Sukses

China Janji Hargai Demokrasi Taiwan Jika Kembali Gabung Tiongkok

Pemerintah China mengatakan pihaknya akan menghargai jalan demokratis yang diambil oleh Taiwan jika resmi bergabung.

Liputan6.com, Taipei - Partai Komunis China mengatakan akan sepenuhnya menghargai jalan demokratis yang diambil Taiwan setelah keduanya bersatu kembali secara damai, selama keamanan nasional terjamin.

China mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari negaranya. China juga telah memberi tekanan berlebih di Taiwan sejak Presiden Tsai Ing-wen menjabat pada tahun 2016 karena khawatir Taiwan akan mendeklarasikan kemerdekaannya secara formal.

Dikutip dari Channel News Asia, Rabu (6/11), Taiwan yang menunda pemilihan presiden pada Januari tidak menunjukan ketertarikan untuk berada di bawah pimpinan China.

Dalam sebuah pernyataan tentang keputusan yang dicapai pada pertemuan pleno, partai mengatakan akan secara tegas mendorong reunifikasi damai dan mempromosikan pengaturan kelembagaan untuk pembangunan damai.

"Di bawah premis untuk memastikan kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan, setelah penyatuan kembali secara damai, sistem sosial dan cara hidup rekan-rekan sekerja Taiwan akan sepenuhnya dihormati," katanya.

Properti pribadi, kepercayaan agama, dan hak serta kepentingan sah rekan senegaranya Taiwan akan sepenuhnya dilindungi.

China belum menjelaskan bagaimana demokrasi Taiwan dapat dibiarkan berlanjut jika pihaknya berhasil menguasai pulau itu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Akan Dilindungi Jika Resmi Bergabung

Pada hari Senin (4/11), China meluncurkan langkah-langkah untuk lebih lanjut membuka pasarnya kepada perusahaan-perusahaan dari Taiwan yang berkuasa sendiri. Hal tersebut termasuk meningkatkan modal serta membuat hidup lebih mudah bagi orang-orang Taiwan, baik di Tiongkok maupun di luar negeri.

Taiwan menanggapi dengan memperingatkan orang-orangnya agar tidak menerima upaya China dalam bujukan menjelang pemilihan.

Tsai mengatakan sebelumnya pada hari Selasa bahwa China sedang berusaha mempengaruhi pemilihan dan memaksanya untuk menerima "satu negara, dua sistem", mengacu pada otonomi tingkat tinggi yang dikatakan oleh China.

"Hanya ada satu jawaban untuk ini, tidak mungkin," kata Tsai.

Kementerian Luar Negeri Taiwan juga mempertimbangkan.

"Taiwan adalah negara yang berdaulat. Urusan konsuler yang kami tawarkan kepada warga negara kami tidak menyangkut RRC dan kami tidak meminta mereka untuk bertindak menggantikan kami," katanya di halaman Facebook-nya, merujuk pada nama resmi China, Republik Rakyat Tiongkok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.