Sukses

12-6-1817: Malapetaka Gunung Tambora yang Melahirkan Sepeda

Tak hanya nestapa yang dipicu erupsi dahsyat Gunung Tambora pada 1815, tapi juga munculnya banyak inovasi. Salah satunya sepeda.

Liputan6.com, Mannheim - Pada 12 Juni 1817, Baron Karl von Drais memamerkan sebuah bingkai kayu, dengan dua roda dan bangku berlapis kain di depan warga Kota Mannheim, Jerman barat daya.

Saat orang bertanya-tanya apa gerangan benda tersebut, sang bangsawan menaiki barang ciptaannya itu. Ia meluncur dari Mannheim ke Schwetzinger Relaishaus, lalu kembali lagi ke titik awal. Jarak 14 kilometer ia tempuh dalam waktu kurang dari satu jam.

"Itu kuda! Kuda yang tak makan apa-apa dan bukan binatang," seru seorang pemeran pembantu rumah tangga, dalam drama musikal di Capitol Theater di Mannheim, menggambarkan momentum tersebut, seperti dikutip dari situs Irish Times.

Drais menyebut temuannya sebagai laufmaschine atau mesin yang bisa berjalan. Belakangan, benda itu dijuluki 'dandyhorse' atau 'draisine' -- yang adalah cikal bakal sepeda yang kita kenal saat ini.

Pada dasarnya, laufmaschine adalah sepeda tanpa pedal yang bergerak dengan cara didorong. Sang baron menempatkan dua roda sejajar dalam bingkai kayu yang menyeimbangkan laju roda dengan dynamic steering.

Memang lebih lambat dari versi saat ini namun masih jauh lebih cepat daripada berjalan kaki.

Inovasi sepeda ala Drais dilatarbelakangi sebuah bencana kolosal, yakni erupsi dahsyat Gunung Tambora pada 5 April 1815.

Kala itu, Tambora menyemburkan abu panas dan gas ke atmosfer, menggelapkan langit, Mahatari pun menghilang dari pandangan. Lebih dari 90 ribu jiwa tewas, akibat aliran piroklastik, tsunami, dan debu yang menyesakkan jalan napas. Juga akibat kelaparan dan wabah yang terjadi selama beberapa bulan kemudian.

Musim panas 1816 tak berlangsung seperti biasa. Salju turun di New England, hujan rajin mengguyur. Dingin, badai, dan gelap. Suasana serba muram. Pada tahun itu Eropa dan Amerika Utara mengalami 'The Year Without a Summer'.

Akibatnya, tanaman pangan mati karena beku maupun kekurangan sinar matahari. Makanan jadi barang langka.

Panen yang gagal membuat kelaparan merajalela. Para pemilik kuda tak mampu memberi pakan hewan peliharaannya. Hewan-hewan itu bahkan disembelih untuk dimakan manusia.

Kalaupun nekat menggunakan kuda, niscaya biayanya makin mahal. Hanya segelintir orang tajir yang mampu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nasib Nahas Penemu Sepeda

Penemuan cikal bakal sepeda tak lantas bikin Drais kaya raya, meski ia memiliki hak patennya.

Salah satu alasannya, sebagai pegawai pemerintah, ia tak punya waktu untuk memasarkannya.

Alasan lain, "jalanan kala itu penuh dengan kereta kuda, sehingga tak nyaman untuk berkendara, menyeimbangkan diri (dengan sepeda) dalam waktu lama. Penunggang sepeda akhirnya naik ke trotoar, dan tidak perlu diungkapkan, mereka bergerak terlalu cepat, membahayakan nyawa dan anggota tubuh pejalan kaki," tulis penulis biografi sang penemu, Dr. Gerd Hüttmann, seperti dikutip dari www.treehugger.com.

"Karena itu, pihak berwenang di Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan bahkan di Kalkuta melarang penggunaan sepeda, yang menghentikan pemakaian mode transportasi itu selama beberapa dekade."

Tak hanya sepeda, Drais juga menemukan mesin ketik pertama dengan keyboard, juga kompor berbahan bakar kayu yang kerjanya lebih baik kala itu.

Namun, pasca-revolusi, para pendukung kerajaan atau kaum royalis menudingnya gila dan akhirnya mengurung sang bangsawan.

Alasannya, Drais seorang Demokrat, pendukung gelombang revolusi yang melanda Eropa pada tahun 1848. Ia bahkan menghapus gelar kebangsawanan 'von' dari namanya. Sang penemu lebih suka disebut Karl Drais.

Musuhnya, yang di atas angin, menghapus hak pensiunnya, yang didapat atas inovasinya. Karl Drais akhirnya meninggal dunia dalam kondisi melarat pada 1851 di Karlsruhe.

Belakangan, sejarah mengakui Karl Drais sebagai penemu cikal bakal sepeda. Sosoknya diabadikan dalam perangko Jerman pada 1985 dan 2017.

Tak hanya pasca-erupsi dahsyat Gunun Tambora, temuan Drais --yang disempurnakan menjadi sepeda seperti saat ini-- menjadi moda transportasi solutif di tengah krisis. Hingga saat ini.

3 dari 3 halaman

Solusi di Tengah Krisis

Dua ratus tahun lebih berlalu setelah Karl Drais menjajal temuannya di Mannheim, setidaknya satu miliar sepeda telah diproduksi.

Pada masa ini, sepeda juga menjadi jawaban atas krisis lingkungan. Kendaraan kayuh itu adalah yang paling efisien secara energi, tak menimbulkan polusi, lagi menyehatkan para penggenjot pedalnya.

Sepeda dianggap sebagai solusi utama dalam isu perubahan iklim karena sifatnya yang bebas emisi.

Sepeda juga menjadi jawaban bagi masalah kemacetan parah, terutama wilayah perkotaan. Sebuah sepeda memerlukan ruang yang jauh lebih sedikit daripada mobil.

Selain momentum lahirnya cikal bakal sepeda, sejumlah peristiwa bersejarah juga terjadi pada tanggal 12 Juni.

Pada 1942, di ulang tahunnya yang ketiga belas, Anne Frank mulai menulis buku hariannya pada masa pendudukan Nazi di Belanda.

Pada 2005, petinju Mike Tyson menyatakan mundur dari dunia tinju, setelah kekalahan yang memalukan dari petinju tak terkenal asal Irlandia, Kevin McBride.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini