Sukses

Studi: Efek Kurang Tidur terhadap Otak Sama Seperti Minum Alkohol

Menurut studi terbaru, kurang tidur memiliki efek yang sama seperti meminum minuman beralkohol terhadap otak.

Liputan6.com, Los Angeles - Menurut studi terbaru, kurang tidur memiliki efek yang sama seperti meminum minuman beralkohol terhadap otak.

Sama seperti meminum minuman beralkohol, tidur tak nyenyak membuat sistem saraf yang kelelahan akan bekerja lebih lamban dan mengirim sinyal yang lemah.

Dikutip dari Independent (8/11/2017), studi ini menjelaskan mengapa orang yang kurang tidur merasa mereka seperti sedang mabuk. Penelitian tersebut juga menjelaskan mengapa gejala yang dirasakan akibat kurang tidur dan mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak sangat mirip, seperti kurangnya konsentrasi.

Para peneliti menguji 12 pasien epilepsi yang kelelahan, di mana peneliti telah menanamkan elektroda -- konduktor yang dilalui arus listrik dari satu media ke yang lain, biasanya dari sumber listrik ke perangkat atau bahan -- di dalam otak mereka untuk memusatkan asal terjadinya kejang-kejang (pada badannya).

"Kami menemukan bahwa kurang tidur juga merampas (tugas) sistem saraf untuk dapat berfungsi dengan baik," ujar Profesor Itzhak Fried dari University of California di Los Angeles.

"Kurang tidur memberikan pengaruh yang mirip dengan meminum minuman beralkohol dalam jumlah banyak kepada otak kita. Tetapi masih belum ada hukum atau standar medis untuk mengidentifikasi pengemudi yang mengantuk di jalan dengan para pemabuk yang mengemudi," jelas Fried.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kurang Tidur Membuat Respons Saraf Jadi Lamban

Para partisipan dari studi ini diminta untuk tetap terjaga semalaman untuk mempercepat serangan epilepsi sebelum menjalankan operasi. Kekurangan tidur diketahui sebagai pemicu bagi kejang-kejang pada individu yang lemah.

Dalam tes tersebut, pasien harus mengelompokkan berbagai macam gambar secepat mungkin. Di saat bersamaan,  implan elektroda merekam aktivitas otak mereka.

Hasilnya, kurang tidur menyebabkan sistem saraf merespon rangsangan visual dengan lamban, demikian laporan para ilmuwan dalam jurnal Nature Medicine. Respons sistem saraf juga melemah dan transmisi mereka menjadi lebih lamban.

Tim peneliti juga menemukan gelombang otak yang 'lambat' pada saat kelelahan mirip dengan gelombang yang berlangsung saat tidur. Gelombang otak adalah denyut yang serempak dari aktivitas elektrik yang dihasilkan oleh sistem saraf.

"Gelombang lambat -- seperti gelombang saat tidur -- mengganggu aktivitas otak pada pasien dan perfoma dalam menjalankan tugas," sebut Fried.

"Fenomena ini menunjukkan bahwa beberapa bagian dalam otak pasien tertidur, menyebabkan penyimpangan mental, sedangkan sebagian area lain dari otak tetap 'terbangun' dan berjalan seperti biasanya," tutup Fried. (Affifa Zahra)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.