Sukses

Warga Kanada Lindungi Masjid Saat Umat Islam Ibadah Salat Jumat

Aksi rantai manusia berawal dari inisiatif umat Muslim. Dan kini, orang-orang melakukannya untuk melindungi masjid di Kanada.

Liputan6.com, Toronto - Ratusan orang mendatangi sebuah masjid di Toronto, Kanada, Jumat 3 Februari 2017. Mereka yang berasal dari berbagai latar belakang keyakinan membentuk 'perisai manusia' dan 'cincin perdamaian' di sekeliling rumah ibadah, untuk melindungi para jemaah yang sedang menunaikan Salat Jumat.

Seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (4/2/2017), aksi tersebut menanggapi teror penembakan yang terjadi pada Minggu malam 29 Januari 2017 di Masjid Quebec. Enam jemaah meninggal dunia dalam insiden tersebut.

Rumah ibadah di Quebec itu beberapa kali juga menjadi target kebencian sejumlah orang -- salah satunya dengan meletakkan kepala babi di muka masjid.

"Warga Kanada tak boleh takut keluar rumah untuk beribadah," kata Yael Splansky, seorang rabi Yahudi di balik inisiatif membentuk 'cincin perdamaian' di sejumlah masjid di Toronto kepada Canadian Press.

"Itu (teror di Masjid Quebec) adalah sebuah adegan yang mengerikan. Bayangkan, orang beriman yang ingin beribadah dalam damai, mendoakan perdamaian, berada dalam risiko besar. Rumah ibadah adalah tempat suci yang harus dilindungi."

Ratusan orang di Toronto -- beberapa adalah perwakilan sinagog, gereja, dan kuil -- berdiri bersisian, di depan tujuh masjid yang ada di kota tersebut sepanjang Salat Jumat dilaksanakan.

Di Ottawa dan Edmonton hal serupa juga dilakukan di sekitar masjid lokal.

Rantai Manusia melindungi masjid di Kanada (Twitter/@talya_talks)

Menurut Splansky, gagasan aksi damai tersebut terinspirasi oleh apa yang pernah dilakukan umat Muslim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terinspirasi Aksi Umat Muslim

Pada 2015, saat komunitas Yahudi di seluruh Eropa terguncang oleh serangan antisemitisme di Prancis dan Denmark, umat Muslim berjaga di luar sinagog di Oslo, Norwegia.

Mereka memberikan perlindungan bagi pemeluk Yahudi yang sedang menunaikan ibadan Sabbath di dalam sinagog.

Sementara itu, di Newfoundland, Kanada, ratusan orang datang dan membentuk 'perisai manusia' untuk melindungi umat Islam di satu-satunya masjid di wilayah St John.

Kepada mereka yang datang dan menawarkan perlindungan, Syed Pirzada dari Muslim Association of Newfoundland and Labrador mengatakan, umat Islam sangat terharu atas curahan dukungan yang diterima beberapa hari terakhir.

"Meski tragedi itu telah menghancurkan hati Muslim di negara ini, kebaikan dan kemurahan hati warga Kanada telah menenangkan hati kami," kata Pirzada. "Kanada telah menyatakan: Tidak -- pada kebencian, pada kefanatikan, pada kekerasan atas nama agama, pada intoleransi."

Ribuan warga Kanada mengecam aksi pelaku penembakan, yang berjalan ke sebuah masjid di Kota Quebec pada Minggu 29 Januari 2017 dan melepaskan tembakan, menewaskan 6 orang jemaah dan melukai 19 lainnya -- dua di antaranya dalam kondisi kritis.

Pelakunya, Alexandre Bissonnette, seorang mahasiswa 27 tahun dikenai enam dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan lima tuduhan percobaan pembunuhan.

Oleh mereka yang mengenalnya, Bissonnette dideskripsikan sebagai pro-Donald Trump, anti-imigrasi, dan simpatisan sayap kanan.

Pemakaman enam korban diadakan di Kota Quebec dan Montreal. Ribuan orang datang melayat, menghormati para almarhum yang dikenal sebagai para ayah yang baik yang memperjuangkan masa depan yang cerah bagi anak-anaknya di Kanada.

PM Kanada, Justin Trudeau (kanan) bersama Wali Kota Quebec, Philippe Couillard memberikan penghormatan terakhir kepada tiga dari enam korban penembakan di Masjid Quebec, di Montreal Olympic, Kamis (2/2). (Paul Chiasson/The Canadian Press via AP)

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau hadir dalam pemakaman yang dilangsungkan di Montreal. "Sebagai sebuah komunitas, sebuah negara, bersama kita akan bangkit dari kegelapan ini, lebih kuat dan lebih bersatu daripada sebelumnya. Itulah kesejatian kita," kata dia.

Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Beberapa kilometer dari lokasi pemakaman, sebuah masjid jadi target kebencian.

Kaca jendela Khadijah Masjid Islamic Centre pecah, pintu depan dilempari telur.

Petinggi dewan kota menyebut aksi itu sebagai 'terorisme' yang berniat memicu rasa takut anggota masyarakat.

"Aku tak tahu apa yang kaupikirkan, kau pengecut, xenophobia yang berfikiran sempit, namun kau tak mewakili masyarakat secara keseluruhan," kata Craig Sauve di Facebooknya. Kalimat penuh kemarahan itu ia tujukan pada pelaku.

Polisi kini sedang menyelidikinya sebagai kasus kejahatan yang dilandasi kebencian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini