Sukses

28-2-1975: Kereta Bawah Tanah London Underground Celaka, 43 Orang Tewas

Sebuah kereta bawah tanah London, populer dikenal sebagai London Underground, celaka di Moorgate, pada 28 Februari 1975.

Liputan6.com, London - Sebuah kereta bawah tanah London, populer dikenal sebagai London Underground, celaka di Moorgate, pada 28 Februari 1975.

Korban tewas awal berjumlah 29 penumpang, termasuk masinis, dan 70 orang lainnya terluka. Akumulasi korban jiwa pada beberapa hari kemudian menunjukkan total 43 orang tewas, demikian seperti dikutip dari BBC On This Day, Minggu (28/2/2021).

Peristiwa itu menjadi salah satu kecelakaan kereta terparah yang pernah ada di Inggris.

Kereta bawah tanah 0837 relasi Drayton Park - Moorgate, yang merupakan layanan moda dalam kota (commuter) London. disesaki penumpang pada saat sebelum kecelakaan.

Atas sebab-musabab yang belum diketahui pada saat itu, kereta tersebut menerobos batas platform dan berakhir dengan menghantam ujung tembok terowongan yang buntu.

Penumpang di peron sembilan mengatakan kereta sempat terlihat mengalami guncangan dan terus berakselerasi ketika mereka seharusnya berhenti di stasiun akhir.

Namun, kereta itu justru gagal berhenti dan terus meluncur melewati platform, melaju ke terowongan dan menabrak penghalang pasir dan ke dinding bata di 30mph.

Masinis kereta, Leslie Newson, 55, tewas di tempat.

Tiga gerbong depan hancur, namun tiga gerbong terakhir tetap utuh di peron.

Kecelakaan itu menyebabkan stasiun dalam kegelapan total dan memuntahkan sejumlah besar jelaga dan debu.

Operasi penyelamatan telah melibatkan beberapa tim antara lain polisi, staf London Underground, kru pemadam kebakaran, dokter dan perawat dari Rumah Sakit St Bartholomew dan anggota yayasan kemanusaain Salvation Army.

Mereka telah bekerja sepanjang hari untuk mengevakuasi korban jiwa dan yang terluka dari puing-puing gerbong kereta logam yang hancur.

Hanya satu wartawan yang diizinkan turun ke terowongan - Gerard Kemp dari the Daily Telegraph.

"Itu adalah kekacauan yang mengerikan, badan besi kereta hancur," katanya.

"Salah satu masalah besar [untuk tim penyelamat] adalah panas yang intens di sana. Pasti 120 derajat Celcius ke atas. Rasanya seperti membuka pintu oven."

Dua belas jam setelah tragedi itu, seorang polwan muda dibawa keluar dari gerbong depan setelah kakinya diamputasi.

Korban selamat terakhir yang diketahui, seorang pria berusia 26 tahun, dibawa keluar pada malam harinya.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Total Korban Jiwa 43 Orang, Penyebab Kecelakaan Masih Misteri

Upaya pencarian lanjutan berhasil mengevakuasi lebih banyak lagi jenazah selama beberapa hari ke depan.

Korban tewas terakhir adalah 43 orang. Kenaikan akumulasi berasal dari beberapa korban luka yang tidak tertolong dalam perawatan medis.

Penyebab kecelakaan itu masih menjadi misteri.

Masinis dilaporkan dalam kondisi sehat dan tidak dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan. Teori 'pengemudi yang bunuh diri' dianggap tidak mungkin.

Sang masinis, Leslie Newson, telah bekerja untuk London Underground sejak 1969 dan dikenal sebagai pengemudi yang berhati-hati dan teliti.

Penjaga stasiun Moorgate, Robert Harris yang berusia 18 tahun, mengaku tidak memperhatikan kereta semakin cepat saat ketibaan ke stasiun.

Penyelidikan mengkonfirmasi bahwa rem tidak dioperasikan saat kereta mendekat ke stasiun dan masinis bahkan belum mengangkat tangannya untuk melindungi wajahnya pada saat benturan terjadi --dua temuan yang dianggap janggal bagi para investigator. Ada indikasi bahwa baik kereta dan masinis tidak menyadari mengenai ancaman bahaya yang ada di depan mereka.

Selain itu, tidak ada yang salah dengan kereta, peralatan sinyal atau trek, namun langkah-langkah keamanan baru diperkenalkan setelah tragedi tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.