Sukses

Prediksinya Akurat Sejak 1984, Profesor Ini Yakin Donald Trump Kalah Pilpres AS 2020

Profesor sejarah Allan Lichtman memprediksi pilpres AS secara akurat sejak 1984. Tahun ini, ia menyebut Donald Trump akan kalah.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Profesor sejarah Allan Lichtman memprediksi bahwa Donald Trump akan kalah di pilpres Amerika Serikat pada November mendatang. Prediksi Lichtman selalu tepat sejak 1984.

Dilaporkan CNN, Selasa (11/8/2020), Allan Lichtman metode sistem "13 kunci" yang menimbang faktor seperti ekonomi, keadaan sosial, skandal, hingga kharisma pribadi.

Pada 2016, Lichtman memprediksi Donald Trump menang pilpres, meski saat itu berbagai polling menyebut Hillary Clinton akan menang pilpres AS.

"Rahasianya adalah tetap membuka mata terhadap gambaran besar pada kekuatan dan performa petahana. Dan jangan perhatikan polling, pundit (pakar), dan naik-turunnya kampanye tiap harinya. Dan itulah kuncinya. Gambaran besar," ujar Lichtman.

Pertama kali prediksi pilpres Allan Lichtman benar adalah ketika Presiden Ronald Reagan terpilih. Namun, prediksinya sempat "meleset" pada pilpres 2000.

Saat itu, Allan Lichtman menyebut Al Gore akan menang. Al Gore hanya menang voting populer, tetapi kalah pada voting electoral college.

Di AS, pemenang pilpres ditentukan oleh electoral college yang merupakan perwakilan tiap negara bagian. Perwakilan electoral college dari negara bagian ditentukan oleh siapa capres yang mendapat suara terpopuler.

Allan Lichtman pun optimistis sistem prediksi pilpres AS yang ia pakai tetap bisa efektif di tengah pandemi COVID-19.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Prediksi Dino Patti Djalal

Penggagas Foreign Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal, menyebut Donald Trump akan kalah dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020."Saya begitu yakin bahwa Donald Trump akan kalah. He will lose," ujar Dino Patti Djalal.

"Saat ini sudah beda dengan Pemilu 2016. Feel good factor-nya sudah hilang. Di AS itu kan ada feel good factor yang sangat menentukan. Kalau orang Amerika sudah merasa tidak puas, maka mereka akan 'ganti kuda'," tambahnya.

Menurut Dino, pemilu Amerika Serikat adalah pilpres yang penting di dunia. Ia menilai penting lantaran dampaknya terasa secara langsung pada Indonesia."Kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan berdampak pada lingkungan strategis kita," ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini.

Dalam pemaparannya di acara webseminar yang diselenggarakan oleh FPCI, Dino Patti Djalal mengakui, di bawah kepemimpinan Donald Trump, pengangguran di Amerika Serikat turun menjadi 3,5 persen -- salah satu angka terendah dalam 50 tahun terakhir."

Dengan ukuran itu, seharusnya ia terpilih lagi sebelum Corona COVID-19 datang," kata Dino."Dia sangat melakukan hal yang sangat baik pada masalah politik dan ekomoni. Namun, itu semua akan hilang sekarang. Pengangguran yang turun 3,5 persen, sekarang jadi liabilitas dia. Karena sekarang naik lagi menjadi 27 juta orang karena pandemi."

Dino juga menilai faktor lain yang membuat posisi Trump terpuruk adalah kasus George Flyod kemarin yang mempengaruhi ekonomi Amerika Serikat.

"Dari berbagai alasan tadi, saya sudah yakin bahwa Donald Trump will lose, no matter what he does. Jadi kita perlu antisipasi bahwa Joe Biden yang saya prediksi naik sebagai presiden," jelasnya.

3 dari 3 halaman

AS Sudah Banyak Berubah

Dalam pemaparannya di web seminar bersama FPCI, Dino juga berbagi pengalamannya selama menjadi duta besar untuk Amerika Serikat. Ia menilai banyak hal yang sudah berubah dari AS.

"Amerika Serikat yang pernah saya tempati dulu sangat berbeda dengan AS yang saya lihat hari ini. Saya juga banyak sahabat asal Amerika Serikat yang memiliki pandangan yang sama," kata Dino.

"Bagaimana cara White House mengatasi dan menanggapi berbagai sikap dan perilaku publik. Sampai-sampai kita seperti tidak tahu dengan Amerika Serikat lagi," tambahnya.Dino juga mengutip pernyataan dari seorang profesor Amerika Serikat yang menyatakan keterpurukan demokrasi di AS.

"Yang tadinya champion of democracy kini menjadi sick of democracy," ujarnya.Ia juga menilai bahwa di posisi saat ini Amerika Serikat sudah kehilangan kredibilitas, kepercayaan, kepemimpinan, kehormatan atau bahkan cinta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.