Sukses

Obama-Cameron Bahas Timur Tengah

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengunjungi Gedung Putih untuk menemui Presiden Amerika Serikat Barrack Obama untuk membahas Timur Tengah

Liputan6.com, Washington DC: Perdana Menteri Inggris David Cameron mengunjungi Gedung Putih untuk menemui Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, Kamis (15/3). Seperti dilansir Reuters, pertemuan tersebut dikhususkan untuk membahas Timur Tengah.

Dalam perbincangan, Obama dan Cameron sepakat untuk terus menekan Iran dan Suriah. Selain itu, keduanya akan tetap menempatkan militer di Afghanistan meski perhatian lebih difokuskan kepada dua negara timur tengah tersebut.

Dengan pertemuan ini, Cameron bermaksud untuk menjalin hubungan lebih baik dan membantah jika hubungan AS dan Inggris memanas. Saat makan malam yang didampingi sang istri, Cameron memuji Obama dan akan memberi dukungan penuh dalam pemilihan Presiden AS pada 6 November mendatang.

"Rakyat perlu pemimpin yang bermoral dan baik seperti Obama," kata Cameron.

Usai konferensi pers,  Obama dan Cameron mengadakan konferensi pers bersama. Mereka mengatakan tekad bulat untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan kembali ke meja perundingan.

Kedua petinggi negara tersebut, juga mengecam keras Presiden Suriah Bashar al-Assad atas kekerasan besar terhadap rakyat. Namun, mereka mengaku tidak pernah melakukan intervensi terhadap Suriah.

"Jika Assad tidak mundur, maka akan terjadi perang saudara," ujar Cameron.

Sementara untuk Afghanistan, Obama dan Cameron akan mendiskusikan kasus pembantaian 16 warga sipil Afghanistan lebih lanjut dan tidak mau terburu-buru. Kedepannya, mereka berencana akan mereformasi keamanan NATO di Afghanistan, sehingga kejadian memalukan tersebut tidak terulang lagi.

"Kami berupaya membuat perubahan keamanan di Afghanistan," kata Obama.

Namun, di balik beberapa kesepakatan Obama dan Cameron, ada satu hal yang mereka perdebatkan mengenai kebijakan ekonomi kedua negara. Obama bermaksud untuk "mengencangkan ikat pinggang" pengeluaran negara untuk memulihkan ekonomi AS, sementara Cameron takut upaya Obama tersebut berdampak kepada ekonomi Inggris. (RZK/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.