Sukses

Rasisme Anti-Asia Meningkat di California Sejak Pandemi Virus Corona COVID-19

Rasisme terhadap warga Amerika keturunan Asia meningkat sejak pandemi COVID-19 mulai merebak di negeri Paman Sam.

Liputan6.com, Jakarta - Laporan kelompok hak-hak sipil Amerika Serikat (AS) menunjukkan rasisme terhadap warga Amerika keturunan Asia meningkat sejak pandemi COVID-19 mulai merebak di negeri Paman Sam, lebih dari enam bulan lalu.

Laporan itu dirilis pada Kamis 17 September oleh Pusat Pelaporan Stop AAPI Hate, yang dibentuk pada Maret oleh Dewan Kebijakan dan Perencanaan Asia-Pasifik, organisasi China untuk Tindakan Afirmatif, bersama Departemen Studi Asia-Amerika di San Francisco State University. Pusat pelaporan itu menampung laporan terkait diskriminasi terhadap warga Asia.

Menurut laporan tersebut, terdapat 2.583 insiden diskriminasi terhadap warga Asia yang dilaporkan secara mandiri di AS hingga 5 Agustus, dengan 40 persen di antaranya, tepatnya 1.116 laporan, tercatat di California, seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (19/9/2020).

Jumlah laporan yang diterima kelompok itu kemungkinan lebih kecil dari jumlah sebenarnya di lapangan, papar laporan itu, dengan mengutip bahwa 5,4 persen warga Amerika keturunan Asia di California mengaku telah "diperlakukan secara tidak adil" akibat ras atau etnis mereka, dibandingkan 2,1 persen dari seluruh penduduk di negara bagian itu selama pandemi, menurut Survei Wawancara Kesehatan California 2020 yang dirilis sebelumnya pada bulan ini.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Rasisme

Laporan tersebut juga menggarisbawahi dampak dari rasisme dan xenofobia terhadap anak muda Amerika keturunan Asia selama pandemi COVID-19, serta menganalisis 341 insiden diskriminasi terhadap warga Asia yang melibatkan anak muda yang dilaporkan kepada Pusat Pelaporan Stop AAPI Hate sejak 19 Maret hingga 22 Juli 2020.

"Dalam separuh lebih (56 persen) dari seluruh kasus ini, para pelaku menggunakan ujaran kebencian anti-China, termasuk menyalahkan China dan warganya sebagai sumber virus dan menghina pola makan warga China. Meski orang dewasa menyaksikan hampir separuh dari seluruh insiden yang dilaporkan (48 persen), hanya ada 10 persen kasus yang mendapat intervensi dari mereka," menurut laporan tersebut.

Sebagaimana dikutip dari Pengawas Instruksi Masyarakat Negara Bagian California Tony Thurmond, AS sedang dilanda dua jenis pandemi, yaitu COVID-19 dan rasisme.

"Hati saya hancur karena begitu banyak anak muda serta keluarga Amerika keturunan Asia dan Kepulauan Pasifik menjadi sasaran penghinaan dan serangan diskriminatif," ujarnya.

"Seluruh warga Amerika keturunan Asia terdampak parah oleh gelombang besar retorika anti-Asia yang didukung oleh presiden kita, namun anak muda adalah kelompok yang paling rentan," ungkap Russell Jeung, profesor bidang studi Asia-Amerika dari San Francisco State University, memperingatkan.

"Kebencian yang dihadapi anak muda Amerika keturunan Asia dapat menyebabkan kerusakan permanen terhadap identitas diri dan hubungan sosial mereka." 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.