Sukses

Dirjen IAEA: Indonesia Jangan Terburu-buru Bangun Reaktor Nuklir

Direktur Jenderal Badan Nuklir Internasional menyarankan pemerintah Indonesia tidak terburu-buru untuk memperluas proyek fasilitas nuklir.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Badan Nuklir Internasional (IAEA) Yukia Amano menyarankan pemerintah Indonesia agar tidak terlalu terburu-buru untuk memperluas proyek pembangunan fasilitas reaktor nuklir demi kepentingan pasokan energi nasional.

Hal itu Amano utarakan usai melakukan dialog bilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri RI, Abdurrahman M Fachir di Gedung Kemlu RI di Jakarta, Senin 5 Februari 2018.

IAEA sendiri, pada November 2009, telah memberikan pernyataan kesiapan (appraisal) terhadap Indonesia untuk membangun fasilitas pembangkit tenaga nuklir. Kendati demikian, Amano mengimbau agar pemerintah RI lebih berhati-hati dan penuh dengan kalkulasi matang untuk memperluas proyek tersebut.

"Negara Anda masih di tahap awal untuk membangun fasilitas pembangkit tenaga nuklir," kata Amano di Gedung Kemlu RI Jakarta (5/2/2018).

"Indonesia perlu mengambil langkah satu per satu, tidak perlu terlalu terburu-buru. Ada beberapa aspek yang mesti dipertimbangkan oleh pemerintah kalian," tambah Amano.

Saat ini, Indonesia sendiri telah memiliki tiga fasilitas pembangkit tenaga nuklir yang terletak di Sleman, Serpong, dan Bandung. Namun, ketiga fasilitas tersebut hanya memiliki kapabilitas riset dan tidak beroperasi secara penuh sebagai pemasok energi bagi publik.

Lokasi lain yang berpotensi dan tengah disiapkan untuk pembangunan fasilitas reaktor nuklir meliputi; Bangka, Batam, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Muria.

Dari sekian banyak lokasi tersebut, salah satu yang paling berpotensi akan segera beroperasi dalam waktu dekat adalah proyek di Serpong, di mana Russian State Atomic Energy Corporation (ROSATOM) telah berkontribusi sebagai vendor dan pemasok desain konseptual.

Reaktor tersebut diproyeksikan akan beroperasi pada 2025 -- jika tidak terkendala oleh beragam masalah.

Melanjutkan komentarnya, Amano mengatakan bahwa IAEA siap membantu pemerintah RI terkait beragam proyek pembangunan fasilitas reaktor nuklir yang tengah dikerjakan di Indonesia.

"Kami bisa membantu, tapi itu semua tergantung pada persetujuan pemerintah kalian juga," tambah Amano.

Kendati demikian, organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace dan beberapa grup lain, telah menyatakan kritik terbuka terhadap rencana Indonesia untuk membangun fasilitas reaktor nuklir. Mereka khawatir, letak geologis Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik yang rawan gempa dan erupsi vulkanis, membuat rentan reaktor nuklir yang berdiri di Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proyek Radiasi Nuklir untuk Riset Agrikultur

Memaparkan hasil dialog bilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri RI Abdurrahman M Fachir, Dirjen IAEA Yukia Amano menjelaskan bahwa organisasinya dan pemerintah Indonesia akan menyepakati kerja sama pemanfaatan nuklir non-destruktif untuk kepentingan agrikultur.

Seperti dikutip dari rilis resmi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), IAEA dan pemerintah RI direncanakan akan melakukan penandatanganan 'Practical Arrangements on Enhancing Technical Cooperation Amongst Developing Countries (TCDC) and strengthening South-South Cooperation'.

"Kita juga membahas rencana kerja sama mengenai diversitas agrikultur kacang kedelai dan padi di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi radiasi nuklir," kata Amano memaparkan hasil pertemuannya dengan Wamenlu Fachir.

"Mungkin beberapa waktu mendatang akan kerja sama bilateral IAEA - Indonesia itu akan disepakati," tambahnya.

Radiasi nuklir kerap digunakan oleh para periset untuk melakukan rekayasa genetika terhadap sejumlah varietas agrikultur, guna menciptakan bibit-bibit unggul yang berkualitas dari segi ketahanan tumbuh-kembang dan nutrisi.

Beberapa varietas agrikultur Indonesia yang diketahui akan menjadi salah satu fokus kerja sama IAEA - RI adalah tumbuhan kacang kedelai untuk produksi massal dan pangan olahan -- seperti tempe, tahu, oncom, dan produk olahan soybean lainnya.

Kementerian Pertanian RI sendiri, bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), pada Agustus 2017 lalu telah berkomitmen untuk menggunakan sejumlah varietas bibit kacang kedelai hasil rekayasa genetika radiasi nuklirs, guna meningkatkan produksi dan kualitas produk olahan turunan soybean andalan Indonesia yakni, tempe.

"IAEA dan Badan PBB untuk Urusan Agrikultur dan Makanan (FAO) mendukung dan siap membantu komitmen tersebut," seperti dilansir dari laman resmi IAEA.org.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • salah satu negara yang dilintasi dengan garis khatulistiwa. Negara ini memiliki Batik sebagai ikon budayanya.
    salah satu negara yang dilintasi dengan garis khatulistiwa. Negara ini memiliki Batik sebagai ikon budayanya.

    Indonesia

  • Nuklir adalah teknologi yang melibatkan reaksi dari inti atom.

    Nuklir

Video Terkini