Sukses

Terinspirasi ISIS, Pria AS Ini Sempat Berusaha Habisi Pejalan Kaki

Rondell Henry, seorang pemuda yang diilhami ISIS sempat mencoba menabrak pejalan kaki dengan mobil van di tepi pantai National Harbor, AS.

Liputan6.com, Washington DC - Baru-baru ini, seorang pemuda yang terilhami pemikiran ISIS sempat mencoba menabrak pejalan kaki dengan mobil van di tepi pantai National Harbor, sebuah tempat wisata populer di sepanjang Sungai Potomac dekat Washington, Amerika Serikat.

Rencana Rondell Henry (28) dari Germantown itu berhasil dihentikan oleh otoritas setempat. Pada Senin, 8 April 2019, seorang jaksa federal AS telah mengajukan tuntutan pidana atas tindakannya tersebut.

Mengutip laman The New York Times pada Selasa (9/4/2019), jaksa mengatakan pelaku diilhami oleh kelompok teroris ISIS saat ia mencuri sebuah van U-Haul dari garasi parkir di Alexandria pada 26 Maret lalu. Ia didakwa dengan pencurian kendaraan, menurut kantor kejaksaan AS di Maryland.

Jaksa penuntut mengatakan Henry mengemudikan van pada 27 Maret ke Bandara Internasional Dulles. Saat hendak keluar ia menemui kesulitan. Selama dua jam ia berusaha menemukan jalan yang aman dari petugas keamanan.

Merasa buntu, ia kemudian kembali ke U-Haul dan pergi ke National Harbor di Maryland. Saat itu ia tiba sekitar pukul 10.00 pagi, kata jaksa.

Henry segera mencari tempat ideal untuk melancarkan serangannya, berniat meniru insiden Bastille Day 2016 di Nice, Prancis, saat sebuah truk meluncur melewati kerumunan penonton, menewaskan lebih dari 80 orang.

Beruntung, Henry saat itu menunda rencananya karena kerumunan orang di tepi National Harbor pada 27 Maret sangat sedikit. Henry kemudian mendobrak kapal dan bersembunyi di tempat itu selama semalaman.

Keesokan paginya, personel kepolisian AS menemukan mobil curian. Aparat menangkap simpatisan ISIS itu setelah ia melompati pagar keamanan dari dermaga kapal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Berencana Kabur

Rondell Henry disebut jaksa sama sekali tak berencana kabur. Ia tidak berniat lari dari penangkapan itu.

Apa yang dipikirkan oleh pelaku hanyalah bagaimana cara menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki.

"Saya hanya akan terus mengemudi, mengemudi, dan mengemudi," katanya seperti dikutip dalam mosi untuk penahanan yang diajukan pada Senin oleh jaksa federal. "Aku tidak akan berhenti."

Thomas Mooney, seorang pengacara yang mewakili Mr Henry dalam kasus itu mengatakan bahwa kliennya mengaku tidak bersalah.

Sidang penahanan Henry dijadwalkan akan dilaksanakan pada hari ini, Selasa 9 April 2019, 12:45 siang waktu setempat. Proses hukum itu akan berlangsung di Pengadilan Distrik Federal di Greenbelt.

3 dari 3 halaman

Seorang Insinyur Komputer

Henry diketahui merupakan seorang insinyur komputer. Ia dilaporkan hilang setelah meninggalkan pekerjaan sekitar tengah hari pada tanggal 26 Maret, dan keluarganya khawatir tentang keberadannya.

Sementara itu, juru bicara Hughes Network Systems, sebuah perusahaan satelit broadband di Germantown, mengatakan Henry sebelumnya telah dipekerjakan di sana sebagai kontraktor. Perusahaan menolak untuk memberikan rincian tentang posisinya.

Seamus Hughes, wakil direktur program Universitas George Washington tentang ekstremisme, mengatakan ada sejarah panjang menggunakan kendaraan sebagai senjata teror.

Pada 2010, Al Qaeda mempromosikan penggunaan mobil untuk menabrak orang melalui majalah daringnya, dalam sebuah artikel berjudul "The Ultimate Mow Machine."

Serangan kendaraan umum kemudian sering terjadi di negara-negara Barat setidaknya sejak 2014. Yang paling dahsyat adalah serangan 2016 di Bastille Day, diikuti oleh serangan Berlin Christmas pada 2016 serta sejumlah serangan ISIS yang lebih kecil di Eropa dan di Amerika Utara.

Moto kelompok teroris, termasuk SIS telah berubah saat ini. Yakni, "tidak masalah apa yang Anda lakukan, selama Anda melakukan sesuatu," kata Hughes. Dan kendaraan, tentu saja, lebih mudah diperoleh daripada senjata lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.