Sukses

Finlandia Kenalkan Roti Pertama Berbahan Dasar Serangga

Selain punya rasa yang enak, roti tersebut juga diklaim bergizi tinggi.

Liputan6.com, Helsinki - Salah satu perusahaan makanan terbesar di Finlandia menjual produknya yang diklaim sebagai roti pertama di negaranya yang berbahan serangga.

Kepala Divisi Roti kelompok usaha Frazer, Markus Hellstrom, mengatakan satu balok roti mengandung 70 ekor jangkrik kering yang sudah diubah menjadi bubuk, lalu dicampurkan dalam tepung. Demikian dilansir dari laman Independent, Selasa (28/11/2017).

Hellstrom mengatakan, perusahaan produksi roti tersebut sengaja mengembangbiakkan jangkrik.

"Warga Finlandia kerap mencoba hal-hal baru. Menurut keterangan dari kelompok Frazer, roti jangkrik ini begitu enak untuk dikonsumsi," ujar Hellstrom.

Selain kerap mencoba hal baru, sebuah jajak pendapat lain menunjukkan bahwa orang Finlandia punya sikap yang amat positif terhadap serangga.

"Kami membuat adonan yang begitu renyah, sehingga enak dimakan. Hasilnya begitu lezat dan punya gizi yang tinggi," kata Juhani Sikabov, Kepala Departemen Inovasi Perusahaan Roti Fazer.

Menurut Sikabov, selain punya rasa yang enak, roti tersebut juga diklaim punya gizi yang tinggi, sehingga baik bagi tubuh.

"Sirkkaleipe (roti serangga) merupakan sumber protein terbaik dan serangga juga mengandung asam lemak, kalsium, zat besi dan vitamin B-12," ujar Sikabov.

"Manusia memerlukan sumber nutrisi baru dan terbarukan," ucapnya.

Rencananya, roti serangga itu akan mulai dijual di beberapa kota di Finlandia pada Jumat, 1 Desember 2017.

Roti ini baru di jual di beberapa kota saja. Sebab, Fazer punya keterbatasan tepung jangkrik.

Sebenarnya, produk makanan berbasis serangga bukan hal baru di Eropa. Pada September 2017, jaringan supermarket Coop di Swiss mulai menjual burger dan meat ball dari serangga.

Serangga juga dengan mudah dapat ditemui di sejumlah supermarket di Belgia, Inggris, Denmark dan Belanda.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangkrik, Belalang... Makan Serangga Bisa Atasi Kelaparan Dunia

Manusia punya alternatif sumber protein lain selain ikan, daging, ayam. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bahkan menyebut, makan banyak serangga akan membantu mengatasi kelaparan di dunia.

"Pesan utamanya sangat jelas. Makan serangga," kata Eva Mueller, salah satu direktur FAO seperti dimuat News.com.au.

Laporan FAO menyatakan, makan serangga bisa membantu meningkatkan gizi dan mengurangi polusi. Lagipula ini bukan ide baru karena lebih dari 2 miliar orang di dunia sudah makan serangga. Salah satunya di Bangkok, Thailand, gerobak-gerobak menjajakan aneka serangga digoreng garing.

Tawon, kumbang, jangkrik, belalang saat ini belum dimanfaatkan maksimal sebagai makanan untuk manusia dan hewan ternak. "Pertanian serangga adalah salah satu dari banyak cara untuk mencapai ketahanan pangan dan pakan," demikian isi laporan FAO yang dimuat BBC.

Apalagi, serangga ada di mana-mana. "Mereka juga berkembang biak dengan cepat, memiliki pertumbuhan yang tinggi, dan tingkat konversi pakan dan dampak pada lingkungan yang rendah," menurut laporan tersebut.

Para penulis, ahli dari PBB juga menekankan, serangga mengandung banyak gizi, protein tinggi, lemak, dan mineral. "Serangga sangat penting sebagai suplemen makanan untuk anak-anak kurang gizi," katanya.

Kebanyakan serangga cenderung menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca yang berbahaya lingkungan dibanding ternak lainnya. Misalnya, sapi dan babi.

Jijik?

Serangga sudah dikonsumsi banyak penduduk Bumi. Contohnya di selatan Afrika, tempat di mana sejenis ulat dianggap makanan lezat yang mewah dan berharga mahal.

Namun, menjadikan serangga sebagai makanan mungkin sedikit ditentang dalam masyarakat Barat. Sebab, makan serangga dianggap menjijikkan.

Laporan PBB menyarankan, industri makanan bisa membantu "menaikkan status" serangga sebagai makanan. Caranya, dengan memasukkan mereka sebagai bagian resep dan menambahkan serangga dalam menu restoran.

Apalagi, sejarah telah menunjukkan bahwa pola diet dapat berubah dengan cepat, terutama di dunia global. Penerimaan ikan mentah dalam bentuk sushi adalah contoh yang baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini