Sukses

Ambisi Nuklir Korut Menghalangi Kegiatan Pendidikan

Lembaga-lembaga pendidikan yang didanai asing kabarnya mengurangi kegiatan mereka di Pyongyang, Korut karena ancaman uji coba nuklir.

Liputan6.com, Pyongyang - Lembaga-lembaga pendidikan yang didanai asing kabarnya mengurangi kegiatan mereka di Pyongyang, seiring dengan semakin banyak negara mengeluarkan peringatan perjalanan ke Korea Utara karena ancaman misil dan nuklirnya.

"British Council menghentikan sementara program pengajaran bahasa Inggris di Pyongyang setelah nasihat perjalanan pemerintah Inggris diubah," juru bicara lembaga berbasis di London itu mengatakan melalui email kepada VOA News, yang dikutip Senin (11/9/2017).

British Council juga menangguhkan diskusi mengenai perluasan programnya di Korea Utara.

Keputusan itu dikeluarkan mematuhi peringatan perjalanan yang dikeluarkan kementerian luar negeri Inggris belum lama ini setelah Pyongyang melakukan uji coba peluncuran misil jarak jauh dan ledakan bom nuklir.

Hari Minggu, rezim Kim Jong-un mengumumkan melalui media pemerintah bahwa negara itu telah meledakkan senjata termonuklir yang dapat dipasang pada hulu ledak misil balistik antar benua.

Sebelumnya pada Senin 4 September, Pyongyang University of Science and Technology (PUST) merilis pengumuman dimulainya semester Musim Gugur. Dalam pernyataanya, universitas itu menyatakan pengaturan kelas sudah "disesuaikan dengan sumber daya yang ada".

Pernyataan tersebut menunjukkan pelarangan melakukan perjalanan yang diberlakukan Amerika sejak 1 September.

PUST adalah universitas swasta yang sebagian besar didanai oleh kelompok-kelompok gereja Kristen Penginji dari Barat, dan memberikan pendidikan untuk anak-anak dari golongan elit di Korut. Universitas ini biasanya memiliki 60 hingga 80 tenaga pengajar asing dan kira-kira setengahnya adalah pemegang paspor Amerika.

PUST tidak memberikan penjelasan berapa banyak tenaga pengajar Amerika yang terkena pelarangan melakukan perjalanan, namun universitas tersebut mengatakan ada "tambahan tenaga akademik yang akan bergabung saat kegiatan belajar semester ini mulai berjalan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ancaman Terbaru

Ancaman terbaru uji coba peluncuran nuklir Korut dilaporkan pada Sabtu, 9 September 2017, saat merayakan hari jadinya yang ke-69. Namun tak ada yang terjadi.

Orang-orang dilaporkan hanya bergiliran meletakkan karangan bunga, membungkukkan badan di depan patung Kim Il-sung dan Kim Jong-il di Bukit Mansu.

Hanya ada parade besar-besaran lalu digelar di Pyongyang. Dengan mengenakan pakaian terbaiknya, warga bersorak merayakan apa yang diklaim Korut sebagai keberhasilan uji coba bom hidrogen.

Hingga Sabtu sore, belum terdeteksi adanya uji coba yang dilakukan Korut. Kendati demikian Seoul mengaku terus waspada.

"Militer kami terus mempertahankan postur pertahanannya yang paling tangguh, tetap mengawasi Utara. Tapi, tidak ada yang luar biasa," kata salah satu juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.

Kali ini, niat Kim Jon-un mungkin "tak direstui langit", lewat perantaraan badai matahari.

Erupsi massa dan energi dari matahari berpotensi menimbulkan ancaman pada perangkat teknologi. Misil Korut bisa saja kehilangan data dan perlengkapan pendukungnya. Jika itu terjadi, rudal itu bakal tak terkendali.

Seperti dikutip dari News.com.au, Lance Gatling, konsultan kedirgantaraan Nexial Research di Tokyo, mengatakan, efek badai matahari mungkin menghentikan niat Kim Jong-un untuk melepaskan rudal antarbenua.

Menurut pusat penelitian cuaca antariksa di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), badai matahari yang terjadi saat ini berada di level G4, yang masuk kategori parah.

Dampaknya bisa berimbas pada sistem tenaga listrik, operasi pesawat antariksa, dan lainnya. Di sisi lain, radiasi elektromagnetik yang diakibatkan bisa memicu munculnya tarian
aurora yang indah di langit dekat kutub.

Sebelumnya, Perdana Menteri Korsel Lee Nak-yon memprediksi, pihak Utara akan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) di tengah peringatan berdirinya Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).

Jika bukan Sabtu 9 September, misil diperkirakan akan mengudara pada Minggu, 10 September 2017, saat Korut merayakan ulang tahun Partai Pekerja yang berkuasa.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.