Sukses

5 Negara yang Mulai Buka Kembali Sekolah Usai Pandemi Corona COVID-19

Sejumlah negara telah membuka dan mengaktifkan kembali kegiatan sekolah dan aktivitas lain setelah melakukan lockdown pasca Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Wacana sekolah kembali aktif pada Juli 2020 digulirkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Rencana itu, kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen), Hamid Muhammad, sudah dibahas sejak awal Mei 2020.

"Sudah dibahas minggu lalu. Tinggal tunggu keputusan pemerintah kalau sudah final," kata Hamid saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu 13 Mei 2020.

Menurut Hamid, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kemendikbud juga masih terus mengkoordinasikannya dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan.

"Tunggu pengumuman resmi saja, masih dikoordinasikan ke BNPB dan Kemenkes," jelas Hamid.

Sementara itu, pembukaan kembali sekolah telah dilakukan oleh sejumlah negara yang juga terpapar Virus Corona. Durasi penutupan hingga pembukaan kembali beragam dan berbeda-beda. Seperti dikutip dari laman WashingtonPost.com, Selasa (9/6/2020) berikut 5 negara yang telah melakukan kembali pembukaan sekolah:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Inggris

Inggris membuka kembali sekolah-sekolahnya pada awal Juni, mengirim ratusan ribu siswa kembali ke kelas untuk pertama kalinya sejak 18 Maret.

Namun itu adalah pembukaan kembali sebagian: Di luar Inggris, pemerintah semiotonom Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara telah memilih untuk menunggu hingga Agustus nanti.

Di Inggris, kembalinya bervariasi secara substansial, dengan puluhan otoritas lokal menjaga sekolah mereka selama ditutup.

Meski begitu, banyak orang tua tampaknya memutuskan untuk menjaga anak-anak mereka di rumah. Sebuah survei oleh Yayasan Nasional untuk Penelitian Pendidikan mengatakan 46 persen orang tua berencana untuk melakukannya.

 

3 dari 6 halaman

2. Brasil

Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah mengambil pendekatan laissez-faire terhadap penyebaran Virus Corona dan secara terbuka menolak panggilan untuk menutup sekolah.

"Apa yang terjadi di dunia telah menunjukkan bahwa orang yang berisiko lebih tua dari 60," kata Bolsonaro dalam pidato nasional pada akhir Maret.

"Jadi, mengapa menutup sekolah?"

Tanpa respons nasional yang terkoordinasi, pejabat setempat memutuskan penutupan sekolah. Sebagian besar sekolah di negara tersebut telah menghentikan kelas secara langsung pada akhir Maret lalu.

Meskipun penyebaran Virus Corona terus berlanjut di Brasil, beberapa pemerintah kota mengatakan mereka berniat untuk membuka kembali sekolah-sekolah segera.

 

4 dari 6 halaman

3. China

Pada pertengahan Januari, China memberi tahu hampir 200 juta siswa bahwa mereka tidak akan kembali ke sekolah setelah liburan musim dingin mereka.

Penguncian ini, juga diadopsi di Hong Kong. Tetapi ketika wabah mulai berkurang di China, beberapa bagian dari negara itu juga telah membuka sekolah.

Di Wuhan yang merupakan pusat penyebaran pandemi awal, sekolah dibuka kembali pada awal Mei, tetapi anak-anak harus melewati pemeriksaan suhu, memakai maasker dan masuk serta pergi pada waktu tertentu untuk menghindari keramaian.

 

5 dari 6 halaman

4. Denmark

Denmark mengumumkan akan menutup sekolah pada 11 Maret. Hanya sebulan kemudian, Denmark menjadi negara pertama di Eropa yang membuka kembali sekolah-sekolah dengan hampir semua sekolah dasar beroperasi pada 20 April.

Meskipun beberapa orangtua menjaga anak-anak mereka di rumah, banyak yang percaya diri dengan pedoman pemerintah tentang sanitasi dan jarak sosial.

Sejauh ini, belum ada tanda-tanda kasus baru Virus Corona di Denmark.

 

6 dari 6 halaman

5. Selandia Baru

Selandia Baru adalah negara dengan penutupan paling ketat dengan jadwal tutup sekolah pada tanggal 23 Maret, ketika negara itu mengkonfirmasi adanya 102 kasus.

Tetapi dalam waktu enam minggu, negara itu mengumumkan untuk mengurangi pembatasan karena tanda-tanda positif tentang penyebaran virus.

Pada akhir April, pemerintah melonggarkan penguncian dari Tingkat 4 ke Tingkat 3, dengan sekolah dibuka kembali tetapi orangtua menyuruh anak-anak mereka tetap di rumah jika memungkinkan.

Pada tanggal 18 Mei, itu turun ke Level 2, memungkinkan ratusan ribu lebih siswa untuk kembali ke kelas.

Di bawah standar saat ini, ketika negara itu mendekati nol infeksi, ada beberapa batasan pada anak-anak yang sehat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.