Sukses

20-6-1956: Bak Bintang Jatuh, Pesawat Venezuela Menghujam Samudera Atlantik

Kira-kira satu jam dua puluh menit setelah keberangkatan, pesawat Venezuela ini mengalami masalah. bersiap mendarat, burung besi itu malah terbakar dan jatuh ke Samudra Atlantik.

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini 63 tahun silam, petaka mengintai Linea Aeropostal Venezolana Penerbangan 253. Tepat pada 20 Juni 1956, burung besi dengan penerbangan penumpang yang terjadwal secara teratur dari Bandara Internasional Idlewild, New York, menuju Bandara Internasional Caracas, Venezuela, celaka.

Pesawat celaka tersebut berangkat dari New York pada 19 Juni sekitar pukul 23.15 malam.

Kira-kira satu jam dua puluh menit setelah keberangkatan, pada 20 Juni pukul 00.20, kru penerbangan melapor ke Kapten Luis F. Plata. Ada masalah dengan baling-baling nomor dua pada pesawat satu mesin itu.

Hal itu membuat pilot memutuskan untuk kembali ke New York.

Para kru kemudian mengumumkan keadaan darurat, menyatakan bahwa mereka tidak dapat menggunakan baling-baling nomor dua.

Sebuah penerbangan Eastern Airlines yang dioperasikan oleh Kapten Charles Fisher, dengan rute New York ke San Juan, dialihkan untuk memantau situasi tersebut dan membantu dalam menyampaikan komunikasi, sementara sebuah pesawat Penjaga Pantai AS yang dikemudikan oleh LCdr Frederick Hancox dikirim untuk mengawal pesawat kembali ke New York.

Pada 01.25 pagi, pesawat Super Constellation dengan pengawalannya sudah di lepas pantai New Jersey, mulai turun ke New York. Kapten Plata meminta dan menerima izin untuk membuang bahan bakar, yang dimulai pukul 01.29.

Para kru dari kedua pesawat pengawal kemudian mengamati aliran bahan bakar yang terbakar dan kemudian meletus dalam bola api besar. Burung besi pun berbelok dengan keras ke kanan, lalu bagian hidung dan jatuh ke laut terdampak ledakan.

Komandan Hancox melaporkan tingkat penurunan ketinggian pesawat 4.000 kaki per menit dan berada di sudut 90 derajat pada saat terjadi benturan. Kapten Fisher menggambarkan turunnya pesawat dengan api berkobar itu seperti "bintang jatuh."

Kecelakaan pesawat itu terjadi 32 mil sebelah timur dari Asbury Park, New Jersey.

Pesawat Coast Guard kemudian mengitari puing-puing yang masih diselubungi kobaran api, tetapi tidak bisa melihat tanda-tanda kehidupan. Hanya puing-puing pesawat bersama dengan pakaian dan barang-barang pribadi.

Transportasi Angkatan Laut yang dipimpin Letnan Robert Craig menjadi kapal permukaan pertama yang tiba di tempat kejadian pada pukul 03.43 pagi dan menelepon melalui radio: "Tidak ada yang selamat. Berharap tidak menemukannya."

Para kru yang dikirim Craig dalam sekoci hanya menemukan potongan-potongan jasad beserta berbagai puing. Menjelang fajar, puing telah tenggelam sedalam 120 kaki air.

Menurut aviation-safety.net, 74 orang yang ada di dalamnya tewas. Kecelakaan pesawat tersebut tercatat sebagai bencana paling mematikan di dunia yang melibatkan penerbangan komersial terjadwal saat itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Teka-Teki Penyebab Kecelakaan Pesawat

Puing-puing dan sisa-sisa jasad pada malam kecelakaan tidak memberikan petunjuk tentang asal mula terjadi kebakaran. Spekulasi awal adalah uap bahan bakar mungkin telah bersentuhan dengan gas buang panas dari satu atau lebih mesin.

Menempatkan puing-puing utama terbukti sulit karena semuanya tersebar di wilayah yang relatif luas.

Hancox telah mengamati ada bagian pesawat yang terbakar selama ketinggian terbang menurun, dan dampak ledakan terakhir digambarkan sangat besar karena membuat puing-puing tersebar di daerah yang cukup luas. Tim penyelamat Angkatan Laut AS sudah menyisir area di seluruh situs selama beberapa hari tanpa hasil.

Akhirnya, pencarian sonar 30 Juni baru memberikan titik terang atas identifikasi sementara pada bagian utama puing pesawat, yang Angkatan Laut perkirakan akan membutuhkan berhari-hari atau berminggu-minggu untuk ditemukan.

Titik terang berikutnya baru terjadi beberapa pekan berikutnya, karena terkendala cuaca buruk. Pada 6 Juli, pemerintah Venezuela meminta agar operasi pemulihan dihentikan.

Penyelidikan menghabiskan banyak waktu menganalisis peristiwa pembuangan bahan bakar untuk mengidentifikasi sumber pengapian yang paling mungkin jadi penyebab.

Hancox melaporkan bahwa segera setelah Kapten Plata mulai membuang bahan bakar, ia mengamati percikan api dan nyala api di sekitar mesin nomor tiga, mesin inboard di sayap kanan, di seberang mesin dengan masalah baling-baling.

Dewan investigasi menyimpulkan bahwa getaran yang disebabkan oleh baling-baling nomor dua telah menyebabkan kerusakan struktural internal pada sayap kanan di belakang mesin nomor tiga, antara tangki bahan bakar dan saluran pembuangan bahan bakar, karena area ini akan menjadi titik simetris dari getaran.

Dewan menganggap ini sebagai penyebab yang paling mungkin, tetapi menyatakan bahwa ia tidak dapat menentukan penyebab pastinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini