Sukses

Korea Selatan Siaga Virus Cacar Monyet

Pemerintah Korea Selatan menilai virus cacar monyet tidak sangat menular seperti COVID-19.

Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan siaga terhadap potensi datangnya virus monkeypox atau cacar monyet. Pejabat kesehatan Korea Selatan menyorot negara-negara yang melaporkan virus tersebut, meski biasanya virus ini datang dari Afrika.

Dilaporkan Yonhap, Selasa (24/5/2022), Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) berkata tidak mencoret kemungkinan masuknya cacar monyet di tengah peningkatan travel inernasional. Korsel memang mulai melonggarkan aturan travel karena COVID-19 sedang menurun.

Korea Selatan akan mengambil langkah pencegahan dari negara-negara yang telah mendeteksi cacar monyet.

"Kami mengambil pengukuran suhu dan melaksanakan survei-survei kesehatan pada traveler dari negara-negara di mana kasus cacar monyet telah dilaporkan," ujar Lee Sang-won dari KDCA.

"Meski kita butuh tetap siaga, tidak perlu untuk terus khawatir," jelas Lee.

Hingga kini, ada 171 kasus dan 86 suspek kasus cacar monyet di 18 negara, termasuk negara-negara Eropa hingga Australia. Sejumlah kasus merebak di Inggris. Kasus cacar monyet yang sedang merebak terbilang misterius karena penderitanya tidak punya riwayat ke negara-negara Afrika.

Virus itu bisa menular lewat kontak fisik, namun penularannya tak semudah COVID-19. Seks juga bisa menjadi cara penularan cacar monyet, sebab melibatkan kontak fisik. Kasus yang ada sejauh ini dilaporkan tidak parah.

Korea Selatan telah menyiapkan skema tes cacar monyet pada 2016. Selain itu, Korea Selatan juga punya persediaan vaksin untuk melindungi 35 juta orang dari monkeypox.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Maroko Umumkan 3 Kasus Diduga Virus Monkeypox atau Cacar Monyet

Turut dilaporkan, Maroko mengumumkan telah mengidentifikasi tiga kasus dugaan virus monkeypox atau cacar monyet pada Senin 23 Mei 2022. Tiga kasus yang dicurigai itu saat ini dalam perawatan kesehatan, dalam keadaan sehat dan telah melalui analisis medis, menunggu hasil, kata Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Maroko mengatakan, pihaknya telah membentuk satuan tugas khusus untuk memantau situasi nasional.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkonfirmasi kasus cacar monyet di 12 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Inggris, Spanyol, Portugal, Jerman, Belgia, Italia, Belanda, Prancis, dan Swedia.

Kasus-kasus ini mengecualikan 21 negara di mana penyakit ini dianggap endemik, semuanya di Afrika Barat dan Tengah.

Sebelumnya, otoritas kesehatan di Amerika Utara dan Eropa telah mendeteksi puluhan kasus yang diduga atau dikonfirmasi dari monkeypox atau cacar monyet sejak awal Mei, memicu kekhawatiran penyebaran penyakit endemik di beberapa bagian Afrika.

Kanada adalah negara terbaru yang melaporkan sedang menyelidiki lebih dari selusin kasus yang diduga cacar monyet, setelah Spanyol dan Portugal mendeteksi lebih dari 40 kasus yang mungkin dan terverifikasi. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia. 

Inggris telah mengkonfirmasi sembilan kasus sejak 6 Mei, dan Amerika Serikat memverifikasi yang pertama pada Rabu (18 Mei), dengan mengatakan seorang pria di negara bagian timur Massachusetts telah dites positif terkena virus setelah mengunjungi Kanada.

3 dari 4 halaman

Belgia Terapkan Karantina Wajib 21 Hari

Kasus cacar monyet atau monkeypox baru-baru ini menyebar ke negara-negara di luar wilayah endemik virus tersebut. Salah satu negara yang juga melaporkan kasus cacar monyet adalah Belgia.

Belgia telah menjadi negara pertama di dunia yang mengumumkan karantina cacar monyet karena kasus terus menyebar dengan cepat.

Dalam aturan baru, mereka yang dites positif terkena virus cacar monyet di Belgia akan diminta untuk menjalani karantina wajib selama 21 hari. Aturan tersebut merupakan upaya untuk menghentikan penyebaran infeksi.

Kasus pertama di Belgia didiagnosis pada Jumat, sebelum dua lagi dikonfirmasi, diikuti oleh yang keempat pada Sabtu.

Ketiganya diyakini terkait dengan festival fetish Darklands baru-baru ini di Antwerpen, sementara kasus di Spanyol diyakini merupakan superspreader di sauna dewasa.

"Ada alasan untuk berasumsi bahwa virus dibawa oleh pengunjung dari luar negeri ke festival setelah kasus baru-baru ini di negara lain," kata penyelenggara festival Darklands dalam menanggapi wabah tersebut mengutip NZ Herald, Senin (23/5).

Dokter kesehatan masyarakat Belgia dan Profesor Virologi Marc Van Ranst mengatakan di Twitter "Penting bahwa setiap orang yang hadir di festival Darklands tetap waspada terhadap gejala apapun karena skala wabah menjadi semakin jelas."

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya dengan virus monkeypox," katanya.

4 dari 4 halaman

Cacar Monyet Menyebar ke Berbagai Negara Akibat Mutasi Virus? WHO: Tidak Ada Bukti

Wabah virus cacar monyet atau monkeypox yang telah menyebar ke berbagai negara sejauh ini tidak dapat disebut akibat mutasi lantaran belum ada bukti yang mengarah ke sana.

Hal ini disampaikan eksekutif senior di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin 23 Mei 2022. Ia mencatat penyakit menular yang telah mewabah di Afrika barat dan tengah itu cenderung tidak berubah.

Kepala sekretariat cacar yang merupakan bagian dari Program Darurat WHO, Rosamund Lewis  mengatakan, mutasi cenderung lebih rendah pada virus ini. Namun, pengurutan genom kasus akan membantu menginformasikan pemahaman tentang wabah saat ini.

Kemungkinan mutasi memang menjadi salah satu perhatian pakar kesehatan. Pasalnya, mutasi bisa membuat virus lebih mudah menular atau parah.

Pemimpin penyakit zoonosis WHO dan pemimpin teknis COVID-19 Maria van Kerkhove mengatakan, lebih dari 100 kasus suspek dan konfirmasi cacar monyet di Eropa dan Amerika Utara memang bukan kasus yang parah.

"Ini adalah situasi yang dapat dikendalikan," khususnya di Eropa, kata Maria mengutip CNA, Selasa (24/5).

"Tapi kita tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di Afrika, di negara-negara endemik."

Ia menambahkan, wabah itu tidak biasa karena terjadi di negara-negara yang seharusnya tidak menemukan virus tersebut. Para ilmuwan berusaha memahami asal usul kasus dan apakah ada perubahan tentang virus penyebab monkeypox.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.