Sukses

Penganut Bumi Datar: Es Antarktika Menahan Air Laut Agar Tak Tumpah ke Angkasa

Kelompok Bumi Datar menganggap planet ini gepeng, sedangkan es di Antarktika menahan air laut agar tak tumpah ke antariksa.

Liputan6.com, Texas - Sebuah konferensi tahunan yang menyatukan penganut Bumi Datar atau disingkat FE (Flat Earthers), kembali digelar pada bulan ini. Mereka sedang merencanakan pelayaran ke ujung dunia untuk menemukan gunung es yang menahan lautan di seluruh tepian Bumi.

Pengarungan samudra mereka akan berlangsung pada tahun 2020, menurut keterangan dari situs web Flat Earth International Conference (FEIC) baru-baru ini mengumumkannya. 

Pernyataan terkait rencana pelayaran penganut Bumi Datar ini muncul di situs web Flat Earth Society (FES), yang diduga sebagai organisasi FE resmi dan tertua di dunia, yang berasal dari awal 1800-an.

Apa yang menjadi target utama dari orang-orang ini adalah untuk membuktikan bahwa Bumi merupakan piringan pipih yang pinggirannya dikelilingi oleh dinding es dengan tinggi menjulang.

Seorang mantan astronau NASA membuat malu pendukung teori bumi datar dalam sebuah debat di TV. (Doc: JSC/NASA)

Gagasan kelompok Bumi Datar tersebut mendapat sindiran dari banyak kalangan, terutama mereka yang percaya Bumi berbentuk bak bola. Dalam menjalankan idenya, 'kaum' FE menerapkan sistem pemetaan laut dan teknologi navigasi --seperti GPS-- serupa dengan bentuk asli Bumi: bulat. Sesuatu yang dianggap lucu oleh kebanyakan orang.

Di satu sisi, FE berpendapat bahwa gambar yang menunjukkan cakrawala melengkung cuma sebuah kepalsuan semata, dan foto bulatnya Bumi yang diambil dari angkasa luar merupakan bagian dari konspirasi besar NASA dan badan antariksa lainnya untuk menyembunyikan kerataan Bumi.

Namun, orang-orang Yunani kuno --pada lebih dari 2.000 tahun lalu-- bahkan telah mampu mematahkan anggapan itu dengan menegaskan Bumi berbentuk menyerupai bola dan memiliki gaya gravitasi yang membuat segala sesuatu yang ada di planet ini tidak mental ke angkasa luar --saat Bumi berotasi.

Tetapi dalam diagram yang dibagikan di situs web FES, Bumi justru digambarkan sebagai piringan gepeng, mirip kue panekuk. Kutub Utara amblas di bagian tengah dan seluruh sisi Bumi yang melingkar dikelilingi oleh dinding es, sehingga lautan tidak tumpah.

Dinding es itu --yang dianggap oleh beberapa Bumi Datar sebagai Antarktika-- adalah tujuan pelayaran FEIC mendatang. Namun uniknya, grafik navigasi dan sistem yang memandu kapal pesiar ini didasarkan pada prinsip Bumi bulat, kata Henk Keijer, mantan kapten yacht yang punya pengalaman 23 tahun menjadi nahkoda.

GPS bergantung pada jaringan lusinan satelit yang mengorbit ribuan mil di atas Bumi. Sinyal dari satelit akan mengarah ke perangkat GPS (sebagai penerima), dan setidaknya tiga satelit diperlukan untuk menentukan posisi yang tepat karena kelengkungan Bumi, Keijer menjelaskan.

"Seandainya Bumi datar, total tiga satelit itu sudah cukup untuk memberikan informasi ini kepada semua orang di Bumi," kata Keijer. "Tapi nyatanya, jumlah tersebut tidak cukup, karena Bumi bulat."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Kocak Penganut Bumi Datar Soal Supermoon

Warna merah darah pada Bulan selama Gerhana Bulan Total mungkin sulit untuk dijelaskan tanpa pemahaman dasar tentang mekanika orbital. Tetapi, kelompok teori konspirasi Bumi Datar (FE) punya penjelasan sendiri, terlepas dari fakta-fakta ilmiah.

Selama terjadinya Super Blood Wolf Moon pada 20-21 Januari tahun ini, para pengamat langit (skywatchers) di sebagian besar belahan barat Bumi, melihat Bulan melewati bayangan Bumi. Satelit alami planet ini tampak memerah selama proses gerhana berlangsung.

Menurut teori konspirasi Bumi Datar, fenomena astronomi ini --yang dikenal sebagai Gerhana Bulan Total-- sebenarnya merupakan kesempatan langka untuk melihat sekilas "bayangan" dari objek misterius yang mengorbit matahari, dan kadang-kadang lewat di depan Bulan dari sudut pandang mereka --yang menganggap Bumi berbentuk bak piza.

Meskipun 'penganut' Bumi Datar yakin bahwa Bumi berbentuk datar seperti panekuk, namun tampaknya mereka sepakat bahwa matahari dan Bulan adalah benda langit berbentuk seperti bola. Para ahli teori ini berpendapat bahwa matahari dan Bulan mengorbit kutub utara Bumi, melayang-layang langsung di atas "panekuk" dan tidak pernah melintas ke sisi lain.

Jika anggapan ini benar, gerhana Bulan seperti yang kita tahu tidak akan pernah terjadi, sebab Bulan harus berada di sisi Bumi yang berlawanan dari matahari agar Gerhana Bulan Total dapat berlangsung.

Kelompok Bumi Datar juga membuat penjelasan baru untuk bayangan yang terlihat di Bulan selama gerhana.

Melalui unggahan yang dimuat di The Flat Earth Wiki, sebuah situs web yang dikelola oleh The Flat Earth Society, mereka tidak percaya adanya "objek bayangan". Karena itulah, mereka tidak merinci tentang ukuran, bentuk, komposisi atau asal bayangan tersebut.

Tetapi para penulis mengklaim bahwa sosok misterius dan bayangan ini adalah penyebab utama Gerhana Bulan Total. Dan yang lebih mengejutkan, bayangan itu sama sekali tidak terlihat ketika tidak ada di depan Bulan.

"Objek bayangan tidak pernah terlihat di langit, karena mengorbit dekat dengan matahari," kata The Flat Earth Wiki, seperti dikutip dari Live Science, Jumat 25 Januari 2019.

Meskipun terlihat mungil dari langit Bumi, namun sebagaimana diketahui bahwa Merkurius adalah planet yang  paling dekat dengan matahari. Dengan entengnya, The Flat Earth Wiki menyatakan, "Kami tidak pernah diberi pandangan sekilas tentang benda-benda angkasa yang muncul di dekat matahari pada siang hari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.