Sukses

29-3-1917: Jalankan Kebijakan Netralitas Saat Perang Dunia I, PM Swedia Dipaksa Mundur

Kebijakan netralitas Swedia selama Perang Dunia I yang diusung Hjalmar Hammarskjold, memicu ketidakstabilan politik dan kelaparan.

Liputan6.com, Jakarta - Tepat di hari ini, 101 tahun lalu, Hjalmar Hammarskjold mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Swedia. Langkah tersebut diambilnya menyusul kebijakan netralnya dalam Perang Dunia I -- termasuk melanjutkan perdagangan dengan Jerman, yang melanggar blokade Sekutu -- yang mengarahkan negaranya pada ketidakstabilan politik dan kelaparan yang meluas.

Hammarskjold, merupakan seorang profesor di bidang hukum yang aktif di politik. Ia pernah menjadi delegasi yang diutus ke Konvensi Den Haag tentang hukum internasional tahun 1907. Oleh Raja Gustav V, Hammarskjold diminta untuk menjadi Perdana Menteri pada 1914 pascapemerintahan terpilih dikalahkan kubu konservatif. Demikian seperti dikutip dari history.com.

Sejak awal pemerintahannya, Hammarskjold menginginkan kebijakan netralitas Swedia yang ketat dalam perang. Ia melanjutkan perdagangan dengan Jerman dan hal tersebut membuat rakyat dan negaranya menderita akibat blokade yang diterapkan Angkatan Laut Sekutu di Laut Utara per November 1914.

Meski Sekutu dan sejumlah pihak di Swedia melihat kenetralan yang diusung Hammarskjold sebagai kebijakan pro-Jerman, namun Hamamrskjold bersikeras bahwa sikapnya tersebut mencerminkan prinsip-prinsip tegas terhadap hukum internasional. Pengorbanan Swedia selama perang diyakininya akan membuktikan bahwa negaranya bukanlah bangsa oportunis, melainkan justru menempatkan Swedia pada posisi yang lebih kuat pascaperang berakhir.

Kenyataannya, dalam praktiknya, kebijakan Hammarskjold dan rasa lapar yang ditimbulkan memicu gejolak.

Pada 1917, Hammarskjold menolak proposal perjanjian dagang dengan Inggris yang diatur oleh Marcus Wallenberg, saudara dari Menteri Luar Negeri Swedia, Knut Wallenberg. Proposal tersebut disebut-sebut akan mendatangkan bantuan ekonomi yang sangat dibutuhkan Swedia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kehilangan Dukungan

Konflik terbuka antara Hammarskjold dan Wallenberg, membuat sang Perdana Menteri kehilangan banyak dukungan, termasuk di parlemen. Ia "dipaksa" menyerahkan pengunduran dirinya pada akhir Maret 1917.

Hammarskjold digantikan oleh Carl Swartz, anggota parlemen dari kelompok konservatif. Swartz hanya bertugas tujuh bulan sebelum pada Oktober 1917, Partai Sosial Demokratik Swedia memenangkan pemilu pertama mereka dan Nils Eden pun duduk di kursi Perdana Menteri.

Selain sebagai mantan Perdana Menteri, Hammarskjold juga dikenal sebagai ayah dari Dag Hammarskjold, Sekretaris Jenderal ke-2 PBB.

Sementara itu, sejarah mencatat pada 29 Maret 1973, pasukan Amerika Serikat terakhir dipulangkan dari Vietnam Selatan. Langkah itu diambil berdasarkan ketentuan Perjanjian Damai Paris yang ditandatangani pada 27 Januari 1973.

Pulangnya tentara AS itu sekaligus mengakhiri hampir 10 tahun kehadiran militer Negeri Paman Sam di Vietnam. Markas Besar Komando Militer AS dibersihkan. Yang tersisa hanya atase pertahanan dan sejumlah petugas penjaga Kedubes AS, namun 8.500 warga sipil AS tetap menjadi penasihat teknis bagi Vietnam Selatan.

Adapun pada 29 Maret 2013, wahana antariksa Soyuz TMA-08M membawa tiga astronot ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional melalui rute baru yang memotong waktu tempuh menjadi enam jam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.