Sukses

Kereta Otomatis Menabrak Halte Penyangga di Jepang, 14 Orang Terluka

Sebuah kereta tanpa pengemudi di Jepang bergerak ke arah yang salah dan menabrak halte penyangga.

Liputan6.com, Tokyo - Sebuah kereta otomatis di Yokohama bagian selatan Tokyo, Jepang berjalan ke arah yang salah dan menabrak halte penyangga pada Sabtu malam, 1 Juni 2019. Sebanyak 14 orang terluka dalam insiden tersebut, menurut polisi setempat.

Media setempat melaporkan, beberapa korban tampaknya terluka serius namun tidak ada korban jiwa dalam tragedi ini, lapor AFP sebagaimana dilansir dari The Straits Times pada Senin (3/6/2019).

Kereta tanpa pengemudi tersebut menabrak halte penyangga di Staisun Shin-Sugita, Jepang setelah bergerak ke arah yang salah sejauh 20 meter dari stasiun Kanazawa Seaside Line, kata Akihiko Mikami, presiden operator kereta dalam konferensi pers tengah malam. 

Insiden ini adalah pertama kalinya sejak kereta otomatis tanpa pengemudi diluncurkan di Jepang pada 30 tahun lalu, kata Mikami, seraya menambahkan operator telah menutup saluran yang bermasalah dan tidak yakin kapan layanan akan dilanjutkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sejarah Tabrakan Kereta di Jepang

Meskipun Jepang sangat disiplin dalam bidang transportasi, ternyata sejarah mencatat Negeri Sakura pernah mengalami insiden tabrakan kereta. Pada 3 Mei 1962, sebuah kecelakaan mengerikan yang melibatkan kereta api terjadi di dekat Tokyo Jepang. Saat insiden terjadi warga tengah merayakan Hari Konstitusi.

Kecelakaan terjadi pada pukul 21.36, sekitar 350 meter timur stasiun Mikawashima melibatkan kereta angkut dan 2 kereta penumpang. Akibatnya sungguh fatal, 160 tewas dan 296 orang terluka.

Insiden bermula saat kereta angkut mendekati rel menuju Stasiun Mikawashima. Masinis tak memperhatikan sinyal lampu merah tanda berhenti.

Sistem mekanisme kegagalan dalam membaca sinyal langsung beroperasi demi menghindari tabrakan langsung dengan kereta di depannya. Namun, kereta itu berjalan terlalu cepat akibatnya, lokomotif dan gerbong tanker keluar dari lintasan rel.

Sementara itu, kereta penumpang bernomor 211H meninggalkan stasiun Mikawashima. Kendati bisa menghindari tabrakan dengan kereta barang, kereta itu menabrak gerbong yang terguling. Sebanyak 25 penumpang luka. Para penumpang menggunakan tuas darurat untuk membuka pintu dan berjalan kembali menyusuri rel menuju stasiun.

Sayangnya, masa itu sistem perkeretaapian Jepang belum sesempurna seperti sekarang. Petugas sibuk mengatur kecelakaan 2 kereta itu hingga lupa memberi sinyal kepada kereta lainnya.

6 menit dari kecelakaan pertama, kereta penumpang bernomor 2000H menabrak gerbong terguling milik 2117H. Akibatnya, menabrak penumpang selamat yang tengah berjalan ke stasiun. Gerbong pertama menghantam mereka dan 3 gerbong selanjutnya terlempar keluar rel, seperti dilansir dari sozogaku.com

3 dari 3 halaman

9 Kru Kereta Dihukum

Setelah investigasi yang panjang, pemerintah memberikan sanksi kriminal kepada 9 kru kereta barang karena telah lalai dan menyebabkan orang kehilangan nyawa.

Belajar dari pengalaman itu, Jepang mengubah kebijakan yang tadinya menyerukan 'jangan hentikan kereta kecuali penting' menjadi 'hentikan kereta setelah ada satu kecelakaan tak peduli seberapa parahnya.'

Sistem otomatis penghentian kereta akan menyala tatkala melanggar sinyal lampu merah. Hal itu secara nasional diberlakukan Jepang pada tahun 1966.

Pada hari yang sama pada tahun 1986, bom meledak di dalam pesawat yang tengah parkir di Bandara Internasional Kolombo. Air Lanka Tristar UL512 yang datang dari Bandara Gatwick London -- setelah transit di Zurich, Swiss dan Dubai, Uni Emirat Arab itu, terbelah menjadi dua bagian.

Penerbangan UL512 membawa 20 kru dan 128 penumpang, terutama turis Prancis, Inggris dan Jepang yang hendak terbang ke Kepulauan Maladewa di Samudera Hindia.

Korban tewas dalam musibah tersebut berjumlah 21 orang, 41 lainnya -- termasuk 25 orang dari Inggris -- terluka akibat ledakan bom tersebut. Bom yang meledak di pesawat itu diduga kuat disembunyikan oleh pemberontak Tamil, yang berupaya mendirikan wilayah kekuasaan sendiri di Sri Lanka.

Selain peristiwa tragis itu, tanggal yang sama tahun 1481 terjadi gempa bumi dahsyat di Rhodes, Yunani. Lindu berkekuatan 7,1 skala Richter yang menyebabkan tsunami itu menyebabkan 30 ribu orang meregang nyawa.

Sementara pada 3 Mei 1952, pesawat pertama mendarat di Kutub Utara. Letnan Kolonel Joseph O. Fletcher dari Oklahoma dan Letnan Kolonel William P. Benediktus dari California, yang menerbangakan burung besi itu ke sana.

Fletcher bahkan sempat turun dari pesawat dan berjalan di Kutub Utara, mungkin saja ia orang pertama dalam sejarah yang melakukannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini