Sukses

Terkait Isu Kekerasan Buruh Migran, Kuwait Usir Duta Besar Filipina

Pemerintah Kuwait menuding Kedutaan Besar Filipina membantu upaya pelarian seorang asisten rumah tangga.

Liputan6.com, Kuwait City - Akibat pertikaian politik terkait isu kekerasan terhadap buruh migran, pemerintah Kuwait mengusir Duta Besar Filipina pada Rabu, 25 April 2018.

Tindakan tidak biasa ini mengejutkan komunitas negara-negara Timur Tengah, setelah sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan menghentikan pengiriman buruh migran, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan kaya minyak tersebut.

Dikutip dari Time.com pada Kamis (26/4/2018), kedua negara sejatinya telah merundingkan wacana penghentian suplai tenaga kerja, menyusul penemuan mengejutkan jasad tenaga kerja wanita asal Filipina yang disimpan di dalam kotak pendingin selama lebih dari satu tahun di Kuwait City.

Namun, penangkapan atas dua orang staf Kedutaan Besar Filipina yang dituduh membantu upaya kabur seorang buruh migran dari rumah majikannya, memicu kembali naiknya tensi di antara kedua negara.

Ditambah lagi dengan media lokal yang memuat kutipan kritik Duta Besar Filipina untuk Kuwait, Renato Villa, membuat pemerintah setempat merasa keberatan, dan memutuskan memberi sanksi diplomatik untuk sementara waktu.

"Mengusir duta besar Filipina adalah hal yang tepat, sebagai tanggapan terhadap ancaman yang pertama kali dilontarkan oleh Presiden Duterte," tulis, Shuaib al-Muwaizri, salah seorang anggota parlemen Kuwait dari kubu konservatif, di Twitter.

"Kementerian Luar Negeri (Kuwait) tidak boleh menerima tawaran apapun yang dibuat oleh presiden Filipina atau menteri luar negerinya," lanjut cuitan al-Muwaizri.

Di sisi lain, Filipina menyebut keputusan Kuwait 'sangat mengganggu' kesepakatan yang telah dibahas oleh kedua negara.

"Dalam setiap diskusi dengan Kuwait, kami selalu menekankan kesejahteraan warga negara Filipina, di mana pun mereka berada, akan selalu menjadi hal terpenting," kata Kementerian Luar Negeri Filipina dalam sebuah pernyataan.

Adapun pemerintah Kuwait, dalam kesempatan terpisah, menuduh Filipina melakukan pelanggaran yang 'mencolok' karena mengatur upaya pelarian seorang buruh migran dari kontrak kerjanya.

Selain itu, disebutkan pula bahwa Duta Besar Villa telah dipanggil sebanyak dua kali, untuk menjelaskan tuduhan tersebut, namun mangkir.

Alhasil, pemerintah Kuwait pun mengeluarkan perintah kepada duta besar Filipina untuk meninggalkan Kuwait dalam tenggat waktu seminggu, terhitung sejak diumumkan kemarin.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengekspor Buruh Migran Terbesar di Dunia

Sebelumnya, media lokal Kuwait mengutip pernyataan Dubes Villa yang menyebut kedutaannya akan bergerak, jika otoritas Kuwait tidak merespons laporan kekerasan terhadap buruh migran Filipina dalam jangka waktu 1x24 jam.

Laporan tersebut bersamaan dengan munculnya rekaman video yang memperlihatkan seorang staf Kedubes Filipina membantu seorang buruh migran melarikan diri dari rumah majikannya.

Dubes Villa telah mengajukan permintaan maaf secara terbuka pada hari Selasa, 24 April 2018, setelah muncul komentar diplomatis Menteri Luar Negeri Filipina dalam menanggapi kasus tersebut.

Adapun dua orang warga negara Filipina lainnya yang juga dituduh terlibat insiden serupa, telah ditangkap oleh polisi Kuwait pada akhir pekan lalu.

Telah cukup banyak kasus kekerasan terhadap buruh migran asal Filipina di Kuwait, termasuk insiden pada Desember 2014, ketika seorang pembantu rumah tangga mengalami luka serius akibat terkaman seekor singa peliharaan.

"Saya tidak ingin bertengkar dengan Kuwait. Saya menghormati para pemimpin di sana, namun mereka juga harus melakukan sesuatu tentang hal (kekerasan) ini, karena ini melukai asas hak asasi manusia," ujar Presiden Duterte pada Januari lalu.

Pemerintah Filipina telah menangguhkan pengiriman tenaga kerja ke Kuwait pasca-penemuan jasad Joanna Demafelis, di dalam kotak pendingin di sebuah rumah di Kuwait City, Februari lalu.

Sebulan kemudian, pejabat di Lebanon mengatakan bahwa warganya yang bernama Nader Essam Assaf (40), mengaku melakukan pembunuhan tersebut bersama istrinya yang berkewarganegaraan Suriah -- dan masih buron hingga saat ini.

Menurut polisi setempat, kedua pelaku terancam hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Lebih dari 260.000 buruh migran asal Filipina bekerja di Kuwait, mayoritas merupakan asisten rumah tangga. Kedua negara telah melakukan pembahasan lebih lanjut untuk memperbarui kerja sama pada isu tersebut.

Pemerintah Filipina mendesak agar buruh migran dari negaranya dibebaskan untuk memegang sendiri paspor dan telepon selulernya, dua hal yang biasanya dilarang oleh majikan-majikan di kawasan Teluk.

Saat ini, Filipina diketahui sebagai pengeskpor buruh migran terbesar di dunia, yang sebagian besar bekerja di wilayah Timur Tengah.

Diperkirakan sepersepuluh dari 100 juta lebih penduduk Filipina bekerja di luar negeri, dengan pendapatan yang dikirim ke kampung halaman mereka, telah membantu ekonomi negara tersebut selama beberapa dekade terakhir. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.