Sukses

Cegah Kasus Naik, Inggris Imbau Warga Bertindak Seolah Positif COVID-19

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan masyarakat harus "tinggal di rumah" dan tidak berpuas diri di tengah pandemi COVID-19.

Liputan6.com, London - Warga Inggris diperintahkan untuk "bertindak seperti terkena Covid-19" sebagai bagian dari kampanye iklan pemerintah yang bertujuan untuk mengatasi peningkatan infeksi.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan masyarakat harus "tinggal di rumah" dan tidak berpuas diri.

Pada Jumat, 8 Januari 2021, ada 1.325 kematian dalam 28 hari setelah tes Covid positif dicatat di Inggris. Ini merupakan angka harian tertinggi, bersama dengan 68.053 kasus baru.

Sumber-sumber pemerintah mengatakan kemungkinan akan lebih banyak fokus dari polisi pada penegakan daripada menjelaskan aturan, demikian dikutip dari laman BBC, Sabtu (9/1/2021).

"Dengan lebih dari 1.000 orang meninggal kemarin, jadi lebih penting setiap orang berpegang pada aturan," kata seorang sumber kepada BBC.

Ketika kasus dan kematian melonjak, pemerintah merilis kampanye iklannya, yang akan disebarluaskan di televisi, radio, surat kabar, dan media sosial.

Kepala petugas medis Inggris, Prof Chris Whitty, mengatakan dalam iklannya: "Vaksin memberikan harapan yang jelas untuk masa depan, tetapi untuk saat ini kita semua harus tinggal di rumah, melindungi diri dan menyelamatkan nyawa."

Perdana menteri mengatakan, rumah sakit "di bawah tekanan lebih sejak dimulainya pandemi", dengan tingkat infeksi meningkat pada "tingkat yang mengkhawatirkan" di seluruh negeri."

"Vaksin telah memberi kami harapan baru dalam perjuangan melawan virus, tetapi tidak boleh berpuas diri," tambah Boris Johnson.

"Saya tahu tahun lalu telah memakan banyak korban. Tetapi kepatuhan Anda sekarang lebih penting daripada sebelumnya."

Angka terbaru dari Public Health England mengungkapkan tingkat infeksi virus corona di London, Inggris telah melampaui 1.000 per 100.000 orang.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penutupan Tempat Ibadah

Kantor Statistik Nasional baru-baru ini memperkirakan sebanyak satu dari 30 warga London mengidap COVID-19.

Walikota London Sadiq Khan mengatakan, penyebaran virus Corona COVID-19 "di luar kendali".

Insiden semacam itu adalah keadaan darurat yang memerlukan implementasi pengaturan khusus oleh salah satu atau semua layanan darurat, NHS atau otoritas lokal.

Artinya, layanan darurat dan rumah sakit tidak dapat menjamin tingkat respons normal mereka.

Dewan London telah mendesak tempat-tempat ibadah untuk ditutup dan uskup London Sarah Mullally mengatakan gereja-gereja harus "mempertimbangkan keseriusan situasi" sebelum mengadakan kebaktian tatap muka akhir pekan ini.

Sementara pemerintah berusaha untuk memperkuat pesan "tinggal di rumah", beberapa pasukan polisi telah menghadapi kritik atas pendekatan mereka untuk mengatasi potensi pelanggaran pembatasan virus corona.

Polisi Derbyshire mengatakan akan meninjau hukuman tetap yang dikeluarkan selama kuncian nasional baru setelah dua wanita diperintahkan untuk membayar 200 Poundsterling masing-masing setelah mengemudi lima mil dari rumah mereka untuk berjalan-jalan.

Inggris, sebagian besar Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara terus berada di bawah tindakan nasional yang ketat, dengan perintah tinggal di rumah untuk kebanyakan orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.