepada semua pelajar dan tenaga didik untuk dapat mengakses platform pembelajaran secara digital. 

Kedua, Kapasitas. Kapasitas untuk menggunakan teknologi digital dalam meningkatkan pembelajaran harus dikuatkan untuk memastikan tenaga didik, pelajar, dan stakeholder pendidikan memiliki kemampuan dan wawasan yang diperlukan untuk memanfaatkan tools digital untuk belajar menggunakan pendekatan evidence-based.  

Ketiga, Konektivitas. Konektivitas digital membantu meyakinkan bahwa seluruh sekolah dan individu dapat merasakan manfaat dan keuntungan yang datang melalui internet dengan kualitas koneksi yang layak. 

Seringkali, koneksi dan teknologi menguntungkan mereka yang lebih memiliki akses lebih mudah dan eksklusif. Hal tersebut menjadi cermin dan memperlebar jurang ketidakadilan pendidikan terhadap pelajar penyandang disabilitas, perempuan, komunitas terpencil, hingga pelajar marginal lainnya.

Untuk memastikan bahwa pembelajaran digital membantu menutup kesenjangan pendidikan, maka PBB bekerjasama untuk mengkalibrasi ulang kebijakan, tindakan, dan investasi untuk memusatkan mereka yang paling membutuhkan kesempatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.