Sukses

8 April 563: Umat Buddha Merayakan Kelahiran Siddhartha Gautama

Hari lahir Buddha, kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama, adalah sebuah hari libur tradisi yang dirayakan di berbagai negara-negara di dunia, umumnya di Asia.

Liputan6.com, Jakarta - Pada 8 April, umat Buddha merayakan peringatan kelahiran Buddha Gautama, pendiri agama Buddha, yang diperkirakan tinggal di India dari 563 SM sampai 483 SM.

Dilansir dari History, tradisi Buddhis yang merayakan ulang tahunnya pada 8 April awalnya menempatkan kelahirannya pada abad ke-11 SM menggunakan penanggalan lunar Cina yang jatuh pada bulan April atau Mei pada penanggalan Masehi, dan baru pada era modern para ahli menentukan bahwa ia kemungkinan besar lahir pada abad keenam SM.

Oleh sebab itu, banyak pula yang merayakannya pada tanggal 8 April atau 8 Mei. Apabila diterjemahkan ke dalam penanggalan Masehi Gregorian calendar, berikut adalah tanggal perayaan Kelahiran Buddha:

  • 2011: 10 Mei
  • 2012: 28 April (28 Mei di Korea Selatan, 29 Mei bagi Buddhist Tibet, 6 Mei di India)
  • 2013: 17 Mei
  • 2014: 6 Mei
  • 2015: 25 Mei
  • 2016: 14 Mei

Menurut Tripitaka, yang diakui oleh para sarjana sebagai catatan paling awal dari kehidupan dan khotbah Buddha, Buddha Gautama lahir sebagai Pangeran Siddhartha, putra raja orang Sakya. Kerajaan Sakya terletak di perbatasan Nepal dan India saat ini.

Keluarga Siddhartha berasal dari marga Gautama. Ibunya, Ratu Mahamaya, melahirkannya di taman Lumbini, di tempat yang sekarang disebut Nepal selatan.

Sebuah pilar ditempatkan di sana untuk memperingati peristiwa tersebut oleh seorang kaisar India pada abad ketiga SM masih berdiri.

Saksikan Video berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjalanan Pangeran Siddharta Menuju Kebuddhaan

Saat kelahirannya, diperkirakan bahwa pangeran akan menjadi raja dunia yang agung atau Buddha - guru yang sangat tercerahkan.

Para brahmana memberi tahu ayahnya, Raja Suddhodana, bahwa Siddhartha akan menjadi penguasa jika dia diisolasi dari dunia luar. Raja berusaha keras untuk melindungi putranya dari kesengsaraan dan hal lain yang mungkin mempengaruhinya terhadap kehidupan religius. Siddhartha dibesarkan dalam kemewahan besar, dan dia menikah serta menjadi ayah seorang putra.

Pada usia 29 tahun, dia memutuskan untuk melihat lebih banyak dunia dan memulai tamasya dari halaman istana dengan keretanya. Dalam perjalanan berturut-turut, dia melihat seorang lelaki tua, lelaki sakit, dan mayat, dan karena dia telah dilindungi dari kesengsaraan karena penuaan, penyakit, dan kematian, kusirnya harus menjelaskan siapa mereka.

Akhirnya, Siddhartha melihat seorang bhikkhu, dan, terkesan dengan sikap damai pria itu, dia memutuskan untuk pergi ke dunia untuk menemukan bagaimana pria itu bisa begitu tenang di tengah penderitaan seperti itu.

Siddhartha diam-diam meninggalkan istana dan menjadi pertapa pengembara. Dia melakukan perjalanan ke selatan, di mana pusat-pusat pembelajaran berada, dan belajar meditasi di bawah bimbingan guru Alara Kalama dan Udraka Ramaputra. Dia segera menguasai sistem mereka, mencapai tingkat kesadaran mistik yang tinggi, tetapi tidak puas dan pergi keluar lagi untuk mencari nirwana, tingkat pencerahan tertinggi.

Selama hampir enam tahun, dia melakukan puasa dan pertapaan lainnya, tetapi teknik ini terbukti tidak efektif dan dia meninggalkannya. Setelah mendapatkan kembali kekuatannya, dia duduk di bawah pohon pipal di tempat yang sekarang disebut Bodh Gaya di barat-tengah India dan berjanji untuk tidak bangkit sampai dia mencapai pencerahan tertinggi.

Setelah melawan Mara, roh jahat yang menggodanya dengan kenyamanan dan keinginan duniawi, Siddhartha mencapai pencerahan, menjadi Buddha pada usia 35 tahun.

 

3 dari 3 halaman

Ajaran Buddha Gautama Tetap Bertahan Hingga Saat Ini

Buddha Gautama kemudian melakukan perjalanan ke taman rusa dekat Benares, India, di mana dia memberikan khotbah pertamanya dan menguraikan doktrin dasar agama Buddha. Menurut Buddhisme, ada "empat kebenaran mulia":

  1. keberadaan adalah penderitaan
  2. penderitaan ini disebabkan oleh keinginan manusia
  3. lenyapnya penderitaan, yaitu nirwana
  4. nirwana dapat dicapai, dalam kehidupan ini atau yang akan datang, melalui “jalan beruas delapan” dari pandangan benar, keputusan benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

Selama sisa hidupnya, Sang Buddha mengajar dan mengumpulkan murid-muridnya ke sangha, atau komunitas para bhikkhu. Dia meninggal pada usia 80, memberitahu para bhikkhu untuk terus bekerja untuk pembebasan spiritual mereka dengan mengikuti ajarannya.

Agama Buddha akhirnya menyebar dari India ke Asia Tengah dan Tenggara, China, Korea, Jepang, dan, pada abad ke-20, ke Barat.

 

Reporter: Lianna Leticia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.