Sukses

Telanjang Dada, Vladimir Putin KW Menaiki Patung Banteng yang Ditutupi Mainan Seks

Vladimir Putin hanya mengenakan celana panjang berwarna hijau lumut, sepatu boots dan topi ala cowboy. Persis seperti saat ia berlibur di Siberia.

Liputan6.com, New York - Orang-orang yang berada di sekitar Wall Street dihebohkan dengan aksi nekat seorang pria yang menyamar menjadi Vladimir Putin.

Dengan bertelanjang dada, sosok itu tampil mengenakan celana panjang berwarna hijau dan topi ala cowboy, serta bersepatu boots. Lelaki paruh baya itu lalu naik ke atas patung banteng yang terletak di depan kantor Wall Street.

Charging Bull, yang kadang-kadang disebut sebagai Wall Street Bull atau Bowling Green Bull, adalah patung banteng perunggu yang berada di Bowling Green, Financial District, Manhattan, New York City.

Vladimir Putin palsu itu terlihat menikmati aksinya dan tak malu, meski harus ditonton banyak orang. Ia duduk di atas Charging Bull yang disematkan berbagai macam mainan seks (sex toy) berwarna-warni.

Aksi gila lelaki yang kemudian diketahui bernama Jeff Jetton itu tak dihardik atau dikritik orang-orang yang menyaksikannya, tindakan konyolnya justru menuai pujian.

Mereka menafsirkan bahwa aksi Jetton adalah bentuk protes terhadap Sang Presiden Rusia yang seperti sedang mengendalikan Amerika Serikat.

Dalam sebuah sesi wawancara dengan HuffPost, Jetton menyetujui anggapan itu. Ia juga mengungkapkan bahwa lebih 130 dildo digunakan untuk menghias patung banteng raksasa tersebut, semuanya merupakan sumbangan dari sebuah perusahaan hiburan dewasa.

"Siapa pun yang memberi tahu Anda bahwa mainan seks bukanlah alat perlawanan yang baik, berarti tingkat kecerdasannya sedikit," katanya seperti dikutip dari HuffPost, Jumat (27/7/2018).

Jetton menjalankan aksinya pada Senin, 23 Juli. Lalu pada Selasa 24 Juli malam, Departemen Kepolisian Kota New York menghubunginya.

"Saya pikir saya telah melakukan pelanggaran non-kriminal," kata Jetton. "Para petugas kepolisian itu tertawa ketika mereka memeriksa saya."

The Daily Beast melaporkan bahwa Jetton --pemilik sebuah warung ramen di Washington, Amerika Serikat-- menjalankan aksinya seorang diri. Ia mendapatkan sejumlah informasi terkait hubungan antara Donald Trump dan Vladimir Putin dari publik dan media-media internasional.

HuffPost mencoba menghubungi pembuat Charging Bull, Arturo Di Modica, untuk dimintai keterangan, tetapi belum ada respons.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mayoritas Masyarakat AS Dukung Donald Trump Undang Presiden Rusia ke Gedung Putih?

Menurut sebuah jajak pendapat baru, mayoritas warga Amerika Serikat (AS) menyetujui keputusan Donald Trump mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin ke Gedung Putih.

Undangan Trump ke Putin itu disampaikan ketika keduanya bertemu untuk pertama kalinya secara bilateral di Helsinki, Finlandia, pada pekan lalu.

Selama KTT, sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Rabu 25 Juli 2018, Trump disebut meragukan meragukan penilaian komunitas intelijen AS bahwa Rusia telah ikut campur dalam pemilihan presiden 2016.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh harian The Hill, bekerja sama dengan perusahaan konsultan publik HarrisX, sebanyak 60 persen warga AS tidak menyetujui sikap Donald Trump terhadap sikap Rusia pada KTT Helsinki.

Namun, sebanyak 54 persen responden justru mendukung keputusan Presiden Trump untuk mengundang Putin ke Gedung Putih.

Meski begitu, hasil jajak pendapat tetap terbagi menurut garis partisan, yakni 87 persen yang berasal dari Partai Republik menyetujui undangan tersebut, namun hanya 26 persen menyuarakan hal serupa dari kubu Partai Demokrat.

Di lain pihak, Presiden Donald Trump mengklaim bahwa pertemuannya dengan Putin di Helsinki, telah berlangsung dengan "sukses besar". Pernyataan itu ia sampaikan dalam sebuah twit pada pekan lalu, sesaat sebelum ia mengumumkan undangan terkait.

Trump berdalih bahwa undangan tersebut dapat menjadi landasan lebih lanjut "untuk bisa mulai menerapkan beberapa dari banyak hal yang dibahas kedua negara".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.