Sukses

Artis Cina Dukung Google

Artis Cina yang juga aktivis HAM Ai Weiwei mendukung Google menghadapi kebuntuan dengan Pemerintah Republik Rakyat Cina. Ai juga mengaku dua akunnya di Gmail disusupi peretas.

Liputan6.com, Beijing: Salah seorang artis kontroversial di Cina, Ai Weiwei mendukung Google menghadapi kebuntuan dengan Pemerintah Republik Rakyat Cina. Dalam wawancaranya dengan The Wall Street Journal, baru-baru ini, Ai mengatakan Google memberikan pelajaran berharga untuk publik Cina dengan menentang sensor pemerintah meski berisiko kehilangan pasar online terbesar di dunia.

Ia juga menyerukan kepada politisi dan pengusaha untuk tidak menjual hak asasi hanya karena untuk meraih keuntungan jangka pendek. "Hal ini (langkah Google) menyemangati publik Cina yang melihat bahwa perusahaan sekelas Google saja menyadari kalau penyensoran adalah sebuah bentuk pelanggaran norma dan HAM," kata Ai seperti dikutip ANTARA.

Ai juga mengaku dua akunnya di Gmail disusupi peretas. Gmail adalah layanan email gratis dari Google. Ai mengingatkan bahwa penyensoran di Cina itu tidak akan berhasil secara luas. "Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sebuah negara dengan aliran informasi dan kebebasan berbicara yang dibatasi bisa menjadi kuat. Kalaupun bisa, akan menjadi apakah negara ini?" Demikian Ai.

Ai pertama kali terkenal pada akhir 1970-an sebagai anggota dari sebuah pelopor kelompok seniman yang dikenal dengan nama "The Stars". Dia kemudian hijrah ke Amerika Serikat dan menghabiskan waktunya lebih dari satu dekade sebelum kembali ke tanah kelahirannya pada 1990-an.

Kini ia menjadi pimpinan sebuah kelompok sukarelawan yang menyelidiki kasus runtuhnya bangunan sekolah miskin pada gempa besar, Mei 2008, di barat daya provinsi Sichuan. Peristiwa itu menelan korban tewas dan hilang lebih dari 87 ribu jiwa.

Bulan silam Google mengancam menutup mesin pencari berbahasa Cina yaitu Google.cn. Google juga mempertimbangkan untuk hengkang dari Negeri Tirai Bambu karena serangan terhadap layanannya. Google juga menyatakan menolak tunduk terhadap aturan sensor. Kasus ini bahkan membuat Menteri Luar Negeri Hilarry Clinton mendesak Cina untuk bersikap lebih bebas dalam arus informasi [baca: Hillary Clinton Desak Cina Perihal Kebebasan Internet].(ZAQ)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.