Sukses

Berbekal Kreativitas, Pria Indonesia Menembus Hollywood

Reynold Tagore, berprofesi sebagai Texture Artist dan menggarap sejumlah film box office Hollywood.

Liputan6.com, Wellington - Seorang warga negara Indonesia yang tinggal di Selandia Baru, Reynold Tagore, ternyata memiliki peran dalam keberhasilan beberapa film Hollywood, salah satunya di film Batman vs Superman: Dawn of Justice.

Dikutip dari VOA Indonesia, Senin (9/5/2016), Reynold Tagore berprofesi sebagai Texture Artist untuk film-film Hollywood di perusahaan WETA Digital di Selandia Baru, milik sutradara pemenang tiga piala Oscar, Peter Jackson.

Ketertarikannya tersebut sudah terlihat semenjak ia masih kecil. Reynold muda hobi menggambar monster setiap pulang sekolah.

Pria lulusan Universitas Tarumanegara dan S2 di University of Technology Sydney jurusan desain grafis itu, mengaku terharu ketika pertama kali melihat namanya muncul di credit title.

Sampai saat ini, Reynold sudah terlibat dalam banyak penggarapan film, di antaranya Happy Feet 2, Hobbit 1, 2, dan 3, Iron Man 3, Wolverine, Fast and Furious 7, Maze Runner, Alvin and the Chipmunks: the Road Chip, Jungle Book, dan Batman vs Superman: Dawn of Justice.

Mengenal Peranan Texture Artist

Sebagai seorang Texture Artist, Reynold memiliki peranan penting dalam penggarapan sebuah film. Ia harus menciptakan gambar atau animasi yang terlihat hidup dan orisinal di layar lebar.

“Intinya kasih warna, kasih permukaan (ke) semua yang ada di film. Anggap saja pelukis, cuma ini buat di komputer. Jadi misalnya karakter atau monster atau barang yang ada warnanya sama permukaannya, itu kita yang tangani,” jelas Reynold.

Pria asal Surabaya itu bertugas untuk menggambar permukaan sebuah obyek atau karakter tiga dimensi yang telah dibuat sebelumnya, sehingga nampak asli. Gambar tersebut bisa berupa wajah seseorang, hingga hal kecil seperti tong sampah atau tiang listrik.

Batman v Superman: Dawn of Justice. (Warner Bros / DC Entertainment)

Untuk bisa menciptakan gambar yang otentik, biasanya Reynold berpaku kepada foto aslinya.

“Kalau misalnya mengerjakan (gambar) orang dan orang itu ada orang aslinya, saya reference-nya pakai foto-foto mereka ada foto mereka dari depan samping atas, itu saya coba ikuti sedekat mungkin, jadi seumpama di-render orang enggak bisa membedakan foto sama yang 3D model,” ujar Reynold yang sudah bekerja di perusahaan WETA Digital sejak tahun 2012 lalu.

Film paling menantang yang pernah ia garap adalah Hobbit, ketika ia baru menjadi karyawan di perusahaan WETA Digital. Ditambah lagi, film ini merupakan salah satu alasan mengapa ia bertekad ingin bisa bekerja di perusahaan tersebut.

“Di situ kan bikin troll, dwarf gitu. Itu yang udah saya tunggu-tunggu seumur hidup saya, jadi saya harus membuktikan ke diri saya sendiri kalau saya bisa bikin sebagus apa yang dulu saya lihat di film Lord of the Rings, ujar pria yang menyukai karakter Iron Man, Wolverine, dan Hobbit.

Tantangan Menjadi Seorang Texture Artist

Texture Artist dituntut agar bisa menciptakan gambar yang terlihat mirip dengan aslinya jika dilihat di layar besar bioskop.

“Di layar bioskop itu kan gede sekali, jadi kalau misalnya ada yang kelihatan jelek sedikit, orang bisa lihat. Jadi menurut saya tantangan paling besar di situ,” jelas Reynold.

Profesi sebagai Texture Artist terkadang tidak mengenal waktu, namun ia tak pernah menganggapnya sebagai duka. Reynold merasa sangat beruntung karena bisa menemukan pekerjaan yang sesuai dengan hobi dan impiannya.

“Ini departemen yang paling atau mungkin satu-satunya yang paling ada hubungannya sama saya, gambar atau lukis atau yang artistik gitu, jadi saya fun saja tiap hari,” ujar pria yang pernah menekuni profesi sebagai Story Board Artist ini.

The Hobbit: The Unexpected Journey. Foto: via hyperconectados.com

Untuk teman-teman yang tertarik menekuni profesi seperti dirinya, Reynold berpesan untuk selalu rajin berlatih dan banyak mencari informasi untuk mengejar cita-cita.

“Tiap malam latihan, kadang korbankan weekend enggak apa-apa, asal buat masa depan yang bagus. Latihan menggambar atau apa saja sih. Riset sebanyak mungkin apa yang kita mau, terus apa yang kita mau kerja di mana, itu kita latih skill kita sampai standar yang kita bikin,” papar Reynold.

Reynold juga mengaku untuk mencari pekerjaan sebagai Texture Artist bukanlah hal yang mudah, karena setiap perusahaan memiliki gaya yang berbeda.

Saat ini ia sedang sibuk menggarap film the BFG (Big Friendly Giant) yang diadaptasi dari novel kanak-kanak karya penulis Roald Dahl.

Ia berencana untuk terus meningkatkan keahliannya dan bercita-cita mendapatkan piala bergengsi di bidang perfilman.

“Kalau jangka panjang inginnya menang (piala) Oscar,” jawab Reynold.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.