Sukses

Kisah WNI Selamat Gempa Alaska: Saya Syok, Gemetaran dan Trauma...

Warga Indonesia di Alaska merasakan gempa hebat bermagnitudo 7,0 di kota Anchorage, Alaska, Amerika Serikat.

Liputan6.com, Anchorage - Gempa hebat bermagnitudo 7,0 di kota Anchorage, negara bagian Alaska, Amerika Serikat yang terjadi pada hari Jumat, 30 November 2018, pukul 08.29 pagi waktu setempat, juga dirasakan warga Indonesia yang tinggal di sana.

Salah satunya Marlenny Campbell bersama suami dan anaknya yang tinggal 15 km dari pusat gempa. Saat dihubungi VOA, Marlenny masih trauma atas gempa yang baru sekali dialaminya tersebut.

"Masih shaking ya karena after shocknya masih ada. Terus ya jadi trauma banget karena besar sekali goncangannya," ujar Marlenny kepada VOA, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (3/12/2018).

Marlenny menambahkan, sempat terjadi mati listrik selama tiga jam di rumahnya.

Ketika gempa terjadi, Marlenny Campbell beserta keluarga sedang duduk di ruang tamu. Cuaca saat itu dingin bersalju dengan suhu -2 derajat Celsius. Ia tengah bersiap untuk mengantar anaknya ke bandara.

Allison Susel, kepala sekolah Chugiak High School melihat kerusakan menyusul gempa bumi di Chugiak, Alaska, Jumat (30/11). Gempa bermagnitudo 7.0 itu merobohkan langit-langit sekolah dan melemparkan buku-buku dari rak di perpustakaan (AP/Mark Thiessen)

"Jadi kita lagi duduk, memang mau antar anak ke airport jam 9-an, setengah jam lagi... Tiba-tiba datang gempa keras sekali. Aduh, saya sampai syok, enggak bisa ngomong sampai gemetaran," ujarnya.

Marlenny dan keluarganya bergegas lari keluar untuk menyelamatkan diri dan mengeluarkan mobil dari garasi.

"Saya bilang sama suami, mobil harus dikeluarin. Nanti kita kalau ada apa-apa, harus bisa kabur. Jadi akhirnya kita bisa keluarin mobil, terus saja ambil (dan) bawa paspor. Yang penting-pentinglah, paspor sama semua yang ada di dompet saya kalau nanti harus pergi gitu," kata Marlenny.

Kondisi perpustakaan The Mat-Su College setelah gempa bumi melanda wilayah Anchorage di Alaska, Jumat (30/11). Gempa bumi berkekuatan 7,0 mengguncang bangunan, memecahkan jendela, dan menyebabkan tiang lampu dan pohon bergoyang. (Holly A. Bell / AFP)

Tidak ada kerusakan besar yang dialami Marlenny pasca-gempa. Hanya gelas-gelas yang pecah dan makanan yang berserakan di lantai dapur dan belum sempat dibersihkan, karena Marlenny dan suami harus mengantar anaknya ke bandara.

"Sampai saat ini, di rumah saya gak ada dinding yang split ya, karena ini rumah lama dibangunnya tahun 1978. Terus udah gitu, microwave saya ini jatuh ke bawah dan rusak enggak bisa dipakai lagi. Pintu dapur saya enggak bisa dibuka karena barang-barang jatuh dari rak makanan saya, di kamar saya juga, waduh berantakan," papar Marlenny.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sempat Menimbulkan Kepanikan...

Gempa dahsyat ini sempat menimbulkan kepanikan yang membuat jalanan menjadi macet total. Namun, kini situasi di kota Anchorage sudah kembali tenang. Bandara pun sudah kembali beroperasi.

"Situasi disini sekarang sudah aman ya, maksudnya orang-orang sudah kalem. Tadi waktu kita berangkat pertama ke airport, waduh itu yang namanya macet semua orang pulang dari kantor kan, anak-anak semua dikeluarin dari sekolah. Itu macet total arah pulang ke selatan," kata Marlenny.

"Panjang sekali terus orang pada panik. Biasalah kalau baru kejadian panik, tapi sekarang kita kedua kalinya pergi ke airport, aman tuh airportnya lancarhighway-nya. Cuman ada jalan yang kita enggak bisa (di)lewati karena jalan penghubung ke jembatan terputus, anjlok. Kawan saya yang tinggal agak di luar kota, di utara, dia dindingnya itu split atau cracked," tambahnya.

Foto udara kerusakan di Glenn Highway setelah gempa bumi melanda Anchorage di Alaska, Jumat (30/11). Gempa bermagnitudo 7.0 dan 5.7 membuat panik orang-orang setelah memicu peringatan tsunami di daerah pantai. (Marc Lester/Anchorage Daily News via AP)

Gubernur Alaska, Bill Walker, sempat mengumumkan situasi darurat dan masyarakat dianjurkan untuk tinggal di rumah sampai ada pengumuman selanjutnya.

"Ternyata kita dengar, gubernurnya declare emergency karena kan kita banyak instalasi base military. Karena kayaknya military-nya ada yang rusak runway-nya. Kan fatal buat base military. Enggak tahu sampai kapan," jelas Marlenny.

Pemerintah kota Anchorage rencananya akan menutup sekolah-sekolah hingga Selasa mendatang untuk memeriksa segala kerusakan.

Marlenny dan suami berencana akan mulai membersihkan rumahnya dan menunggu sampai keadaan normal kembali.

Foto udara kerusakan di Vine Road setelah gempa bumi melanda Wasilla di Alaska, Jumat (30/11). Gempa bermagnitudo 7.0 dan 5.7 menghancurkan jalan raya dan gedung-gedung serta memicu peringatan gelombang tsunami. (Marc Lester/Anchorage Daily News via AP)

"Tinggal di rumah saja. Nunggu dengar berita. Apa yang terjadi dan kita enggak kemana-mana. Semuanya dipulangin, orang-orang kantoran, anak-anak sekolah. Dan sekolah di kota Anchorage ini ditutup sampai dengan hari selasa untuk pemeriksaan kerusakan," pungkas Marlenny.

Tahun 1964, kota Anchorage pernah dilanda gempa dahsyat berkekuatan 9,2 SR yang membuat kota tersebut menjadi porak-poranda. Gempa terkuat yang tercatat dalam sejarah AS itu berlangsung sekitar empat menit dan menyebabkan tsunami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.