Sukses

Benderanya Diubah Jadi Gambar Virus Corona, China Marah Besar

Kedubes China marah karena media Denmark mengganti benderanya dengan gambar virus Corona Wuhan.

Liputan6.com, Copenhagen - Virus Corona Wuhan mulai memasuki ranah politik. Kedutaan Besar China di Denmark murka karena koran satir di negara Nordik ini mencemooh Bendera Merah Lima Bintang. Namun, koran itu mengaku tidak merasa bersalah.

Kedubes China di Denmark berkata sangat marah atas gambar itu. Pihak China berkata penghinaan bendara itu melewati batas masyarakat beradab dan etika dari kebebasan berpendapat.

Pada gambar di koran Jyllands-Posten, lima bintang di bendera China berganti menjadi gambar virus Corona Wuhan.

Sebelumnya, koran Jyllands-Posten sempat menimbulkan kontroversi karena menggambar sosok Nabi Muhammad pada 2005 lalu.

Pihak koran mengaku tidak ada niatan membuat China tersinggung. Pemimpin redaksi Jacob Nybroe berkata ada perbedaan pemahaman budaya.

"Kami tidak bisa meminta maaf atas sesuatu yang kami pikir tidak salah. Kami tak punya niat merendahkan atau melecehkan," ujarnya. "Sejauh yang saya lihat, ada dua perbedaan pemahaman budaya di sini," lanjutnya.

Kasus virus Corona Wuhan di China sudah mencapai 4.500 kasus. Banyak negara China asal Wuhan yang turut terinfeksi penyakit ini meski mereka sudah berada di luar negeri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Politik China dan Taiwan di Antara Corona

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan darurat pada 22 Januari dan mengundang negara-negara dengan kasus yang dikonfirmasi terkena wabah Virus Corona untuk hadir. Namun, Taiwan tidak diundang ke pertemuan itu dan menilai karena hambatan dari China.

Taiwan berargumen perlu diungan karena berdekatan dengan China, dan ancaman terkena infeksi sangat besar. Maka dari itu, WHO seharusnya mengundang Taiwan untuk bergabung dalam upaya pencegahan epidemi

Seperti disebutkan sebelumnya, alasan mengapa Taiwan tidak bisa menjadi negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebabkan karena China telah memperkuat "Prinsip Satu China" di WHO.

Merespons hal tersebut, China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang memberikan jawaban.

"Tidak ada yang lebih peduli tentang kesehatan dan kesejahteraan rekan-rekan kami di Taiwan daripada pemerintah pusat China. Setelah wabah pneumonia yang disebabkan oleh novel coronavirus terjadi di Wuhan, Komisi Kesehatan Nasional memberitahukan wilayah Taiwan secara tepat waktu dan cepat," ujar Geng Shuang saat ditanya salah satu wartawan asing konferensi pers regular di Beijing, 22 Januari 2020.

Seperti dikutip dari fmprc.gov.cn, Sabtu (26/1/2020), saat itu salah satu wartawan asing menanyakan respons China terhadap pengecualian Taiwan dari WHO dalam situasi terkini terkait Virus Corona yang dianggap dapat berpengaruh terhadap kemampuan Negeri Formosa merespons wabah coronavirus. Sekaligus soal ruang bagi partisipasi Taiwan ke organisasi kesehatan dunia itu.

"Dari 13 hingga 14 Januari, seperti yang diminta oleh otoritas terkait di Taiwan, para ahli dari wilayah Taiwan pergi ke Wuhan untuk melihat pekerjaan kami tentang pencegahan dan pengendalian, perawatan medis, dan deteksi patogen. Mereka juga berdiskusi dengan para ahli di daratan yang berpartisipasi dalam pekerjaan medis terkait," jelas jubir Kemlu China itu.

Menurutnya, para ahli Taiwan menyatakan penghargaan yang tulus atas penerimaan mereka di daratan.

"Seperti yang berulang kali kami tekankan, keikutsertaan Taiwan dalam kegiatan organisasi internasional harus diatur secara adil dan wajar mengikuti prinsip satu-China setelah konsultasi lintas-selat. Berdasarkan pengaturan yang dibuat oleh China dan WHO, para ahli medis dari wilayah Taiwan dapat menghadiri pertemuan teknis yang relevan di WHO, dan WHO dapat mengirim para ahli ke Taiwan untuk memeriksa atau membantu bila perlu," papar Geng Shuang.

Dalam kesempatan tersebut, Geng Shuang juga menjelaskan bahwa wilayah Taiwan memiliki akses tepat waktu ke informasi WHO tentang kedaruratan kesehatan masyarakat global, dan setiap keadaan darurat yang terjadi di wilayah Taiwan dapat dilaporkan kepada WHO tepat waktu.

"Pengaturan itu memastikan bahwa wilayah Taiwan dapat menangani keadaan darurat kesehatan masyarakat secara tepat waktu dan efektif terlepas dari di mana mereka terjadi," imbuh Geng Shuang. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.